Judul: Akidah Syi’ah Imamiyah,
Tanya Jawab Mengenai Kerosakan dan Bahaya Akidah Syi’ah | Judul Asal (‘Arab):‘Aqaid Asy-syi’ah
Al-Its-na ‘Asyariyyah | Penulis: Syaikh ‘Abdurrahman bin Sa’ad bin ‘Ali
Asy-Syastri
Sesungguhnya kaum
muslimin dahulu berada di atas ajaran Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - yang
disampaikan oleh Rasul-Nya berupa petunjuk dan agama yang benar, yang sesuai
dengan riwayat yang shahih dan akal sehat. Ketika Amirul Mukminin Khalifah
Ar-Rasyid Utsman bin Affan - Rodliallahu Anhu - terbunuh dan terjadi fitnah,
maka kaum muslimin saling berperang di Shiffin sehingga terbentuk Al-Mariqah
(Al-Mariqah (kelompok yang menyempal) adalah salah satu julukan kelompok
Khawarij ) seperti yang telah disabdakan oleh Nabi - Sholallahu Alaihi Wassalam
-
“Akan menyempal satu
kelompok ketika terjadi perpecahan dari kaum muslimin, akan diperangi oleh
salah satu kelompok yang paling dekat kepada kebenaran.” [ HR Muslim no. 2458]
Mereka menyempal pada dua hakim yang mengambil keputusan. Manusia pun berpencar
tanpa ada kesepakatan.
Kemudian setelah bidah
Khawarij muncullah bidah faham Syiah. Diikuti kemudian
bermunculan berbagai kelompok sebagaimana diberita-oleh Rasulullah - Sholallahu
Alaihi Wassalam - dalam sejumlah hadits, di antaranya hadits yang diwayatkan
oleh Abu Hurairah, dia berkata: "Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam -
bersabda: ” Yahudi terpecah
menjadi tujuh puluh satu kelompok. Nashrani terpecah menjadi tujuh puluh satu
atau tujuh puluh dua kelompok, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh
tiga kelompok. [diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad nya no. 5910]
Aliran faham
SyiahRafidhah muncul dari daerah Kufah. 0leh karena itu, disebut-dalam sejarah
Syiah bahwa tidak ada yang menerima dakwah Syiah diseluruh negeri kaum
muslimin, kecuali Kufah.Kemudian setelah itu menyebar ke selain daerah Kufah.
Selain itu muncul pula dari Kufah Murjiah, Qadariah, dan Mutazilah. Dari
Bashrah muncul metode dalam ibadah dan dari ujung Khurasan muncul faham
Jahmiah.
kemunculan bidah-bi'dah
ini disebabkan jauhnya wilayah tersebut dari Nabi karena bidah-bidah tidaklah
tumbuh berkembang, melainkan di bawah atap kejahilan dan tidak adanya para
ulama.
Oleh karena itu Imam
Ayyub As-Sakhtiyani - rahimahullah- (w. 131 H) berkata: "Di antara
kebahagiaan orang yang baru mengenal Islam dan orang non-Arab adalah ketika
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - memberikannya taufik untuk bertemu dengan alim
dari kalangan Ahlus Sunnah." [ lihat: Syarh ushul itiqod ahlussunah 1/60]]
Hal tersebut disebabkan oleh cepatnya mereka terpengaruh
oleh hembusan fitnah dan bidah karena lemahnya kemampuan mereka untuk mengenali
kesesatan dan menyingkap cacatnya. Sesungguhnya metode terbaik untuk menghadapi
bidah dan melawan perpecahan adalah menebarkan sunnah di tengah manusia dan di
tengah orang-orang tersesat yang menyimpang darinya. Karena itulah para imam sunnah bangkit untuk perkara
ini. Mereka terangkan keadaan kondisi sebenarnya dari para ahli bidah dan
mereka bantah syubhat-syubhat mereka. Hal tersebut sebagaimana dilakukan oleh
Imam Ahmad dalam membantah orang-orang Zindiq dan Jahmiah. Demikian pula Imam
Al-Bukhari dalam membantah Jahmiah, Ibnu Qutaibah (w. 276 H) dalam membantah
Jahmiah, Musyabbihah dan Ad-Darimi (w. 280 H) dalam membantah Bisyr Al-Mirrisi
dan lain-lainnya.
Kita hidup di zaman di mana negara-negara dunia terbuka
satu sama lain, hingga banyak terjadi pencampuran, jumlah kelompok-kelompok
sempalan menjamur di tengah kerumunan umat-umat yang mengerumuni kita. Hal
tersebut sebagaimana dalam hadits Tsauban maula Rasulullah - Sholallahu Alaihi
Wassalam - dia berkata: "Rasulullah bersabda: Hampir kalian akan
dikerumuni oleh umat-umat dan segala penjuru sebagaimana orang-orang yang makan
mengerumuni nampan makanan nya. Dia berkata: "Kami berkata: "Wahai Rasulullah, apakah
karena hari itu jumlah kami sedikit?" Beliau bersabda: "justru Kalian
hari itu banyak. Namun kalian menjadi buih seperti buih banjir. Rasa takut
tercabut dari hati musuh-musuh kalian dan di dalam hati kalian terdapat
wahan" Dia berkata: "Kami berkata: "Apa itu wahan wahai
Rasulullah?" Beliau bersabda: "cinta kehidupan dunia dan benci
kematian"
Inilah buku yang
berupaya membongkar hakekat kelompok-kelompok sempalan, terutama Syiah Rafidhah
Itsna Asyariyyah.
Mungkin ada yang mengatakan, apakah faedah dari
menerbitkan buku seperti ini yang mengungkap tentang hakikat ajaran Syiah Itsna
Asyariyah, bukankah hal tersebut tidak akan mengubah banyak hal dalam perkara
yang telah mengglobal, kecuali atas kehendak Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - ?
Jawabannya: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya telah
menunjukkan bahwasanya akan senantiasa ada di tengah umat ini satu kelompok
yang berpegang kepada kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad - Sholallahu
Alaihi Wassalam - dari sisi Allah - Azza Wa Jalla- hingga hari kiamat.
Hal tersebut seperti sabda beliau:
Dan umat beliau tidak akan pernah bersatu di atas kesesatan, hal ini
Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar bin Khaththab - Rodliallahu Anhu - bahwa
Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam – bersabda,“Akan scnantiasa ada dari
umatku satu umat yang tegak dengan perintah Allah tidaklah memudaratkan bagi
mereka orang yang menghinakan mereka dan menyelisihi mereka hingga dating
perintah Allah, sedang mereka tetap dalam keadaan mereka.” [diriwayatkan oleh
Al-Bukhari hadits 3641 (Bab Su'al At-Musyrikin an Yuriyahumun Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam Ayahh fa Arahum Insyiqaq Al-Qamar).
“ Sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatku -atau beliau bersabda- Umat
Muhammad di atas kesesatan. Tangan Allah berada di atas Jamaah” [ diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi (w. 279 H) hadits 2167 (Bab Ma Ja'a fi Luzum Al-Jama'ah) dan
dinyatakan shahih oleh Al Allamah Al-Albani dalam tahqiq beliau atas Misykah
Al-Mashabih: 1/ 61 hadits 173]
Rosulullah -
Sholallahu Alaihi Wassalam - bersabda:
“Setiap nabi yang diutus oleh Allah pada satu umat sebelumku memiliki para
pembela dan shahabat dari kalangan umatnya yang berpegang dengan sunnahnya dan
mengikuti perintahnya. Kemudian muncul generasi setelah mereka yang mengucapkan
apa yang tidak mereka (pendahulunya) perbuat, dan melakukan apa yang tidak
diperintahkan kepada mereka. Barangsiapa yang berjihad melawan mereka dengan
tangannya maka dia adalah seorang yang beriman. Barangsiapa yang berjihad
melawan mereka dengan lisannya maka dia adalah seorangyang beriman. Barangsiapa
yang berjihad melawan mereka dengan hatinya maka dia adalah seorang yang
beriman. Dan kurang dari itu tidak ada keimanan seberat biji sawi pun.”
[Diriwayatkan oleh Muslim hadits 50 (Bab Bayan Kaun An-Nahyi an Al-Munkar min
Al-lman wa anna Al-lman Yazid wa Yanqush wa anna Al-Amra bi Al-Ma'ruf wa
An-Nahya an Al-Munkar Wajiban]
Mengingkari dengan hati adalah mengimani bahwa hal
tersebut adalah munkar dan membencinya. Jika hal ini ada berarti dalam hati
terdapat iman. Begitupun sebaliknya, jika dalam hati tidak ada rasa suka kepada
kebaikan dan pengingkaran terhadap kemungkaran maka iman tercabut dari hati.
Tidak diragukan lagi jika menjelaskan keadaan
kelompok-kelompok yang keluar dari Al-Jamaah dan menyelisihi As-Sunnah
merupakan perkara yang bersifat darurat untuk menghilangkan kerancuan antara
kebenaran dan kebatilan, menjelaskan kebenaran kepada manusia, menebarkan agama
Allah dan menegakkan hujjah atas kelompok yang menyelisihi Al-Kitab dan
As-Sunnah. Hal tersebut dimaksudkan agar binasa orang yang binasa dengan
kejelasan dan hidup orang yang hidup dengan kejelasan pula. Sesungguhnya
kebenaran itu tidak samar bagi seorangpun, namun mereka tersesat karena
mengekor hawa nafsu dan pendapat-pendapat yang salah.
Oleh karena itu, sesungguhnya para pengikut kelompok yang
menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah, keadaan mereka antara seorang zindiq atau
seorang yang bodoh. Maka sudah menjadi kewajiban untuk mengajari orang yang
bodoh dan membongkar kedok seorang zindiq agar dia dikenal dan diwaspadai oleh
setiap muslimin.
Menjelaskan tentang keadaan para pemuka bid’ah yang
menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah adalah wajib berdasarkan kesepakatan kaum
muslimin. Hingga perrnah ada yang dikatakan kepada imam Ahmad bin Hanbal -
rahimahullah- : "Seseorang
puasa, shalat dan iktikaf, Apakah itu lebih engkau sukai ataukah dia
membicarakan ahli bidah?"
Imam Ahmad menjawab:
"Jika dia shalat dan iktikaf, sesungguhnya (manfaatnya) itu untuk dirinya
sendiri. Namun, jika dia membicarakan, memperingatkan ahli bidah sesungguhnya
manfaatnya untuk kaum muslimin. Ini lebih afdhal.”
Syaikh Shalih bin Muhammad Al Luhaidan ( Anggota Ha’iah
Kibar Ulama KSA, Ketua Mahkamah Agung KSA) , berkata :
” Saya nasihatkan kepada setiap orang yang mendapatkan buku ini agar membacanya
dengan cermat. Dalam buku ini mereka akan mendapati hal-hal mencengangkan
sekaligus "menggelikan" yang akan membuat heran orang-orang yang
berakal. Jika mereka membicarakan imam mereka, mereka jadikan imam mereka
melampaui para nabi, rasul, dan malaikat, bahkan mereka berbicara tentang
malaikat dengan hal-hal yang tidak masuk akal.
Pembaca akan mendapati berbagai hal yang mencengangkan tersebut dalam buku ini,
dan bagi orang yang berakal akan berkata: "Apakah kalangan Syiah ini
memiliki akal pikiran?"
Adapun mengenai kewalian, mereka berkata:
"Sesungguhnya kewalian itu lebih utama dari shalat, zakat, haji dan
puasa."
Ini tercantum dalam salah satu sumber pokok ajaran mereka yakni kitab Al-Kafi.
Mereka juga mengatakan tentang hari raya Al-Ghadir:
"Barangsiapa yang mengingkari hari Al Ghadir maka ia telah mengingkari
Islam."
Mereka mengklaim bahwa para imam mereka memiliki kedudukan yang tidak dapat
dicapai oleh malaikat yang dekat (dengan Allah ) dan tidak pula seorang nabi
yang diutus. Mereka menganggap bahwa hal tersebut termasuk perkara yang
bersifat pasti dalam ajaran mereka.
Mereka mengklaim bahwa keimaman memiliki kedudukan yang
mulia, derajat tinggi dan kekuasaan atas semesta, seluruh alam tunduk kepada
kekuasaannya. Lantas manakah kekuasaan dan kedudukan mulia ini untuk
menghindarkan mereka dari apa yang telah menimpa mereka dalam berbagai
peperangan? Di antara ucapan mereka: "Sesungguhnya seorang alim dari
kalangan Syi ah sama seperti Musa dan Harun Bisa jadi diambilnya persamaan dengan
Musa dan Harun dikarenakan adanya hubungan lama antara mereka dengan Ibnu Saba
Al-Yahudi, wallahu alam.
Sungguh, saya tidak mau mengisyaratkan apa yang dinukil
dalam buku ini berupa kesesatan dan musibah. Namun, saya lebih senang jika al
tersebut dibaca oleh seorang sunni maupun syiah. Karena tujuan nya adalah agar
kebenaran dan tanda-tandanya bisa dikenali, termasuk untuk mengungkap kebatilan
dengan segala kesesatan dan kehinaannya. Sesungguhnya penulis merasa senang
jika seseorang yang menginginkan kebenaran dari kalangan Syiah mendapatkan
hidayah melalui penjelasan kebenaaran, dan agar orang-orang yang berada di atas
ajaran yang lurus tidak tergelincir ke dalam pemahaman Syiah.
oIeh karena itu, saya menekankan kepada para penuntut
ilmu dan siapapun yang mencintai kemuliaan Islam agar membaca buku ini untuk
mengenali jauhnya perbedaan antara Ahlus Sunnah dengan kaum Syiah
Rafidhah.
Sesungguhnya di sini kamiberupaya untuk menerangkan kebenaran agar para
penuntut ilmu tersebut menerangkan jalan yang membawa kepadanya. Di samping
itu, agar para pengikut sunnah dapat melihat apa yang dikatakan oleh para ulama
Syiah tentang Al-Quran, para shahabat, Malaikat, dan wahyu yang menurut mereka
belum terputus.
Scsungguhnya satu perkara yang tidak diragukan lagi jika
umat Islam -membutuhkan persatuan di atas manhaj yang jelas, kembali kepada Al
Quran dan As-Sunnah serta menjadikan orang-orang yang dipersaksikan oleh
Rasulullah sebagai generasi terbaik yang dapat menjadi teladan.
Risalah ini -meskipun berbentuk tanya jawab- namun para
penuntut ilmu membutuhkannya. Hal itu karena buku ini berisi ringkasan yang
mengumpulkan dan mengikat akidah kaum tersebut.
Kedua, keistimewaan risalah ini adalah keautentikannya.
Setiap riwayat, ucapan, dan nukilan dicatat dari sumber aslinya dalam
kitab-kitab kalangan Syiah serta referensi-referensi yang diakui di kalangan
mereka.
Ketiga, karena ajaran dan akidah mereka batil dan rusak,
dan banyak mengandung kontradiksi. Buku ini dalam beberapa kesempatan berusaha
mengisyaratkan hal tersebut dari kitab-kitab mereka sendiri. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk usaha untuk menampakkan kontradiksi yang buruk
dalam ajaran mereka, agar dapat menjadi pelajaran orang-orang yang tertipu oleh
mereka. Selain itu, sebagai dakwah orang yang menginginkan kebenaran dari
kalangan mereka
Siapakah Syi’ah itu?
Jawaban: Syaikh mereka Muhammad bin Muhammad bin An-Nu’man, yang dijuluki
oleh mereka Al-Mufid (w 413 H) menjawab bahwa mereka adalah:
أَتْبَاعُ
أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِيٍّ ع(1) عَلَى سَبِيْلِ الْوَلاَءِ
وَاْلاِعْتِقَادِ لِإِمَامَتِهِ بَعْدَ الرَّسُوْلِ ص بِلاَ فَصْلٍ, وَنَفْيِ
اْلإِمَامَةِ عَمَّنْ تَقَدَّمَهُ فِيْ مَقَامِ الْخِلاَفَةِ, وَجَعْلِهِ فِي
اْلاِعْتِقَادِ مَتْبُوْعاً لَهُمْ غَيْرَ تَابِعٍ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ عَلَى وَجْهِ
اْلاِقْتِدَاءِ.
“Para pengikut Amirul
Mukminin secara wala’ (loyalitas) dan meyakini keimamannya setelah Rasul tanpa
ada selang (antara keduanya)(2). Menafikan keimaman dari orang-orang sebelumnya
yang menduduki kekhalifahan. Serta meyakini bahwa dia diikuti oleh mereka,
bukan dia yang mengikuti mereka sebagai bentuk ketundukan(3).(4)
Catatan: Sesungguhnya
kata Syi’ah, jika disebut hari ini maka tidaklah menjurus kecuali kepada
kelompok Itsnai ‘Asyariyah(5). Sebab Syi’ah Itsnai ‘Asyariyah merupakan
mayoritas Syi’ah hari ini di Iran, Iraq, Suriah, Libanon, negara-negara Teluk
dan tempat-tempat lainnya.. sebab referensi mereka dalam masalah hadits dan
periwayatan telah mencakup sebagian besar pendapat kelompok-kelompok Syi’ah
yang keluar sepanjang perjalanan sejarah.
Pertanyaan 2: Bagaimana asal-usul munculnya ajaran Syi’ah?
Jawaban: Pendapat yang kuat di kalangan para peneliti bahwa orang yang
membidaninya adalah Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi! Bahkan hal ini diakui oleh
kitab-kitab Syi’ah sendiri!
Kitab-kitab tersebut mencatat bahwa Ibnu Saba’ Al-Yahudi adalah orang
pertama yang mempopulerkan pendapat tentang keimaman Ali radhiyallahu ‘anhu.
Inilah akidah penetapan keimaman bagi Ali radhiyallahu ‘anhu yang merupakan
pokok ajaran Syi’ah.
Kitab-kitab tersebut menyatakan bahwa dia adalah orang pertama yang
menampakkan celaan terhadap mertua dan menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam: Abu Bakr, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum. Dia orang pertama pula
yang memunculkan pendapat tentang reinkarnasi, menuhankan Ali dan seterusnya.
Ulama mereka Al-Hasan An-Nubakhti berkata:
اَلسَّبَئِيَّةُ:
قَالُوْا بِإِمَامَةِ عَلِيٍّ عليه السلام وَأَنَّهَا فَرْضٌ مِنَ اللهِ عز وجل,
وَهُمْ أَصْحَابُ عَبْدِاللهِ بْنِ سَبَأ, وَكَانَ مِمَّنْ أَظْهَرَ الطَّعْنَ
عَلَى أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَالصَّحَابَةِ وَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ,
وَقَالَ: إِنَّ عَلِياًّ عليه السلام أَمَرَهُ بِذَلِكَ, فَأَخَذَهُ عَلِيٌّ عليه
السلام فَسَأَلَهُ عَنْ قَوْلِهِ هَذَا فَأَقَرَّ بِهِ, فَأَمَرَ بِقَتْلِهِ
“Kelompok As-Saba’iyyah
menyuarakan keimaman Ali ‘alaihis salam dan menyatakan bahwa hal tersebut
perkara fardhu dari Allah ‘azza wa jalla. Mereka adalah para pengikut Abdullah
bin Saba’, dia adalah salah seorang yang memunculkan celaan atas Abu Bakr,
Umar, Utsman dan para sahabat serta berlepas diri dari mereka. Dia berkata
bahwa Ali ‘alaihis salam yang memerintahkannya untuk itu. Maka Ali ‘alaihis
salam menangkapnya dan menanyainya tentang ucapannya tersebut, dia mengakuinya
dan kemudian Ali memerintahkan untuk membunuhnya.”
Dia berkata:
وَحَكَى
جَمَاعَةٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ سَبَأ كَانَ
يَهُوْدِياًّ فَأَسْلَمَ وَوَالَى عَلِياًّ عَلَيْهِ السَّلَامُ
“Sekelompok ulama
memberitakan bahwa Abdullah bin Saba’ dahulunya adalah seorang Yahudi. Kemudian dia masuk Islam
dan loyal kepada Ali ‘alaihis salam.”
Dia berkata:
وَكَانَ
يَقُوْلُ وَهُوَ عَلَى يَهُوْدِيَّتِهِ فِيْ يُوْشَعَ بْنِ نُوْن بَعْدَ مُوْسَى ص
بِهَذِهِ الْمَقَالَةِ, فَقَالَ فِيْ إِسْلاَمِهِ فِيْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ
طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ مِثْلَ ذَلِكَ. وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ أَشْهَرَ
الْقَوْلَ بِفَرْضِ إِمَامَةِ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ, وَأَظْهَرَ
الْبَرَاءَةَ مِنْ أَعْدَائِهِ .. وَأَكْفَرَهُمْ, فَمِنْ هَاهُنَا قَالَ مَنْ خَالَفَ
الشِّيْعَةَ: إِنَّ أَصْلَ التَّشَيُّعِ وَالرَّفْضِ مَأْخُوْذٌ مِنَ
الْيَهُوْدِيَّةِ.
“Ketika dia masih
menganut agama Yahudi dia menyuarakan pendapat ini(6) pada diri Yusya’ bin Nun
setelah Musa SAW, kemudian ketika dia Islam dia berpendapat seperti itu pula
pada diri Ali bin Abi Thalib ‘alaihis salam. Dialah orang pertama yang
mempopulerkan pendapat tentang wajibnya keimaman Ali ‘alaihis salam dan
menampakkan permusuhan terhadap musuh-musuhnya .. dan mengkafirkan mereka. Dari
sini, para penyelisih Syi’ah berkata bahwa pokok ajaran Syi’ah dan Rafidhah
diambil dari agama Yahudi.”(7)
Kemudian Gurunya para
ulama Syi’ah: Sa’d Al-Qummi (w 301 H) menyebutkan sikap Ibnu Saba’ Al-Yahudi
ketika mendengar kematian Ali radhiyallahu ‘anhu, di mana dia mengklaim bahwa
dia belum mati. Dia berpendapat bahwa Ali akan reinkarnasi dan bersikap ghuluw
(ekstrim) padanya.(8)
Dan beberapa pertanyaan
lagi tentang apa itu agama Syiah akan terjawab dari membaca buku ini…
puaskanlah keingintahuan anda dan kehati-hatian terhadap aliran sesat ini….
Syiah Imamiyah Its-na Asyariyyah (Syi’ah
Imam Dua Belas)
merupakan salah
satu aliran Syi’ah dari sekian banyak aliran-aliran Syi’ah yang menamakan
alirannya sebagai mazhab Ahlul Bayt. Tetapi apabila dibandingkan dengan
aliran-aliran Syi’ah yang lain, aliran ini dinilai sebagai aliran Syi’ah yang paling ekstrim lagi paling
berbahaya bagi agama, bangsa, dan negara. Penganutnya mendakwa hanya
dirinya atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bayt.
Dengan menggunakan
strategi licik yang mereka namakan taqiyah (berdusta), iaitu
menyembunyikan hakikat diri mereka dan menutupi i’tiqad mereka demi maslahat
agama dan dunia mereka, aliran ini pun berkembang pesat dengan cara tersebut.
Al-Kulaini, iaitu dari kalangan ulama besar mereka, beliau mengatakan, “Tidak
ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyah (berdusta).” Dan mereka juga
menegaskan bahawa kekhalifahan Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman tidaklah sah.
Disebutkan pula dalam
salah satu riwayat mereka, “Sesungguhnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
lebih mirip dengan ‘Ali ‘alaihis Salam dari seekor gagak dengan gagak lainnya.”
Mereka juga mengatakan, “Jibril diutuskan oleh Allah untuk membawa wahyu kepada
‘Ali ‘alaihis salam, namun Jibril tersalah sehingga Jibril pun menurunkannya
kepada Muhammad.”
Namun dengan
strategi-strategi licik dan dusta, ramai umat Islam yang jahil termakan
tipu-daya mereka sehingga akhirnya mereka pun keluar dari Islam dan menjadi
Rafidhah (Syi’ah).
Oleh kerana itu atas
sebab tersebut, buku tentang aqidah Syi’ah Its-na ‘Asyariyyah dalam bentuk
tanya-jawab ini pun diterjemah, diterbitkan, dan disebarkan semoga boleh
menjadi bekal dan pedoman membongkar hakikat sebenar wajah mereka.
Rekomendasi Ulama
Pada pengantar buku
ini, dimuatkan rekomendasi dari Syaikh Soleh bin Muhammad Al-Luhaidan
hafidzahullah, Anggota Hai’ah dan Ketua Kehakiman Kerajaan ‘Arab Saudi di mana
beliau menegaskan padanya:
“Saya nasihatkan kepada
setiap orang yang mendapatkan buku ini agar membacanya dengan cermat. Dalam
buku ini mereka akan mendapati hal-hal yang menghairankan sekaligus
“menggelikan hati”, iaitu yang akan membuat orang-orang berakal tercengang. Ini
adalah kerana jika mereka (Syi’ah) membicarakan tentang para imam mereka,
mereka akan menetapkan imam mereka jauh melampaui para Nabi, para Rasul, dan
para malaikat, bahkan mereka berbicara tentang para malaikat dengan hal-hal
yang tidak masuk akal. Para pembaca akan mendapati pelbagai perkara yang
mencengangkan tersebut dalam buku ini, dan bagi orang yang berakal akan
berkata:
“Tidakkah orang-orang
Syi’ah ini memiliki akal fikiran?”
Adapun tentang
kewalian, mereka berkata:
“Sesungguhnya kewalian
itu lebih utama dari solat, zakat, haji, dan puasa.”
Ini tercantum dalam
salah satu (kitab) yang menjadi sumber pokok ajaran mereka, iaitu kitab Al-Kafi.
Mereka juga mengatakan tentang hari raya Al-Ghadir:
“Sesiapa yang
mengingkarinya maka dia telah mengingkari Islam.”
Mereka mendakwa bahawa
para imam mereka memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat
yang dekat (dengan Allah), dan tidak pula seorang Nabi yang diutus. Mereka
menganggap bahawa hal tersebut termasuk perkara yang bersifat pasti dalam ajaran
mereka.
Mereka mendakwa bahawa
keimaman (kewalian dan kepimpinan) memiliki kedudukan yang mulia, darjat yang
tinggi, dan kekuasaan atas alam semesta, seluruh alam tunduk kepada
kekuasaannya. Lalu manakah kekuasaan dan kedudukan mulia ini untuk menghindarkan
mereka dari apa yang telah menimpa mereka dalam pelbagai peperangan? Di antara
ucapan mereka:
“Sesungguhnya seorang
‘alim dari kalangan Syi’ah sama seperti Musa dan Harun ‘alaihis salaam.”
Boleh jadi diambilnya persamaan dengan Musa dan Harun disebabkan adanya
hubungan lama mereka dengan Ibnu Saba’ Al-Yahudi, wallahu a’lam.
Sungguh saya tidak mahu mengisyaratkan apa yang dinukil dalam buku ini
berupa kesesatan dan musibah (dari kaum Syi’ah). Tetapi saya lebih suka jika
hal tersebut (tentang hakikat keadaan kaum Syi’ah) dapat dibaca (difahami) oleh
seorang Sunni mahupun Syi’ah. Kerana tujuannya adalah agar kebenaran dan
tanda-tandanya boleh dikenali, termasuk untuk mengungkap kebathilan dengan
segala bentuk kesesatan dan kehinaan mereka....
... Oleh kerana itulah, saya menekankan kepada para penuntut ilmu dan
sesiapa pun yang mencintai kemuliaan Islam agar membaca buku ini untuk
mengenali jauhnya perbezaan antara Ahlus Sunnah dengan kaum Syi’ah tersebut.
Sesungguhnya di sini kami berusaha untuk menerangkan kebenaran dan agar para
penuntut ilmu tersebut menerangkan jalan yang membawa kepadanya. Di samping
itu, agar para pengikut Sunnah dapat melihat apa yang dikatakan oleh para ulama
Syi’ah tentang al-Qur’an, para sahabat, para malaikat, dan wahyu yang menurut
mereka belum terputus...
... Demikian pula kepada para pemuda Syi’ah disarankan agar membaca buku
seperti ini agar mereka dapat mengenali akal para syaikh mereka. Semoga hal
tersebut dapat menjadi sebab bagi mereka meraih kebaikan dan meniti jalan-Nya yang
telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gambarkan dalam surah berikut:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahawa (yang Kami perintahkan
ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), kerana jalan-jalan yang lain itu
memecah-belahkan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertaqwa.” (Surah al-An’aam, 6: 153)
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam menggambarkan jalan tersebut dengan membuat satu garis lurus,
kemudian beliau membuat pula garis-garis yang banyak dan tidak lurus di sisi
kiri dan kanannya. Beliau berkata tentang garis lurus tersebut:
“Ini adalah jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” Dan terhadap garis-garis yang lainnya beliau katakan:
“Ini adalah jalan-jalan
yang lain lain, pada setiap jalan ini terdapat syaitan...” dan seterusnya.
Saya memohon kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan manfaat melalui apa yang telah
diajarkan-Nya kepada kita dan memberkahi apa yang telah diberikan-Nya. Saya
juga memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan manfaat melalui buku ini
dan menyebarkannya di tengah-tengah manusia agar para pengikut kebenaran
mengetahui apa yang disembunyikan oleh para pelaku kebathilan. Selain itu, agar
orang-orang yang menginginkan kebaikan dari para pengikut ajaran Syi’ah Imam
Dua Belas mendapatkan petunjuk, bagi yang berakal waras, lepas dari Yahudi dan
berasa senang mengetahui kebenaran sekaligus dapat mengikutinya...”
Selain itu, buku ini
juga turut mendapat semakkan dan rekomendasi daripada para ulama yang lainnya
semisal Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al-Jibrin, Syaikh ‘Abdullah bin
Muhammad Al-Ghaniman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Soleh Al-Mahmud, dan Syaikh
‘Abdullah bin ‘Abdurrahman As-Sa’d.