Pertanyaan Tentang Taqiyyah, Imam Kedua
Belas, Shahabat
Taqiyyah
1. Taqiyyah (berbohong untuk
melindungi diri) tidak dilakukan kecuali karena ketakutan. Ketakutan itu ada
dua macam :
Pertama, mengkhawatirkan dirinya. Kedua, takut
terhadap kesulitan, gangguan fisik, celaan, cacian, dan dicerca kehormatannya.
Adapun
kekhawatiran terhadap diri, maka dia ditiadakan dari imam karena dua sebab:
Pertama :
Kematian para Imam sekte Itsna Asyariyah yang biasa adalah karena pilihan
mereka sendiri – menurut klaim kalian.
Kedua :
Para imam memiliki pengetahuan tentang apa yang telah terjadi dan yang akan
terjadi. Jadi, mereka tahu dengan ajalnya, bagaimana kematian mereka, dan
waktunya secara khusus, sebagaimana yang mereka klaim. Sebelum waktu kematian,
mereka tidak akan mengkhawatirkan dirinya, dan mereka tidak perlu berlaku
munafik dalam agama mereka dan menipu kaum mukmin yang awam.
Adapun
jenis takut yang kedua, yaitu takut terhadap kesulitan, gangguan fisik, celaan,
cacian; maka tidak diragukan lagi bahwa bersabar menghadapi semua ini adalah
tugas para ulama. Apalagi Ahli Bait Nabi, mereka lebih pantas lagi untuk tabah
menghadapi semua ini untuk membela kakek mereka. Lantas jika demikian, untuk
apa taqiyyah?
Imam
Kedua Belas
1. Kalian
mengatakan, sebab ghaibnya imam yang kedua belas di tempat persembunyiannya
adalah karena takut dizalimi. Namun, mengapa keghaiban ini terus berlanjut
meskipun kekhawatiran tersebut telah sirna dengan berdirinya negara-negara
Syiah sepanjang sejarah, seperti Dinasti Ubaidiyyah, Dinasti Buwaihi, Shafawid,
dan terakhir negara Iran sekarang?
Mengapa ia
tidak keluar sekarang, padahal Syiah mampu membela dan melindunginya di negeri
mereka? Jumlah mereka jutaan dan akan menebusnya dengan jiwa raga mereka
sepanjang waktu.
2. Syiah
menyebutkan bahwa Imam Mahdi mereka apabila telah muncul, maka ia akan
memutuskan hukum dengan hukum keluarga Dawud!
Lantas
dimanakah syari’at Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamyang
menghapus syariat-syariat yang telah berlalu?!
Shahabat
1. Disaat
kami melihat Syiah mendekatkan diri kepada Allah dengan mencaci-maki para
pembesar Shahabat, terutama tiga khalifah: Abu Bakar, Umar dan Utsman. Ternyata
kami tidak menjumpai seorang Sunni pun yang mencaci-maki seorang pun dari Ahlul
Bait! Bahkan mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan mencintai Ahlul Bait.
Ini adalah perkara yang tidak bisa dipungkiri oleh Syiah, walaupun dengan
kedustaan.
2. Jika
Syiah menyebutkan bahwa mereka yang hadir di Ghadir Khum itu ribuan Shahabat
yang semuanya telah mendengar wasiat tentang kekhilafahan untuk Ali sepeninggal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa tidak seorangpun
dari ribuan shahabat itu datang dan marah kepada Abu Bakar?! Bahkan tidak pula
Ammar, Miqdad ataupun Salman (yang merupakan pengikut setia Imam Ali menurut
klaim Syiah).
3. Jika
kaum munafik dan kaum yang murtad sedemikian banyak jumlahnya sebagaimana yang
diklaim Syiah setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
lalu bagaimana Islam berkembang?! Dan bagaimana Persia dan kekuasaan Romawi
Timur bisa jatuh, serta Baitul Maqdis juga ditaklukkan?
4. Syiah
menyangka bahwa Muawiyah adalah kafir. Lalu kami dapati al Hasan turun dari
tampuk kekuasaan untuknya padahal ia adalah imam yang ma’shum. Maka
konsekuensinya mereka harus mengakui bahwa al Hasan telah turun dari tampuk
kekuasaan untuk diserahkan kepada orang kafir. Ini menyelisihi kema’shumannya,
atau berarti Muawiyah itu seorang muslim.
5. Syiah
mengutuk Muawiyah, sementara kami tidak mendapati Imam Ali ‘alaihissalam mengutuknya
dalam surat-suratnya.
6. Agama
Islam telah sempurna pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan
firman-Nya : ”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu”.
[terjemah QS al Ma-idah ayat 3]
Sementara
madzhab Syiah baru muncul setelah wafatnya Nabishallallahu ‘alaihi wasallam?!
(Disadur dari buku As-ilah Qôdat Syabâb asy
Syî’ah ilâ al Haqq, terjemahan Indonesia “Menimbang Ajaran Syiah, 188
Pertanyaan Kritis” oleh Sulaiman bin Shalih al Kharasyi)