Ayo Ahlus Sunnah zuhudkan nyawa anda ( jika masih punya ghirah) untuk menghadang Syi'ah laknatullah !!!
Seorang tokoh
Syiah rafidhah terkenal yang bernama Ali al-Kurani menyatakan kegembiraannya
dengan kematian raja Abdullah –semoga Allah merahmati dan mengampunyinya- lalu
Ali al-Kurani memprofokasi syiah Bahrain untuk perang bergabung dengan yaman
menghabisi Saudi dalam 10 tahun ini. Dia berkata: “Saya ucapkan selamat kepada
kaum mukminin (Syiah) di bahrain, untuk semua bangsa Bahrain, bahwa jalan
kemenangan kalian sudah dekat. Binasanya raja Abdullah di Hijaz akan diikuti
dalam waktu dekat insyaallah oleh kemenangan manusia di Bahrain. Oleh karena
itu kalian wajib berhamburan untuk menghadapi pasukan Arab Saudi yang menjajah
kalian di Bahrain. Kalian harus menjadikan kehidupan mereka di Bahrain seperti
neraka jahim. Ketika kalian menang jangan melakukan seperti apa yang mereka
lakukan yaitu kalian seret raja dan pangerannya lalu kalian penggal kepalanya.
Tidak, tidak. Cukup sekaplah raja dalam ruang kecil dengan dua hilamr
(keledai), dan perdana mentrinya dalam ruangan kecil dengan dua ekor monyet.
Saya yakin bahwa Teluk akan terbuka dan kewajiban penduduk teluk bersiap-siap
menyambut kedatangan pasukan Yaman. yaman pasti datang. Akan datang suatu hari
kamu lihat para pemimpin teluk akan membooking kamar-kamar hotel ritaz kecil di
sha’dah yaman. ini sunnatullah. sunnatullah bahwa wahhabiyyah akan runtuh dan
tidak akan kembali lagi. 10 tahun lagi tidak aka nada lagi wahabi di hijaz.”
Silakan saksikan videonya!
Syiah Begitu Bernafsu
Ingin Menyerang dan Menguasai Mekah dan Madinah
NAFSU SYI’AH MEREBUT AL-HARAMAIN (MAKKAH MADINAH)
Setelah
menyadari peran penting Syi’ah Majusi dalam meruntuhkan semua Khilafah Islamiyah,
maka kita tidak heran; jika sekarang mereka berusaha merebut al-Haramain (dua
tanah haram). Misi jahat ini bukan rahasia lagi, baik politikus maupun
ayatusSyi’ah sudah dengan gamblang mengucapkannya.
Lihat ancaman mereka di sini:
MENGAPA
HARAMAIN MENJADI TARGET?
Tanah Haramain
(Makkah-Madinah) sangat istimewa dan strategis. Nilai spiritual kedua
tempat suci ini menembus hati setiap muslim sejati.
Makkah adalah Qiblat kaum muslimin seluruh dunia. Setiap
tahun jutaan kaum muslimin berbondong-bondong datang ke Makkah demi
melaksanakan ibadah haji atau Umrah. Dan Madinah adalah kota Nabi , sekaligus
tempat dimakamkannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Selain itu, nilai politis kedua tanah suci ini sangat
tinggi. Siapa saja diberi taufik untuk memakmurkan al-Haramain, maka mereka
bisa mempengaruhi opini dan ideologi muslim dunia.
Al-Maqdisi, dalam kitabnya al-Ghaibah, h. 282 menulis: ”
Sesungguhnya al-Qa’im (Imam Mahdi Syi’ah) akan menghancurkan Ka’bah dan Masjid
Nabawi, dan mengembalikannya ke asalanya”.
Al-Majlisi, dalam Bihar al-Anwar, 52/386 menulis:
“Tahukah kalian, apa perbuatan yang pertama kali dilakukan oleh al-Mahdi?” Yang
pertama kali dia lakukan adalah mengeluarkan jasad kedua orang ini ( Abu Bakar
dan Umar), kemudian membakar keduanya dan menerbangkan debunya di udara. Lalu
menghancurkan Masjid (Nabawi)”.
Inilah sebabnya, mengapa Iran dan Syi’ahnya sangat
bernafsu merebut Makkah dan Madinah dari Alu Saud.
Ancaman Syi’ah ingin menguasai dua Kota Suci bukanlah
isapan jempol semata. Mereka sudah memulainya 20 tahun yang lalu. Tentu saat
ini, persiapan mereka sudah lebih matang. Apalagi, Syi’ah sudah
berhasil mengepung Saudi dari berbagai penjuru, Tentaranya sudah tersebar
di Irak, Kuwait, Bahrain, Yaman, Qathif (Saudi), dan Madinah.
Jika serangan besar-besaran Syi’ah terhadap Saudi sudah
terjadi, terlepas berhasil atau tidaknya, maka saudara dapat bayangkan besarnya
kerusakan dan banyaknya korban yang akan jatuh.
Mungkin, kita juga perlu bertanya, apa jadinya Makkah dan Madinah, di bawah
kekuasaan Syi’ah nantinya?
Photo: Illustrasi jika Syi’ah menguasai Makkah
al-Mukarramah.(Desainer foto ini adalah seorang aktifis Syi’ah)
sumber:
Ancaman Perang Sudah Berada di Depan Ka'bah
Bagaimana sikap Raja Salman bin Abdul Aziz melihat
ancaman yang sudah berada di depan Ka’bah? Adakah ancaman Ini di sadari atau
menunggu sampai ancaman itu benar-benar terjadi?
Selama
ini, ketika Arab Saudi dibawah Raja Abdullah hanya sibuk dengan ancaman
‘teroris’ yang terus menerus di cekokan ke kepala Raja Abdullah oleh Barat.
Sehingga,
Raja Abdullah menghabiskan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh Kerajaan
Arab Saudi, digunakan untuk mendukung Amerika Serikat, Eropa dan Zionis,
memerangi “teroris”.
Dampaknya,
bukan hanya kehancuran Muslim di berbagai negara Arab, tapi Kerajaan Arab
Saudi, sekarang menghadapi ancaman yang benar-benar di depan mata.
Betapa
Arab Saudi di bawah Raja Abdullah, seluruh kekuatannya digunakan membantu
Amerika, memerangi Muslim yang sejatinya ingin membebaskan negeri-negeri Muslim
yang sekarang ini terjajah oleh kekuatan konspirasi Zionis dan Salibis,
menggunakan tangan ‘proxy’ Amerika Serikat dan Eropa.
Pernahkah
di sadari para pemimpin Arab Saudi, sesudah Lebanon jatuh ke tangan Syi’ah, dan
sekarang membentuk kelompok ‘Hezbullah’? Sekarang Hezbullah menjadi
kekuatan penentu politik di Lebanon. Menggilas kelompok Sunni.
Hezbullah
mengirim milisinya ke Suriah, mempertahankan rezim Syi’ah yang dipimpin Bashar
al-Assad. Kekacauan di Suriah sudah menewaskan 350.000 Muslim, dan separuh
penduduknya menjadi pengungsi. Di mana tanggung jawab Kerajaan Arab Saudi yang
memposisikan dirinya sebagai ‘pemimpin’ dunia Sunni?
Tidak
bisa dipandang remeh dengan jatuhnya Yaman ke tangan Syiah Houthie, dan
sekarang telah berhasil menguasai Sanaa, dan bahkan mendepak Presiden dan
Perdana Menteri Yaman. Syiah Houthi didukung senjata dan dana oleh Iran,
tanpa batas. Ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi sebuah ‘monster’ bagi Arab
Saudi.
Jika
Syiah Houthi sudah mapan kekuasaannya, dan menguasai kekuassaan dan perangkat
negara, seperti angkatan bersenjata, kepolisian, intelijen, dan kementerian
dalam negeri, dan sarana-sarana penting, seperti bandara, pelabuahan, dan
sarana-sarana lainnya, maka secara de facto hanya tinggal waktu atau momentum
menyerang Arab Saudi.
Selama
ini Arab Saudi hanya sibuk memberikan dukungan kepada Amerika Serikat memerangi
al-Qaidah di Semenanjung Arabia (Yaman), yang sejatinya bukanlah menjadi
ancaman faktual bagi pemerintah Arab Saudi. Karena mereka memiliki prinsip yang
sama, yaitu tegaknya sistem dan nilai Islam, yang bersumber pada aqidah para
salaf.
Jika
Yaman jatuh ke tangan Syiah, ini berarti secara geopolitik, Semenanjung Arabia,
perlahan-lahan akan menuju kehidupan baru, dibawah kejayaan rezim Syi’ah yang
sekarang membentang dari Lebanon, terus ke Suriah, Irak, Iran, Bahrain,
dan bahkan sekarang Yaman. Ibaratnya, negeri-negeri Arab seperti kartu ‘domino’
yang satu-satu ke tangan Syi’ah.
Raja
Salman bin Abdul Aziz yang baru menggantikan Raja Abdullah yang meninggal,
ketika usai melantik kabinet nya yang baru, menegaskan kepada seluruh rakyatnya
dan para menterinya agar menjaga ‘agama’ (al-Islam).
Ini
sebuah penegasan kepada seluruh rakyat Arab dan Jazirah Arab. Jika berbicara
‘agama’ tidak dapat dipisahkan dengan Islam.
Raja
Salman bin Abdul Aziz harus menyadari bahwa Amerika, Eropa, dan Zionis telah
melakukan kolaborasi dengan Syi’ah Iran, dan bertujuan ingin menghancurkan
golongan Sunni yang dinilai menjadi ancaman yang bersifat laten.
Arab
Saudi bukan hanya menjadi pusat peradaban Islam, tapi Arab Saudi menjadi
ancaman bagi peradaban Barat.
Ajaran
yang dilahirkan ulama terkemuka Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Wahab, yang
kemudian dikenal dengan sebutan ‘Wahabi’, yang hakekatnya pemurnian nilai-nilai
tauhid itu, dipandang sebagai ancaman bagi perabadan Barat.
Tak
aneh sekarang ini, kafir musyrik (Yahudi, Nasrani, dan Syiah)
berkolaborasi ingin menghancurkan Sunni. Inilah hakekat perang yang
sesungguhnya.
Hanya
semasa Raja Abdullah, faktanya Amerika, Eropa, Zionis, dan Iran
berhasil melakukan manipulasi, dan berhasil membujuk penguasa Arab
Saudi masuk dalam koalisi global, yang sesungguhnya bertujuan menghancurkan
Arab Saudi, karena negara 'petro dollar' itu menjadi ‘bastion’ (benteng
terakhir) peradaban Islam dan ahlus sunnah. Wallahu’alam.