Ahlul Bait sungguh mulia… dengan nasab yang mulia dan Allah SWT memuliakannya dengan akhlak yang indah. Fakta yang sangatlah jelas dari Keluarga Ahlul Bait Nabi SAW.
Para ahlul bait Nabi mempunyai nasab yang mulia dan juga akhlak mulia. Wajib mencintai mereka.
“Sesungguhnya Nabi SAW memegang tangan Hasan dan Husain, sambil berkata, ‘Barangsiapa yang mencintaiku dan mencintai kedua orang ini dan ayah dari keduanya, maka ia akan bersamaku di dalam kedudukanku (surga) pada hari kiamat.’ “
Sesungguhnya Abu bakar ra berkata, “Sungguh kerabat-kerabat Rasulullah SAW lebih aku cintai daripada keluargaku sendiri”.
Fakta pergaulan para ahlul bait Nabi SAW dan dengan para sahabat dan umat islam lainnya,
Dari Aisyah ra, “Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan Rasulullah SAW.
Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata :”Selamat datang, puteriku.” Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum.
Setelah itu aku berkata kepada Fatimah : Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!”.
Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya :”Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?” Fatimah menjawab :”Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasulullah SAW.”
Aisyah berkata :”Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya :”Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?”
Fatimah pun menjawab :”Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa bacaannya terhadap Al Qur’an sekali dalam setahun, dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahuluimu.”
Fatimah berkata :”Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata :”Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mukminin ?” Fatimah berkata :”Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat.”(Imam Muslim)
Dari Aisyah ra, dia berkata, “Isteri-isteri Nabi SAW pernah mengutus Fatimah ra kepada Rasulullah SAW. Dia meminta izin kepada beliau yang ketika itu tengah berbaring bersamaku di atas kainku. Lalu beliau memberikan izin kepadanya. Maka Fathimah berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya isteri-isterimu telah mengutusku kepadamu untuk meminta keadilan mengenai puteri Abu Quhafah (Aisyah)’, Dan aku pun diam. Lalu Rasulullah SAW berkata kepadanya, ‘Wahai puteriku, bukankah engkau mencintai apa yang aku cintai?’. Fatimah pun menjawab, ‘Ya’. Kalau begitu, maka cintailah wanita ini (Aisyah ra)’, jawab Nabi SAW” (Imam Muslim)
“Suatu ketika Abu Bakar melaksanakan shalat Ashar. Setelah itu berjalan pulang dan melihat Hasan bin Ali sedang bermain dengan anak-anak sebaya. Abu Bakar kemudian menggendongnya seraya berkata, “Sungguh, anak ini sangat mirip dengan Nabi, tidak mirip Ali”. Mendengar pernyataan ini, Ali tertawa (Imam Bukhari)
Umar ra pernah berkhutbah kepada kami di atas mimbar Rasulullah SAW, Ia berkata, “Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling ahli di bidang hukum, dan Ubay bin Ka’ab adalah orang yang paling fasih bacaannya”(Imam Bukhari)
Datang seorang lelaki kepada Umar bin Khattab untuk mengadukan Ali bin Abi Thalib. Umar berkata kepada Ali, “Berdirilah wahai Abu Al-Hasan dan duduklah di samping orang yang bersengketa denganmu.” Maka berdirilah Ali dengan wajah masam kemudian duduk di sebelah lelaki tersebut. Setelah mengemukakan masalah, Umar kemudian memutuskan perkara di antara mereka berdua.
Kemudian setelah masalah selesai dan lelaki tersebut pergi, Umar berkata kepada Ali, “Ada apa sebenarnya engkau ini, mengapa wajahmu berubah ketika aku menyuruhmu duduk di sebelah lelaki tadi? Apa ada hal yang tidak engkau sukai?” Ali kemudian menjawab, “Benar, memang aku tidak suka. Mengapa engkau memanggilku dengan nama kunyah di depan lelaki tadi. Pemanggilan dengan nama kunyah termasuk bentuk pemuliaan terhadap orang yang dipanggil. Mengapa engkau tidak mengatakan saja “Berdirilah wahai Ali dan duduklah di samping lelaki ini” ?
Kemudian Umar pun mencium kening Ali bin Abi Thalib karena kagum akan sikapnya.
Umar bin Khattab meskipun dia orang yang tegas dan tidak mau membeda-bedakan rakyatnya.. tapi beliau paham akan kedudukan Ali bin Abi Thalib.. sehingga beliau memanggil dengan penghormatan tinggi kepada Ali bin Abi Thalib.. dihadapan lelaki yang bersengketa dengan Ali ra.. tapi Ali pun mempunyai akhlak yang mulia.. beliau tdk mau dibeda2kan dalam masalah hukum.
Ketika jenazah Umar diletakkan di antara mimbar dan makam Rasulullah SAW, Ali r.a. datang dan berdiri di depan barisan, seraya mengatakan, “Inilah orangnya (tiga kali). Mudah-mudahan Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepadamu. Tidak seorang pun hamba Allah SWT yang paling aku cintai untuk bertemu Allah SWT (dengan membawa buku catatan yang baik), setelah buku catatan Nabi SAW, selain dari yang terbentang di tengah-tengah kalian ini (yakni jenazah Umar ra).” (Imam Ahmad)
PARA AHLUL BAIT MEMULAI DAN MENCONTOHKAN MEMBERI NAMA ANAK-ANAKNYA DENGAN NAMA ABU BAKAR, UMAR DAN AISYAH..
Imam Ali ra memberi salah satu nama anaknya dengan nama Abu Bakar dan Umar
Imam Hasan ra memberi nama salah satu anaknya dengan nama Abu Bakar dan Umar
Imam Husein ra memberi nama salah satu anaknya dengan nama Abu Bakar dan Umar
Imam Ali Zainal Abidin memberi salah satu nama anaknya dengan nama Umar dan Imam Musa al-Kadzim memberi nama salah satu anaknya dengan nama Abu Bakar (Kasyful Ghummah, Juz 2, Hal. 217)
Imam Ali al-Ridla dan Imam Ali al-Hadi juga memberi nama salah seorang putrinya dengan nama Aisyah (Kasyful Ghummah, Juz 2, Hal. 237)
Zaid bin Amr bin Utsman bin Affan menikah dengan Sukainah binti al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Muhammad bin Abdullah bin Amr bin Utsman bin Affan menikah dengan Fathimah binti al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. (Nasabu Quraisy li al-Zubairi, Juz IV, Hal. 114 dan 120)
Imam Muhammad al-Baqir menikah dengan Ummu Farwah binti Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, dan ibu dari Ummu Farwah adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar. Ummu Farwah adalah ibu dari Imam Jakfar Ash Shaddiq. (Al-Kafi, Juz I, Hal. 472)
Imam Ja’far al-Shadiq, “Abu Bakar telah melahirkan aku dua kali”