Oleh: Muhammad
Gharib asy-Syuwai’ir
Apa yang saya
sampaikan berikut ini adalah sebagian pertanyaan dan fakta sejarah yang membuat
risau para ulama Syiah dan membuat mereka bungkam karena tidak bisa
membantahnya. Oleh karena itu jangan biarkan hanya para pengikut mereka saja
yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Saya menggali informasi dari
sumber-sumber dan
kitab-kitab mereka sendiri.
Salah satunya saya berhasil mewawancarai salah
seorang Pemuka Agama Syiah yang merasakan keresahan dalam hatinya.
Berikut tanya jawab yang berlangsung di antara
kami:
Abu Gharib (AG): Imam, saya berharap Anda menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya dengan terbuka dan terus terang.
(Maksud saya menyebutnya Imam seperti yang terdapat
dalam surah al-Qaṣaṣ ayat: 41 yang berbunyi: dan Kami jadikan mereka para imam
yang mengajak masuk neraka)
Tokoh Syiah (TS): Silahkan.
AG : Benarkah Rasulullah ingin mengusir orang-orang
Syiah dari Madinah?
TS : Itu tidak benar, tidak masuk akal, meskipun
al-Kulaini meriwayatkannya dalam al-Kāfi.
AG : Bagaimana Anda yakin itu tidak benar sama
sekali?
TS : Karena Syiah belum muncul pada masa Beliau.
AG : Kalau begitu kapankah munculnya Syiah?
TS : (Tersenyum getir, kemudian dia mendekat kepada
saya) Saya akan sampaikan fakta-fakta yang tidak akan Anda dengar dari orang
lain jika Anda berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapa pun.
AG : Saya berjanji tidak akan menyembunyikan
kebenaran.
TS : Setelah kaum muslim mengalahkan tentara
kekaisaran Persia yang beragama Majusi, dan menghancurkan kekuatan mereka
sebagai negara adidaya kala itu sementara orang-orang Arab bagi mereka tidak
ada apa-apanya, mereka berusaha untuk melakukan pembalasan dan mengembalikan
kejayaan mereka. Siasat menjadisyiah dipandang sebagai pintu masuk yang paling
tepat untuk menghancurkan Islam ketika memenangkan perang terbuka dengan kaum
muslim diyakini sebagai sesuatu yang mustahil.
AG : Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa Syiah
adalah gerakan politik berkedok agama?
TS : Betul, dan ini dilaksanakan oleh tangan-tangan
Yahudi yang lihai. Mereka memulainya dengan menyingkirkan orang yang telah
meruntuhkan singgasana kekaisaran mereka.
AG : Apa maksud Anda bahwa peristiwa pembunuhan
Umar merupakan tindakan balas dendam terhadap beliau karena telah menghancurkan
kerajaan Kisra?
TS : Bukankah yang membunuh Umar adalah Abu
Lu`lu`ah Fairuz, orang Persia yang menganut Majusi? Oleh karena itu orang-orang
Syiah membuat tempat bersejarah yang di sana terdapat kuburan yang diklaim
sebagai kuburan Abu Lu`lu`ah di kota Kāsyān, Iran. Mereka menamakannya Tempat
Tetirah Baba Syujā` ad-Dīn (Bapak Pemberani Agama). Situs ini dikunjungi dan
disumbang sejumlah harta dan benda berharga sebagai penghargaan atas apa yang
telah dia persembahkan untuk mereka. Karena perayaan Neroz berhubungan dengan
tahun baru Persia Khomeini menyunahkan untuk berpuasa sunnah pada hari itu.
AG : Apa urusan orang Yahudi dengan kejadian
tersebut?
TS : Tokoh Yahudi Abdullah bin Saudā` yang
menampakkan diri sebagai seorang muslim mengambil kesempatan ini untuk menohok
kehormatan para sahabat Nabi dengan provokasi bahwa Ahlulbaitlah yang berhak
atas kekhalifahan sepeninggal Rasulullah, bahwa Nabi ‘alaihissalam telah
mewasiatkan kekhalifahan kepada Ali dalam peristiwa Ghadīr Khum. Terakhir Bin
Saudā` ini mengatakan bahwa Ali adalah tuhan. Oleh karena itu Alipun
mengusirnya.
AG : Mengapa rekayasa ini bisa bertahan lama
padahal hubungan Ali dengan khalifah-khalifah Rasyidin lainnya sangat baik dan
sangat kuat? Juga beliau ikut membaiat ketiga khalifah tersebut, memberikan
bantuan yang sangat besar kepada mereka dalam menjalankan roda pemerintahan?
Padahal beliau juga menikahkan putrinya Ummu Kulṡum dengan Umar? Padahal beliau
juga memberi nama anak-anak mereka dengan Abu Bakar, Umar, dan Usman.
TS : Inilah pertanyaan-pertanyaan yang
menggelisahkan para Imam Syiah, karena mereka tidak menemukan jawaban yang
meyakinkan dan dapat diterima. Mereka mengatakan bahwa Ali tidak menuntut
jabatan khalifah demi menjaga persatuan umat; Pernikahan Umar dengan putri
beliau dikatakan terjadi secara paksa; dan baiat yang diberikannya kepada
ketiga khalifah tersebut disebut-sebut sebagai taqiyah (melakukan sesuatu tidak
sesuai dengan keyakinan hati demi menjaga keamanan dan kemaslahatan).
TS : Tetapi itu tentu bertentangan dengan
keberadaan Ali sebagai sosok pemberani, serta keteguhan beliau menegakkan yang
hak. Di lain sisi, jika hal itu semua benar adanya tentu para sahabat yang lain
tidak akan mendiamkan kezaliman yang terjadi sedangkan Alqur`ān dan Sunnah Nabi
masih sangat segar dalam kepala dan hati mereka.
TS : Oleh karena itu orang-orang harus dijauhkan
dari kedua sumber tersebut. Maka dimunculkanlah pendapat bahwa Alqur`ān telah
diubah-ubah, dan bahwa para sahabat murtad begitu Nabi wafat kecuali segelintir
kecil saja untuk menghempang kaum muslim dari fakta dan kebenaran. Oleh karena
itu sahabat-sahabat yang paling dekat dengan Nabi dan yang terbanyak
meriwayatkan hadits-hadits beliau paling dibenci dan paling dimusuhi oleh
Imam-Imam Syiah.
AG : Pola pikir orang-orang Syiah sungguh aneh,
Anda semua mengatakan bahwa Khomeini berhasil melakukan revolusi dengan bantuan
para pendukung dan orang-orang dekatnya, mereka semua teguh dalam perjuangan,
penuh loyalitas dan ikhlas, tetapi Anda semua menuduh bahwa sahabat-sahabat
Nabi Muhammad murtad dan mengobrak-abrik Alqur`ān sepeninggal beliau. Apakah
Khomeini lebih baik daripada Nabi Muhammad ? Lebih mampu mendidik dan memberi
pengaruh positif kepada pengikutnya? Lebih kuat hujah dan penjelasannya?
TS : (Menganguk-angguk canggung)
AG : Kalau para sahabat tidak diakui oleh
orang-orang Syiah, dari mana Anda semua menerima ajaran-ajaran agama?
TS : Dari dua belas Imam yang periodenya saling
bersambung. Mereka diyakini maksum sehingga orang-orang pun sudi menerima
segala sesuatu yang dikatakan bersumber dari mereka, tanpa ragu-ragu, tanpa
bertanya tentang kesahihannya.
AG : Mengapa dua belas Imam?
TS : Sesuai dengan jumlah nenek moyang Bani Israel.
Oleh karena itu al-Kulaini mengatakan bahwa imam yang terakhir ialah al-Mahdi,
semoga Allah menyegerakan kemunculannya, dia akan menerapkan hukum Daud dan
hukum Sulaiman, berdoa dengan bahasa Ibrani. Ide imamah yang turun temurun juga
bersumber dari hukum Persia yang diberlakukan oleh Dinasti Ghasasinah.
AG : Tetapi bukankah kenyatakan bertolak belakang
dengan keyakinan maksumnya para Imam tersebut? Misalnya perdamaian yang
dilakukan oleh Hasan dengan Mu’awiyah raḍiallāhu ‘anhumā yang bertolak belakang
dengan sikap Husain yang tidak mau berdamai dengan Yazid bin Mu’awiyah. Apakah
sikap mengalah yang dilakukan oleh Hasan sebagaimana yang dikatakan oleh
Rasulullah bahwa (Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, semoga Allah
mendamaikan dua kelompok kaum muslim melalui dirinya) adalah sikap yang benar,
meskipun dia memiliki kekuasaan, kekuatan dan kemampuan untuk berperang?
Ataukah perlawanan Husain meskipun beliau tidak
memiliki kekuatan yang cukup? Mengapa terdapat kontradiksi di antara sikap
beliau berdua padahal, sebagaimana yang diyakini Syiah, keduanya adalah
sosok-sosok yang maksum?
TS : Ini termasuk perkara yang membuat gamang para
imam, oleh karena itu mereka melarang menyampaikan pertanyaan ini dan
mengharamkannya.
AG : Mengapa Anda semua hanya mengikuti sikap
Husain dan mengabaikan sikap Hasan raḍiallāhu ‘anhumā?
TS : Karena Husain menikah dengan Syahbanu putri
Kaisar Persia Yazdajrid, dia menjadi titik temu silsilah keluarga Sasaniah yang
mulia dengan keluarga Hasyimiyah. Melalui anak keturunan mereka kekuasaan yang
terampas akan kembali. Inilah sebabnya mengapa mulai dari imam ke-4, imam-imam
Syiah semuanya berasal dari keturunan Husain.
AG : Tetapi Imam Mahdi kelak berasal dari keturunan
Hasan!
TS : Tetapi kami berpendapat dia berasal dari
keturunan Husain. Hanya saja sesuatu di luar skenario terjadi, Imam
kesebebelas, Hasan al-‘Askari, tidak memiliki anak padahal Abu Abdillah telah
berkata, “Jika bumi tidak lagi memiliki Imam pastilah dia tenggelam!” Ini
kemudian memunculkan ide tentang Imam yang bersembunyi –semoga Allah
menyegerakan kemunculannya –sampai-sampai diyakini hidup lebih dari seribu
tahun. Pemikiran ini terus membelenggu orang-orang Syiah; hingga sekarang
mereka tetap menunggu-nunggu kedatangannya meski pun jika dihitung semenjak
kelahirannya hingga sekarang sudah berlalu lebih dari seribu tahun.
AG : Bagaimana Anda semua menyikapi kontradiksi dan
perbedaan sikap yang nyata dari para Imam-Imam, sementara Anda semua meyakini
bahwa mereka adalah sosok-sosok yang maksum.
TS : Ajaran taqiyah –yang persentasenya 90% dari
ajaran agama ini –merupakan solusi cerdas sebagai jalan keluar dari masalah
ini. Ajaran ini meniru Yahudi yang membolehkan berbohong kepada non Yahudi. Abu
Abdullah berkata, “Taqiyah bagian dari agamaku dan agama para pendahuluku.
Tidak ada iman bagi orang yang tidak bertaqiah. Ayatullah Khomeini memberikan
pengertian taqiyah yaitu menjaga Islam dan mazhab Syiah, dan bahwa jika Syiah
tidak memakai prinsip ini tentu pemikiran Syiah telah punah. Oleh karena itu
jika terdapat pertentangan antara dua sikap atau pernyataan para Imam, mereka
mengatakan salah satu adalah taqiyah.
AG : Bagaimana Anda semua dapat membedakan antara
yang benar dengan yang hanya taqiyah jika terjadi hal seperti itu?
TS : Jika terdapat beberapa pendapat di kalangan
para Imam dan saling bertentangan, maka yang dipegang oleh Syiah ialah pendapat
yang berbeda dengan pendapat Ahlussunnah, sebagaimana yang telah dikatakan oleh
para Imam. Diriwayatkan dari Aṣ-Ṣadūq, dari Ali bin Asbāṭ, dia berkata, “Saya
berkata kepada ar-Riḍa ‘alaihis salām, ‘Terjadi sesuatu yang tidak saya ketahui
hukumnya, tidak pula terdapat di negeri saya orang yang dapat saya mintai
fatwanya dari kalangan pendukung Anda, apa yang harus saya lakukan?’ Dia
berkata, ‘Datangkanlah Ahli Fiqh di negeri itu (dari kalangan Ahlussunnah) dan
minta fatwalah kepadanya tentang masalah Anda.Jika memberikan fatwa maka
lakukanlah yang berbeda dengan yang difatwakannya.Karena itulah yang benar.
AG : Mengapa tidak merujuk kepada Alqur`ān?
TS : Alqur`ān yang ada sekarang, sebagaimana yang
pernah saya sampaikan kepada Anda, diyakini Syiah telah mengalami perubahan.
Mereka membacanya karena terpaksa saja. Dari Abi Abdillah ‘alaihis salā, dia
berkata, “Sesungguhnya kita memiliki mushaf Fatimah ‘alaihā as-salām. Tahukah
Anda mushaf Fatimah itu? Di dalamnya terdapat ayat-ayat tiga kali lebih banyak
daripada Alqur`ān Anda. Demi Allah tidak satu hurufpun yang sama dengan
Alqur`ān kalian.
AG : Jadi mushaf Fatimah berbahasa Persia?
TS : Anda tentu hanya menduga-duga, tetapi saya
rasa itu mungkin saja. Jika Anda tahu betapa bencinya orang-orang Persia kepada
orang-orang Arab sekalipun yang telah menganut Syiah, Anda tidak akan merasa
heran jika memang begitu adanya.
AG : Menurut Anda, kapan perseteruan antara Syiah
dan Ahlussunnah ini berakhir?
TS : Tidak akan berakhir sampai agama kalian punah
dan mereka memerangi kalian, sebagaimana yang dikatakan oleh Khomeini kepada
salah seorang Imam ketika memasuki Taheran dari pengasingannya, “Telah datang
masanya kita melaksanakan wasiat para Imam ṣalawātullāhi ‘alaihim, kita akan
menumpahkan darah orang-orang Nawāṣib (Ahlussunnah), kita akan membunuhi
anak-anak mereka dan membiarkan hidup para wanita mereka. Kita tidak akan
membiarkan seorang pun lolos dari hukuman. Harta mereka akan menjadi milik
pendukung Ahlulbait. Kita akan memusnahkan Mekah dan Medinah dari muka bumi
karena kedua kota ini telah menjadi sarang orang-orang Wahabi. Karbala harus
menjadi tanah suci yang penuh berkah, menjadi kiblat umat manusia dalam shalat.
Kita akan mewujudkan impian para Imam ‘alaihimus salām sebagaimana yang
diriwayatkan oleh al-Majlisi dari al-Muntaẓar bahwa dia berkata, “Tidak ada
yang tersisa antara kita dengan bangsa Arab selain pembantaian!” Inilah alasan
mengapa Khomeini mendo’akan rahmat bagi Naṣīruddin aṭ-Ṭūsi dan Ibnu al-‘Alqami
yang telah bersekongkol dengan Holago Kan membantai kaum muslim ketika mereka
merebut kota Baghdad.
AG : Ketika Anda berbicara tentang Imam Mahdi yang
melaksanakan hukum keluarga Daud, memerangi bangsa Arab, mendirikan Negara
Yahudi di Persia, dan menghancurkan Mekah dan Medinah, saya jadi teringat
dengan sosok Dajjal; ciri-ciri yang Anda sebutkan sangat cocok dengan Dajjal.
TS : Saya ucapkan selamat kepada Anda wahai
Ahlussunnah, karena memiliki rujukan Alqur`ān dan Sunnah. Anda tidak mengalami
kesulitan seperti yang kami hadapi, karena tidak seorang pun di antara kami
yang dapat mempertanyakan seorang pun ulama kami, kami tidak diizinkan untuk
menanyakan dalil. Seluruh dalil-dalil dan riwayat yang kami terima hanya berupa
dari Abu Abdillah, berkata Abu Abdillah. Orang-orang Syiah sangat gelisah
dengan banyak perpecahan dan pertentangan-pertentangan yang berlawanan dengan
dasar-dasar keyakinan mereka. Mereka dalam masalah dasar-dasar keyakinan terpecah
hingga 300 kelompok, sedangkan kalian tetap berada dalam satu dasar keyakinan,
perbedaan-perbedaan yang terjadi hanya perbedaan yang biasa, tidak keluar dari
masalah-masalah furu’.
AG : Apa pendapat Anda ketika masyarakat mengatakan
Rafiḍah adalah Yahudinya umat ini?
TS : Demi Allah mereka benar, mereka membenci Islam
sebagaimana orang-orang Yahudi membenci agama Nasrani. Ali telah membakar dan
mengusir mereka. Demikian juga yang terjadi dengan orang-orang Yahudi.
Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa kekuasaan tidak boleh lepas dari tangan
keturunan Daud, dan orang-orang Syiah mengatakan tidak boleh lepas dari
keturunan Ali bin Abi Ṭālib. Orang-orang Yahudi mengatakan tidak ada jihad
sampai kemunculan al-Masih, dan Syiah mengatakan bahwa tidak ada jihad sampai
munculnya Imam Mahdi. Orang-orang Yahudi menghalalkan darah setiap muslim,
demikian juga dengan Syiah. Orang-orang Yahudi melakukan perubahan terhadap
Taurat, dan Syiah pun mencobanya, ketika mereka tidak berhasil melakukannya
mereka menyelewengkan tafsirannya dan mengatakannya makna batin. Syiah
mengatakan neraka haram menyentuh para penganut Syiah kecuali sedikit saja,
sementara orang-orang Yahudi mengatakan, “Kami tidak akan masuk neraka kecuali
hanya beberapa hari saja.”
AG : Selagi Anda semua, sebagian besar Ulama Syiah,
mengetahui kebenaran dan bahwa Syiah muncul semata-mata untuk menghancurkan
agama Muhammad, mengapa Anda semua tidak kembali kepada Islam?
TS : (Mengangkat kepala dan memandang dengan kedua
matanya yang bersimbah air mata) Ada dua hal, jika satu saja diberikan kepada
seseorang dia akan menyembunyikan kebenaran dan mengatakan yang sebaliknya,
kecuali orang-orang yang dirahmati Allah, bagaimana halnya jika kedua-duanya
diberikan sekaligus?
AG : Apakah itu?
TS : Al-Khumus dan Mut’ah, harta dan wanita
merupakan fitnah terberat bagi manusia. Adapun tentang harta, maka ulama-ulama
kami menjadi lapisan terkaya karena kepada mereka diberikan secara
berlimpah.Sedang tentang nikah mut’ah maka siapa yang mengagumi seorang gadis
atau wanita dia bisa nikah mut’ah dengannya.
Orang Syiah tidak lepas dari tiga karakter berikut:
1. Orang yang mengetahui kebenaran, tetapi dia
dikuasai atau memperturutkan syahwatnya, ambisinya terhadap harta dan wanita
tidak terbendung; atau
2. Orang yang mengetahui kebenaran tetapi dia
mencemaskan keselamatan diri dan keluarganya sehingga dia menampilkan sesuatu
yang berbeda dengan keyakinannya. Betapa banyak orang-orang yang seperti ini.
Atau;
3. Orang bodoh yang membenarkan segala sesuatu yang
didengarnya.
AG : Bagaimana dengan Anda sendiri?
TS : Saya yakin bahwa paham Syiah disusupkan ke
tengah umat Islam. Ahlussunnah lebih dekat dengan kebenaran.
AG : Jika demikian, ulurkanlah tangan Anda
terimalah selamat dari saya, bertawakkallah kepada Allah, naikilah bahtera
kesalamatan bahtera Muhammad dan para sahabatnya raḍiallāhu ‘anhum.
TS : Insya Allah saya akan mengumumkannya dalam
waktu dekat ini, saya akan memilih waktu yang tepat.