Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Quran Al-Majid “An-Nur”(II/123), Syaikh
‘Abdurrauf bin ‘Ali Al-Fanshuri As-Sinkili, Tafsir Turjuman Al-Mustafid, qadhi
Kerajaan Aceh pengganti Al-Qadhi Nuruddin Muhammad Ar-Raniri. Syaikh ‘Abdurrauf
Al-Fanshuri yang merupakan ulama no wahid sebumi Aceh menjelaskan dengan
gambling bahwa Allah Ta’ala bersemayam di atas ‘Arsy dengan semayam yang
bersesuaian dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Maksudnya ialah bersemayamnya
Allah di atas ‘Arsy itu tidak menyerupai sedikit pun dengan bersemayamnya
makhluk di atas singgasananya. Karena memang, “Tiada seperti-Nya suatu dan
yaitu yang amat mendengar segala yang dikata lagi amat melihat akan
segala yang diperbuat oleh sekalian makhluk,” jelas beliau pada (II/193). Sebetulnya
ulama-ulama masa silam Aceh yang sefaham dengan ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah
Salafiyyah tidak sedikit jumlahnya. Bahkan sebagiannya adalah pejuang
kemerdekaan Indonesia penulis kisah Perang Sabi yang mampu membangkitkan dan
membakar semangat jihad kaum muslimin Aceh melawan penjajah Belanda yang kafir.
Namun sebagaimana kata orang, “Orang yang cerdas sudah cukup hanya dengan
singgungan saja. Sementara orang yang dungu tidak akan pernah faham meskipun
dengan seribu bahasa sekalipun.”
Thursday, June 20, 2019
Aqidah Aswaja ”Allah Ada Tanpa Bertempat”= ”Allah Tidak Ada Karena Tidak Di Ketahui Keberadaan-Nya” Menyerupai Mulhid Atheis. Dzat Alloh Tidak Bertempat ?
101 Perkataan Ulama Salaf Dan Ulama Al-Syafi‘Iyyah
Serta 2000 Dalil Yang Meyatakan Allah ﷻ Di Atas ‘Arsy.
Sebagian ahli bid’ah pula ada yang mengatakan
tanpa rasa malu dan dosa, sebagaimana kawan sejawat mereka sebelumnya yang
mengatakan Allah ada di mana-mana, bahwa Allah tidak layak dikatakan apakah di
atas, di bawah, atau di arah tertentu yang diketahui manusia. Bahkan mereka
katakan, tidak layak dikatakan Allah berada di dalam atau di luar alam semesta!
Salah seorang imam mereka, yaitu Ibnu Faurak,
pernah terjebak debat terkait masalah ini dengan seorang ulama Ahlussunnah yang
sekaligus panglima perang terkenal bernama Mahmud bin Subuktikin. Di antara
yang dikatakan Ibnu Faurak ialah, “Saya tidak mengatakan bahwa Allah ada di
atas, tidak pula di bawah, tidak pula di kanan, dan tidak pula di sebelah
kiri.” Mendengar itu, Mahmud bin Subuktikin menimpali, “Sesungguhnya Tuhanmu tidak ada!” [Majmu’ Al-Fatawa (III/37)]
Sebagaian ulama ada yang menyatakan bahwa Ibnu
Faurak inilah sosok di balik semakin runyamnya akidah Asy’ariyyah. Sebab sekte
Asy’ariyyah generasi awal masih meyakini Allah berada di atas ‘Arsy, bukan di
mana-mana apalagi seperti keyakinan Ibnu Faurak di atas. Namun setelah Ibnu
Faurak memodifikasi ‘aqidah Asy’ariyyah, pengikut sekte ini di kemudian hari
justru lebih mengikutinya daripada mengikuti Abul Hasan Al-Asy’ari sendiri
selaku ‘pendiri’ sekte Asy’ariyyah ini. (safinah.id)