Thursday, March 19, 2015

Sebutan Salafi-Wahabi, Propaganda Syiah Benturkan Kaum Muslimin

20 maret 2015
MUI Provinsi Jawa Barat diminta untuk berperan aktif menanggapi fenomena propaganda Syiah hari ini yang menyatakan siapa pun yang tidak setuju dengan Syiah adalah bagian dari kelompok salafi, wahabi dan yang lainnya.
“Ketika mereka sudah membentur-benturkan aqidah Ahlussunnah wal jamaah itu seolah kita yang sedang berantem. Padahal, aslinya baik kita, salafi, NU, Persis, semuanya aqidahnya sama bersumber dari Quran dan Sunnah. Tapi Syiah yang sebetulnya tidak bisa disamakan. Karena sumbernya bukan dari Quran dan Sunnah,” beber Koordinator Pembela Ahlu Sunnah (PAS), Ustadz Roinul Balad di hadapan sejumlah pengurus MUI Provinsi Jawa Barat pada Kamis, (19/03).
Menurut Ustadz Roin, di sejumlah daerah di Jawa Barat, propaganda Syiah ini kerap ditelan mentah-mentah oleh masyarakat awam. Oleh sebab itu, MUI diharapkan dapat berperan aktif untuk mengatasinya.
“Kami meminta kepada MUI untuk berperan aktif menjelaskan itu karena di daerah-daerah sudah terjadi seperti di Tasik dan di Cianjur. Kami insyaAllah akan selalu berusaha memberikan informasi yang kongkrit di lapangan,” tambahnya.
Ustadz Roin mencontohkan adanya kejadian di suatu masjid yang akhirnya disegel karena dianggap wahabi. Padahal bahasa itu dilontarkan oleh orang-orang yang suka mengaji kepada gembong Syiah, Jalaludin Rahmat.
“Termasuk di Ciamis tadi malam kami mendapat satu berita di daerah Pamarican yang speakernya diturunkan karena dianggap wahabi,” lanjutnya.
Ternyata, informasi yang menyebut bahwa masjid itu wahabi berasal dari seorang perempuan yang suka mengaji di lembaga pendidikan milik Syiah, Muthahari.
“Anaknya disekolahkan di SMP Muthahari, sehingga datang ke sana ibunya menyatakan, ‘oh itu masjid wahabi, masjid wahabi’. Kemudian, warga sekitar di kalangan nahdliyyin mengatakan “kalo gitu turunkan miknya, turunkan miknya,” terangnya.
Melihat situasi semacam itu, PAS Jawa Barat menghimbau agar MUI segera mengambil tindakan sebelum menjadi besar di daerah-daerah.
Kami siap bersinergi dengan MUI, karena Syiah bermain di situ dan membenturkan kaum muslimin,” pungkasnya.

Gabungan Ormas Islam Dukung MUI Jabar Bentengi Aqidah Umat dari Bahaya Syiah

Sejumlah elemen ormas dan pergerakan Islam yang tergabung dalam Pembela Ahlu Sunnah (PAS), pada Kamis siang ini, (19/03) menyambangi Kantor MUI Provinsi Jawa Barat di Jalan RE Martadinata No 105, Bandung.
Menurut Ustadz Roinul Balad, Koordinator Pembela Ahlu Sunnah (PAS) Jawa Barat, silaturahim ini juga bertujuan untuk saling bertukar informasi terkait perkembangan Syiah di Jawa Barat.
“Alhamdulillah, kita hari ini bisa bertemu dan diterima oleh MUI Provinsi Jawa Barat dalam rangka silaturahim untuk lebih mempererat silaturahmi kita dan bisa saling bertukar informasi yang berhubungan dengan harakah/pergerakan keagamaan di Jawa Barat, khususnya masalah Syiah,” jelas Ustadz Roin kepada para pimpinan MUI Provinsi Jawa Barat.
Rombongan PAS diterima oleh sejumlah pimpinan MUI seperti Ketua MUI Jabar, KH Ayat Dimyati, Sekretaris Umum MUI Jabar, Drs H.M. Rafani Achyar, dan pengurus lainnya.
Kedatangan sejumlah perwakilan ormas Islam itu selain dalam rangka silaturahim juga apresiasi terhadap MUI yang telah menerbitkan buku panduan “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”.
“Kami sangat berbahagia umat Islam di Jawa Barat ini dan berterimakasih kepada MUI yang sudah menerbitkan buku panduan “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”, karena Jawa Barat sarangnya Syiah,” ujar Ustadz Roin.
Beliau menambahkan, jika berkenaan dengan hal-hal yang menodai ajaran Islam, banyak orang sepakat mengatakan Jawa Barat menjadi sarangnya. “Bicara Ahmadiyah Jawa Barat, bicara aliran sesat yang mengaku nabi Jawa Barat. Di dalam event-event pertemuan lintas harakah skala nasional pun kalau bicara aliran sesat pasti melihat ke Jawa Barat, tandasnya.
Pembela Ahlus Sunnah (PAS) Jawa Barat  ini merupakan gerakan lokal yang terdiri dari 39 ormas Islam dan elemen pergerakan. Diantaranya ada dari Muhammadiyah, LPUI, Syarikat Islam, FPI, Laskar FPI, KORNI, Wahdah, KODAS, Pemuda Masjid Istiqomah, Pemuda Persis, dan forum-forum pengajian dan majelis taklim Bandung Raya.
“Kami semua mendukung penuh buku yang diterbitkan MUI dalam rangka mengawal aqidah umat Islam khususnya di Jawa Barat,” pungkas Ustadz Roin.

Hidayatullah: Karena Istiqomah dalam Kekafirannya, Syiah Lawan Kaum Muslimin

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan Ustadz Zainuddin Musaddad menyikapi fenomena adanya gelombang imigran Syiah ke Kota Balikpapan sebagai sesuatu yang alamiah. Pasalnya, Syiah memang melakukan ekspansi ideologis dan perlawanan kepada kaum Muslimin karena dia istiqomah dengan ‘kekafirannya’.
“Karena keistiqomahannya itu, dengan sendirinya dia harus melakukan perlawanan. Justru kalau dia tidak melakukan perlawanan, palsu dia. Keistiqomahannya dia memusuhi Muslim Sunni ya seperti itu,” ujar beliau di Ponpes Hidayatullah, Gunung Tembak Balikpapan, Sabtu, (13/12).
Oleh karena itu, Hidayatullah, sebagai sebuah lembaga yang turut fokus dalam menghadapi syiah harus meningkatkan apa yang menjadi kewajibannya. Yaitu, memproteksi umat dari aliran-aliran yang sesat.
“Kedua, buktikan bahwa apa yang kita lakukan itu cahaya Allah ta’ala (kebenaran), sehingga selain dari pada itu bathil (gelap). Tegaknya syariat Allah itu identik dengan cahaya Allah. Mari kita bertarung di lapangan (di tengah masyarakat), karena dia (syiah) pakai asumsi. Kita harus pakai kenyataan. Itu intinya,” tambahnya.
Selanjutnya, Ustadz Zainuddin juga menegaskan bahwa langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk menanggulangi penyebaran ideologi syiah adalah dengan cara memperkuat dakwah. Menurut beliau, karena dakwah ini sudah menjadiframe Hidayatullah sejak dulu maka tinggal memperkuat saja.
“Dakwah itu bukan hanya karena ada syiah baru digerakkan. Ini hanya sebuah pemicu bahwa kita harus bergerak lebih aktif lagi, lebih progresif lagi, kalau perlu lebih revolusioner lagi. Dalam artian bahwa umat harus diperkenalkan dengan aqidah sesungguhnya, kepada ibadah yang sesahih-sahihnya,” katanya.
Terakhir, beliau juga mengingatkan agar para da’i jangan hanya bermain di titik aman. Dalam dakwah yang disampaikan kepada umat jangan cuma materi terkait silaturahmi atau akhlaq saja. Tetapi harus masuk pada substansi materi dakwah yaitu aqidah Islamiyah.
“Ini bukan tidak penting, cuma tidak mendasar. Kita kembali pada substansi materi dakwah. Kita kan biasanya mencari amannya saja, amanlah masalah akhlak, aman di masalah sosial justru tidak pernah masuk yang sesungguhnya. Tetapi ketika masuk ke ranah aqidah, terproteksi semua, karena substansi aqidah itu yang benar cuma satu, sampaikan, dan yang lain itu bathil,” tuturnya.
Menurut beliau, untuk menghadang bahaya pemikiran syiah titik berangkatnya haru dimulai dari aqidah, karena Rasulullah SAW hebat itu bukan karena akhlaqnya semata. tapi juga karena aqidahnya.
“Andaikan hanya karena akhlaq, Rasulullah SAW sudah diterima jadi punggawa, jadi pimpinan. Di usia 25 tahun, Rasulullah sudah diterima kalau alasannya hanya dengan akhlaq. Begitu rasul sudah masuk ke wilayah aqidah dan tidak ada selain daripada itu yang benar, mereka mengatakan ternyata Muhammad yang baik itu ternyata jelek. Muhammad yang baik itu ternyata merusak,” tukas beliau.
Meski tanpa mengurangi ada tantangan eksternal, tapi menurut beliau, tantangannya ada pada internal umat Islam. Agar para dai-dai harus berani menyampaikan aqidah yang benar itu hanya satu. Lailahaillallah..Muhammadun Rasulullah, pungkasnya.