Giliran Rusia Ikut Serang Suriah
Setelah Prancis yang ikut
menyerang Suriah melalui serangan udara beberapa hari yang lalu, kini giliran
Rusia juga ikut menyerang. Seorang pejabat dari Departemen Pertahanan AS
mengatakan negeri beruang merah tersebut melakukan serangan udara pertama pada Rabu
(30/9) di Suriah, dekat kota Homs. Hal ini menandai awal intervensi resmi dari
militer Moskow dalam konflik 4,5 tahun tersebut.
Pejabat yang tidak mau
disebutkan namanya ini mengatakan informasi itu didapatkan dari seorang
jenderal Rusia yang bekerja di pusat intelijen di Baghdad.
"Mereka memberitahu kami akan mulai menyerang di Suriah," kata
pejabat itu sembari menambahkan bahwa Rusia memberi peringatan satu jam sebelum
pesawat tiba di sekitar Homs.
Menteri Pertahanan AS Ashton
Carter pada Selasa (29/9) mengatakan kepada Pentagon untuk membuka jalur
komunikasi dengan Rusia tentang aktivitas militer di Suriah, di mana koalisi
pimpinan AS melakukan serangan udara reguler terhadap kelompok Negara Islam
(IS).
Serangan udara datang tidak
lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memenangkan dukungan bulat dari
parlemen untuk melakukan serangan di Suriah. Pejabat pertahanan mengatakan ia
tidak mengetahui dampak dari serangan udara atau yang ditargetkan Rusia.
Pejabat Pentagon telah
menjelaskan penumpukan perangkat keras militer Rusia di wilayah Latakia di
barat laut Suriah dan mengatakan Rusia sedang membuat pangkalan operasi di
sana.
“Sejauh ini, setidaknya 500
tentara serta 28 jet tempur dan beberapa pembom dan unit artileri Rusia telah
dikerahkan ke medan perang,” ucap pejabat AS itu.
Bantai Muslim Suriah, Rusia Tegaskan Negaranya
Jadi Musuh Islam
Menurut sumber-sumber lokal,
serangan udara Rusia telah diperluas ke provinsi Hama dan Latakia, serta daerah
yang dikuasai pejuang oposisi lainnya di pedesaan utara Homs.
DIlansir Business Insider
dikutip Middle East Update, Serangan udara ini terus menargetkan daerah-daerah
yang dikuasai oleh pejuang Suriah, termasuk Jabhat al-Nusra, Ahrar al-Sham, dan
sejumlah kelompok pejuang lokal lainnya.
Serangan udara Rusia adalah
sinyal kuat mereka untuk membantu Assad dalam upaya memerangi pejuang oposisi,
bukan mengamankan jantung rezim di pesisir Latakia dan Tartous.
Wilayah terdekat yang
dikuasai ISIS berjarak 55 km dari daerah yang menjadi target serangan udara
Rusia. Sampai saat ini belum ada laporan serangan udara Rusia terhadap posisi
ISIS di Suriah.
Meskipun klaim oleh sumber di
Suriah bahwa serangan udara Rusia hanya menargetkan lokasi pejuang oposis
seperti al Nusra dan Ahrar as Sham, pejabat Rusia mengklaim bahwa serangan
udara di Suriah hanya menargetkan ISIS.
Red : Maulana Mustofa
Turki: Rusia Menyerang Rakyat Sipil Suriah,
Bukan ISIS
Pemerintah Turki menganggap
serangan udara yang dilakukan Rusia sejak Kamis kemarin hanya akan meningkatkan
suhu konflik di Suriah. Rusia diminta untuk segera menghentikan serangannya
itu.
Pemerintah Turki, Jumat
(2/10/2015), sangat khawatir dengan akibat yang akan ditimbulkan serangan udara
yang dilakukan Rusia di Suriah. Dengan alasan memerangi organisasi garis keras,
Rusia menyerang beberapa wilayah Suriah, di antaranya Homs, Hama, dan Idlib.
Dalam keterangannya,
pemerintah Turki mengatakan, “Kami sangat khawatir dengan akibat yang
ditimbulkan gerakan pasukan Rusia di Suriah, terutama pasukan udaranya. Banyak
jatuh korban dari kalangan warga sipil. Suriah tidak menyerang ISIS.”
Sementara itu, menanggapi
berita jatuhnya banyak korban dari warga sipil, Presiden Vladimir Putin hanya
mengatakan bahwa hal itu sekadar perang media.
Turutnya Rusia dan semakin
besarnya pasukan Iran yang turut dalam serangan di Suriah merupakan titik perubahan
yang sangat penting. Hampir seluruh kekuatan dunia kini telah terlibat perang
di Suriah dan Irak. (msa/dakwatuna)
Berita Suriah Terkini 2015. Kondisi
Terbaru Suriah 2015: Arab Saudi menyerukan Rusia agar angkat kaki dari Suriah
(30/9). Seorang diplomat senior Saudi, Abdallah al Mouallimi mengatakan,
pejuang IS tidak ada di wilayah yang diserang Rusia.
“Para delegasi negara saya
mengkhawatirkan operasi militer Rusia yang menyerang Homs dan Hama, di sana tidak ada IS,”
kata dia saat berbicara di PBB New York. Menurutnya, serangan tersebut malah
menimbulkan korban warga sipil tak berdosa.
“Kami meminta mereka segera
mengakhiri dan tidak mengulanginya lagi,” tambah Al Mouallimi. Selain
mengkritisi target Rusia, ia juga mengkritisi keputusan Rusia untuk membantu
rezim presiden syiah Suriah Bashar Al Assad, yang mana merupakan rezim teror
dan menindas rakyatnya .
Menurutnya, sebuah negara
yang berjanji untuk bergabung melawan IS, tidak bisa secara bersamaan mendukung
terorisme rezim Suriah. Rusia baru-baru ini mempertimbangkan untuk bergabung
dalam koalisi AS untuk memerangi IS di Suriah.
Sumber:
http://www.eramuslim.com/berita/saudi-peringatkan-rusia-untuk-angkat-kaki-dari-suriah.htm#.Vg4Ldia0tDQ
Saudi Tuntut Rusia Hentikan Serangan di Suriah
Arab Saudi lewat duta
besarnya untuk PBB, Abdallah Al-Mouallimi, Rabu (30/09) menuntut Rusia agar
mengakhiri operasi militernya di Suriah.
Ia mengatakan bahwa Rusia
tidak menyerang di daerah-daerah yang ditempati ISIS, meskipun mereka mengklaim
demikian.
“Negara saya mengungkapkan
keprihatinan yang mendalam atas operasi militer yang telah dilakukan pasukan
Rusia di Homs dan Hama hari ini, di mana pasukan ISIS tidak ada di sana.
Serangan ini diarahkan ke sejumlah korban yang tidak bersalah. Kami menuntut
agar segera dihentikan dan tidak diulang kembali.” kata Abdallah di depan
majelis PBB.
Menurutnya, negara-negara
baru pendukung perang melawan terorisme tidak bisa serta merta melakukan
penyerangan, sedangkan di sisi lain mereka mendukung rezim teroris Suriah.
“Adapun negara-negara yang
baru saja mengklaim untuk bergabung dalam perang melawan teroris ISIS, mereka
tidak bisa melakukan itu sedangkan di saat yang sama mereka mendukung terorisme
rezim Suriah.” lanjutnya.
Pernyataan ini dikeluarkan
setelah kepala Dewan Nasional Suriah, Khaled Khoja mengatakan pada hari Rabu
bahwa serangan udara Suriah menghantam sebelah utara kota Homs sehingga menewaskan
36 warga sipil, termasuk lima anak dan satu anggota unit pertahanan sipil.
Meski demikian, Rusia
mengklaim bahwa informasi tersebut salah dan bagian dari bentuk “perang
informasi”.
Dalam hal ini, juru bicara
kementerian luar negeri Rusia mengatakan kepada wartawan di sela-sela pertemuan
pemimpin dunia dengan PBB, bahwa Rusia mengklaim aksi mereka “sah dan
legal” menurut hukum internasional. Sehingga, Rusia meluncurkan serangan di
kota-kota yang diduga sebagai wilayah operasi teroris.
Sumber: ibtimes, haaretz,
alarabiya
Penulis: Rudy