Wednesday, November 18, 2015

Putin Benarkan Adanya Konspirasi NWO/CIA/Mossad/MI6 Pada “Paris Attack”

Hasil gambar untuk putin

Sebuah laporan baru diterbitkan Kementerian Pertahanan (MoD) Rusia kepada para pembuat kebijakan Dewan Keamanan (SC) negara itu pada Ahad (15/11/2015) terkait konspirasi di balik “Paris Attack”. Laporan tersebut mengatakan bahwa pengeboman di ibukota Perancis Jum’at (13/11) lalu merupakan sebuah “ritual pembunuhan” dan telah “diatur dan disutradarai” oleh “komplotan rahasia” Freemason (Masonik/Mason), sebagaimana dilansir Bosnia Press.
Para Mason pengusung The New World Order (NWO) yang menyutradarai insiden tersebut menduduki jabatan penting pada berbagai biro intelijen internasional. Diantaranya United States Central Intelligence Agency (CIA), French General Directorate for External Security (DGSE), British Secret Intelligence Service (SIS/MI6), Directorate of Military Intelligence milik “Israel” (DMI) dan Secret Vatican Soldiers.
Menurut laporan itu, Main Intelligence Directorate (GRU) telah menginformasikan potensi eksekusi plot “Friday the 13th” tersebut pertama kalinya kepada MoD dua minggu sebelum kejadian (27 Oktober). Hal ini dilakukan pada sebuah pertemuan super rahasia yang diadakan di Washington D.C. dan dihadiri oleh Direktur CIA, John Brennan, Direktur DGSE Bernard Bajolet, mantan Pemimpin MI6 John Sawers dan mantan Pemimpin DMI, dan Penasihat Pertahanan Nasional “Israel” (Mosad) Yaacov Amidror.
Tujuan utama pertemuan para petinggi intelijen internasional tersebut, lanjut laporan itu, adalah untuk menyelenggarakan diskusi publik berkedok Konferensi Intelijen CIA-GW: Panel tentang Misi Bersama Internasional Abad 21. Pada panel itu, Barat berperspektif bahwa Timur Tengah (Isam, red) kembali bangun dari tidurnya, sehingga perlu diadakan sebuah langkah guna “memadamkan cahaya Islam di Eropa, khususnya, dan dunia secara umum.”
Dengan demikian, menurut analisa, sebuah insiden di jantung Eropa, seperti Paris, sangat tepat dijadikan pintu pembuka “skenario mereka”. Laporan Putin itu sekaligus membenarkan analisa dari berbagai pihak terkait pertemuan para pemimpin biro intelijen internasional sebelum pengeboman di Paris.
Red : Raihanah