Wednesday, December 23, 2015

Benar-Benar Berhati Iblis ! Jatuhkan 1.500 Bom, Tewaskan 600 Bayi, Anak-Anak, Wanita Dan Orang Tua Ahlus Sunnah Suriah, Si Teroris Super Bengis Putin: “Itu Belum Maksimal, Rusia Siap Gunakan Cara Lebih Sadis Di Suriah !!”

Suriah-tiga Serangan udara pesawat tempur Rusia mengakibatkan korban warga sipil, termasuk anak-anak, Ahad (15 Nov) kemarin, dunia bungkam-jpeg.image


Hampir 600 orang tewas dalam serangan udara Rusia di Suriah dalam sebulan kampanye Moskow, ujar Pemantau Suriah SOHR.

Wakil komandan pasukan penerbangan pesawat tempur jarak jauh Rusia, Jenderal Anatoly Konovalov mengungkapkan, total sekira 145 serangan mendadak dilakukan, 1.500 bom dijatuhkan dan sedikitnya 20 rudal jelajah diluncurkan untuk menggempur markas IS di Suriah sejak pertengahan November 2015.

Menurutnya, serangan bertubi-tubi yang diluncurkan pasukannya ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Apalagi kerja keras para awak pesawat bomber strategisnya.
“Mereka menerbangkan Tu-22 (Blinder) dan Tu-160 (Blackjack) dari lapangan udara Olenegorsk dan menghabiskan 16 jam di udara untuk memenuhi misi tempur mereka di Suriah. Bayangkan bagaimana mereka harus terbang di sekitar Eropa, memasuki Mediterania untuk meluncurkan rudal di Suriah. Khususnya, kelompok militan ISIS yang menjadi target utama dihantam dengan presisi tinggi,” ujar Konovalov, seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (20/12/2015).

Di tempat terpisah, Presiden Rusia Vladimir Putin justru menyatakan sebaliknya. Menurut orang nomor satu di Negeri Beruang Merah itu, militer Rusia belum mengeluarkan semua kemampuannya dalam kampanye serangan udara anti-terorisme di Suriah.

“Kami melihat betapa efektifnya kinerja para pilot dan petugas intelijen kami di Suriah, serta betapa efektifnya mereka mengordinasikan upaya penyerangan terhadap sesama jajaran bahkan antar-cabang militer yang berbeda (AU, AD, AL),” pujinya.

“Tapi itu belum kemampuan maksimal yang bisa kita kerahkan,” tegas ayah dua orang putri ini.

Putin menambahkan, selama operasi, Rusia telah menggunakan persenjataan mereka yang paling modern. Dan ia menekankan, semua itu ia lakukan semata untuk menargetkan para teroris, bukan yang lainnya.

"Kami juga memiliki rencana tambahan. Itu akan kami kerahkan, jika memang dibutuhkan,” ungkapnya.

Seperti diketahui, Rusia gencar memborbadir markas IS di Suriah pasca-teror Paris dan setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab atas meledaknya pesawat Rusia A321 di Semenanjung Sinai, Mesir pada akhir Oktober.

“Rusia Siap Gunakan Cara Lebih Sadis di Suriah”

“Rusia Siap Gunakan Cara Lebih Sadis di Suriah”

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Ahad (20/12) mengklaim tentaranya di Suriah belum menggunakan seluruh kemampuan mereka.
Dilansir Reuters, Putin menyatakan siap menggunakan cara lebih sadis di Suriah. “Saya ingin menekankan bahwa yang dilakukan selama ini di Suriah bukan kemampuan kami yang sebenarnya,” kata Putin dalam pidatonya.
Sementara itu, seorang aktivis kemanusiaan menemukan sebuah ranjau darat hijau yang disebar pasukan Rusia untuk menargetan rakyat Suriah.
Pernyataan Putin tersebut, sengaja dilontarkan untuk pembelaan terhadap kekalahan yang diterima pasukan Moskow di Suriah, akibat pertempuran dengan mujahidin Suriah.
Rusia sejak 30 September menyatakan membantu Basyar Asad dengan dalih memerangi kelompok militan. [tom]

Menlu Turki: Rusia Tewaskan 150 Anak dari 600 Korban Serangan di Suriah

MENTERI Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengutuk serangan udara Rusia di Suriah yang dilakukan hari Ahad kemarin. Demikian dilansir olehWorld Bulletin.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Senin (21/12/2015) Cavusoglu menyatakan bahwa sekitar 200 warga sipil tewas dan bangunan rusak karena serangan Rusia tersebut.
“Rusia menargetkan oposisi di Suriah sejak memasuki negara itu pada 30 September 2015. Sementara itu, daerah pemukiman sipil menjadi sasaran juga,” kata pernyataan itu.
Cavusoglu juga mengatakan Rusia telah meluncurkan sekitar 4.000 serangan udara dan lebih dari 90 persen menyasar musuh-musuh Presiden Bashar al-Assad.
“Korban tewas warga sipil akibat operasi Rusia mencapai lebih 600. Orang. Kami ingin dunia tahu bahwa lebih dari 150 dari jumlah yang tewas ini adalah anak-anak,” demikian Cavusoglu. []

Erdogan: “Dalihnya Perangi ISIS, Nyatanya Bayi, Anak-anak, Wanita dan Orang Tua yang Dibunuh”

Ahad, 8 Rabiul Awwal 1437 H / 20 Desember 2015 21:31
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyamakan pertarungan yang sedang berlangsung di Suriah untuk melawan Daesh (ISIS) dengan “pertunjukan teater”.
“Pertempuran di Suriah dengan dalih memerangi ISIS telah berubah menjadi sebuah drama tragis seperti pertunjukan teater. Tak seorang pun bisa membedakan antara yang baik dengan yang jahat,” kata Erdogan saat menghadiri sebuah acara di Istanbul, Sabtu (19/12) seperti dikutip kantor berita Anadolu, Ahad (20/12).
Dengan dalih memerangi ISIS, ujar Erdogan, mereka berupaya untuk mencari dan mencuri peran, tetapi kenyataannya justru rakyat Suriah yang terdiri dari bayi, anak-anak, wanita dan para orang tua-lah yang dibantai, termasuk rumah-rumah, sekolah, tempat ibadah dan tempat-tempat penting lainnya yang tak luput dari penghancuran.
“Setiap orang bertindak dan berusaha untuk mencuri peran tetapi kenyataannya rakyat, yang terdiri dari bayi, anak-anak, wanita dan orang tua-lah yang dibunuh, bersamaaan dengan penghancuran rumah-rumah, sekolah, tempat ibadah dan monumen-monumen yang bersejarah,” ungkapnya.
Data terkini yang dirilis PBB pada November lalu menyebut lebih dari 400 ribu jiwa telah terbunuh dalam perang yang dimulai sejak Maret 2011 itu.
Dewan Keamanan PBB Jumat (18/12) telah mengadopsi resolusi mendukung rencana perdamaian yang ditetapkan selama tiga putaran perundingan internasional untuk mendorong diakhirinya perang di Suriah.
Resolusi secara aklamasi meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk mempertemukan rezim Suriah dengan oposisi dalam negosiasi formal terkait proses transisi politik di negara itu. Pertemuan tersebut ditargetkan akan digelar pada awal Januari 2016 mendatang. (mus)
Sumber: Anadolu

Kelompok HAM Kecam Teroris Rusia dan Assad atas Penggunaan Bom Tandan

bom tandan alias bom klaster yang terlarang

Sebuah kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan pada Ahad (20/12) bahwa mereka telah mendokumentasikan penggunaan bom tandan sebanyak lebih dari 20 kali, sejak teroris Rusia memulai serangan udara di Suriah pada 30 September, untuk membantu rezim Syiah Bashar Assad sekutunya.
“Pengawas HAM (HRW, -red) telah menetapkan bahwa pasukan Rusia atau Suriah bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut,” kata organisasi tersebut dalam pernyataan yang dikutip World Bulletin.
“Kelompok oposisi bersenjata (baca : pejuang Islam) tidak mengoperasikan pesawat, yang berarti bahwa pasukan pemerintah Rusia atau Suriah bertanggung jawab atas munisi tandan yang dijatuhkan dari udara,” tambah HRW.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi tujuh jenis bom tandan yang dijatuhkan dari udara dan diluncurkan dari tanah, yang baru-baru ini digunakan di provinsi Suriah utara Aleppo, Hama dan Idlib. Menurut dokumentasi HRW, semua serangan itu jatuh di wilayah yang dikendalikan pejuang Muslim.
HRW mengatakan bahwa serangan itu bertentangan dengan sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh rezim Assad pada 9 November, di mana ia mengklaim bahwa pasukan rezim tidak dan tidak akan pernah menggunakan senjata yang “tak pandang bulu” seperti itu.
Namun, pada hari yang sama dengan saat pernyataan itu dikeluarkan, bom tandan justru dijatuhkan di sebuah kamp pengungsi di Idlib, dekat perbatasan Turki, kelompok HAM tersebut mengatakan. Staf rumah sakit melaporkan bahwa serangan itu menewaskan tujuh warga sipil Muslim dan melukai puluhan lainnya.
“Janji Suriah soal senjata ‘tak pandang bulu’ menjadi palsu saat munisi tandan terus menghantam warga sipil di banyak bagian negara,” kata Ole Solvang, Wakil Direktur Darurat HRW.
“Dewan Keamanan PBB harus serius dalam komitmennya untuk melindungi warga sipil Suriah, dengan secara publik menuntut semua pihak untuk menghentikan penggunaan munisi tandan”, tambah Solvang.
Penggunaan bom tandan, yang telah dilarang oleh lebih dari 100 negara, dianggap sebagai kejahatan perang akibat sifat “tak pandang bulu” dan dampak mematikan pada warga sipil yang ditimbulkannya.
Red : Gus Jati