Wednesday, May 11, 2016

Konflik Suriah ( Analisa 2 )

assad hitler

Habib Malikul Amin Teuboh
Pada dasarnya konflik di Suriah tidak bisa dipisahkan dari pergolakan tanah Arab yang dikenal sebagai 
Arab Spring dimana dimulai dari Tunisia dan sekarang berada di Suriah juga Yaman. Banyak orang kurang info berkata bahwa Arab Spring adalah konspirasi USA. Ini klaim yang sangat salah dan absurd. Kita akan bahas satu persatu sampai ke Suriah.
1. Tunisia
Tunisia merupakan sebuah negara di Afrika Utara yang kita kenal sebagai Maghreb. Arab Spring dimulai dengan pembakaran diri seorang tukang buah yang mana dia melakukan itu karena protes terhadap kemiskinan di Tunisia. Cara ini jelas salah dalam Islam (membakar diri). Kejadian itu membuat semua rakyat Tunisia marah terhadap Ben Ali (presiden Tunisia). Komposisi rakyat Tunisia bukanlah mayoritas Wahabi melainkan Sufi. Rakyat ini marah pada Ben Ali yang dikenal korup dan memperkaya diri keluarganya. Efek dari kejadian ini Ben Ali lengser kemudian minta suaka ke Saudi. Padahal ketika berkuasa Ben Ali melarang semua buku agama dari Saudi. Lucu kan gan? Dan harap diingat Ben Ali ini sekutu USA. Pada jamannya dibentuk satuan pangkalan intelligent USA dikenal sebagai Africom (African Command). Jadi apa mungkin sekutu menjatuhkan sekutu?
Tidak mungkin, malah USA membela Ben Ali dengan Plan A-Z yaitu pengadaan pemilu dsb walau kelompok Ben Ali mengatakan USA yang mau menjatuhkan mereka. Itu biasa toh Soeharto berkata begitu juga, Padahal julukan Smiling General itu dikasih USA.
Dalam hal ini kita bisa tarik kesimpulan apa yang terjadi di Tunisia murni gerakan rakyat yang sudah jenuh pada pemerintahannya.
Baru ada konspirasi USA ketika kelompok Ikhwanul (Gabungan faksi Islam yang di dalamnya ada Sufi, bahkan bisa di katakan Sufi semua karena di Tunisia hampir semua Sufi) berkuasa. Ketika itulah diadakan tembak kiri dan kanan yang membuat pemilu dipercepat sehingga kelompok Ikhwan meninggalkan suara mayoritasnya di parlemen untuk menghindari pertumpahan darah seperti di Mesir.
2. Mesir
Penguasa Mesir yang digulingkan oleh rakyatnya (Mubarak) adalah sekutu USA dan “Israel” dimana dia menandatangani perjanjian Camp David yang akhirnya berujung pembukaan kedutaan “Israel” di Mesir dan dibukanya keran pipa gas Mesir ke “Israel”. Mubarak berkuasa setelah Anwar Sadat tewas terbunuh. Selama berkuasa dia memerintah dengan hukum darurat alias tidak ada pemilu serta partai tunggal. Selama puluhan tahun berkuasa dia membangun imperium bisnis yang mengeruk harta rakyatnya dimana ini membuat Mesir menjadi salah satu negara Arab termiskin. Namun Mubarak dan Jamal Mubarak kaya sekali sampai punya castle di Inggris. Rakyat turun ke jalan dan yang turun bukan lah orang Wahabi melainkan seluruh rakyat dari Sufi hingga Liberal. Gerakan Ikwanul Muslimin Mesir sendiri pada dasarnya banyak diikuti oleh Sufi (Aswaja), lha wong Syaikh Hasan Albana pada dasarnya adalah seorang Sufi (Mau bantah nee yang Aswaja? Tanya sama pak Idrus Ramli)
USA berkawan dekat sama Mubarak dan militer Mesir mendapatkan bantuan 2 Milliar dollar pertahun dari USA sampe sekarang. Jadi apakah ini konspirasi “Israel” dan USA + Saudi dalam melengserkan Mubarak?
Bukan, Melainkan rakyat Mesir sendiri karena rumus revolusi dalam ilmu sosial hanya 3 variabel yaitu: Rakyat tidak mau + Pemerintah tidak mampu + Asing tak mau menipu lagi (kepentingannya sudah selesai)
3. Masuk pada Suriah
Setelah direbutnya Syam dari Utsmaniyah oleh Barat yang lalu membagi Syam menjadi dua di bawah perjanjian Sykes and Piccot dengan komposisi : Suriah di bawah Perancis, Dan Trans Jordan dibawah Inggris ditambah wilayah khusus Palestina.
Setelah perjanjian di atas, Wilayah Suriah diberikan secara otonom kepada kaki tangan Barat yaitu Feisal Ibn Husein dengan nama daerah Al-Mamlakah al-‘Arabīyah As-Sūrīyah. Namun kerajaan ini hanya berlangsung singkat karena diambil alih lagi oleh Perancis dan para Komunis. Orang-orang Sosialis juga tidak suka negara ini, maka tukar guling negara ini adalah Iraq dan Trans Jordan yang akhirnya diberikan kepada keluarga Hasyemite (Syarief Mekkah) karena jasa mereka dalam menumbangkan Utsmaniyah (bisa di baca di arab revolt 
http://www.kinghussein.gov.jo/his_arabrevolt.html —> website resmi pemerintahan Jordania yang beraliran Aswaja/SUFI).
Setelah kolapsnya kerajaan dan berada di bawah French Mandate, Terbentuklah UAR (United Arab Republic, Gabungan antara Mesir dan Suriah di bawah Naser). Isi republik ini tidak lebih daripada Komunis yang malu-malu, Yaitu Komunis yang malas sholat namun kalo mati minta disholati, namun tidak mau takluk pada syariat Allah.
Pada tahun 1963 terjadi kudeta yang membuat republik ini bubar dan menjadi Syria (nama sekarang), Dengan salah satu pelaku adalah bapaknya Bashar Al assad yaitu Hafedz Al Assad.
Assad sendiri Baathist tulen (Ideologi karbitan Michel Alfaq). Ideologi Baathist merupakan wujud sinkertisme seluruh ajaran Kiri + Nasionalis, dimana ajaran ini sudah pasti sekuler. Setelah kudeta, Hafedz mendapatkan posisi mentereng yaitu komandan regional yang tugasnya memonopoli kekuatan militer hanya di tangan kaum Baatist. Setelah itu kariernya menanjak sampai menjadi presiden.
Naiknya Hafedz menjadi presiden mendapat penentangan dari mayoritas rakyat Syria karena Hafedz berasal dari suku minoritas Alawite (Nushairiyah), Yang mana Alawite ini suku yang tidak disukai. Sialnya, Bagi kaum Muslim, Alawite tidak dianggap muslim, dan bagi kaum Syi’ah juga tidak dianggap Syi’ah.
Baru tahun 80-an Syi’ah Imamiyah melalui mufti Lebanon dari gerakan Amal (cikal bakal Hizbullat) memasukkan Alawite (alias Nushariyah) sebagai salah satu cabang Syi’ah.
Naiknya Hafedz menjadi presiden Syria membuat kronisme baru. Kalau jaman UAR hanya berupa monopoli Baathist, tapi sekarang Baathist yang dimonopoli oleh Nushriyah dan keluarga serta suku-nya Asad yang memegang seluruh sektor vital negara.
Contohnya adalah Rifat Asad (saudara Asad) yang ditunjuk menjadi penguasa BUMN Suriah, atau menantu Hafedz yang ditunjuk menjadi Kepala Militer unit Penjaga Revolusi, dan sebagainya.
Perbuatan ini membuat gap sosial antara mayoritas muslim dan minoritas Alawite. Pada masa itu mayoritas muslim hanya menjadi orang miskin, hidup di perkampungan, dsb. Sedangkan Alawite menjadi orang kaya. Mayoritas muslim susah mendapatkan akses pada kekuasaan sedangkan Alawite sangat mudah.
Ibaratnya bagaimana perasaan orang Aceh, kalau dipimpin sama orang Alas (Kuta cane) dan semua jabatan birokrasinya di pegang mereka? Ya pasti ngamuk, lha wong masjid dipegang Muhammadiyah aja langsung pada ngamuk (Ini fakta soskal jadi ndak usah dibantah).
Setahun setelah Hafedz naik, kaum muslim makin tenggelam dalam kemiskinan. Pada saat itu kaum muslim beralih kepada Ikwanul Muslimin, Gerakan Islamiyun yang anti segala bentuk Komunisme, Liberalisme dan segala variantnya (IM suriah itu Sufi loh). Gerakan anti Hafedz dan Baathist makin bertambah dikarenakan perbuatan rezim Suriah di Jordania yang ingin menumbangkan kerajaan Jordania yang di pimpin oleh keturuanan Syarief Mekkah (Peristiwa Black September).
Lalu terjadilah peristiwa Hamma : Puluhan ribu rakyat Suriah (Sunni/Aswaja) dipindah-alamkan oleh gerombolan Asad hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Peristiwa ini tercatat dalam sejarah sebagai sebuah pembantaian besar oleh negara pada rakyatnya. Padahal rakyatnya cuman ingin kesetaraan ekonomi yaitu si miskin bisa berobat, si miskin bisa beli roti dsb (Manusiawi kah pemerintahan seperti itu?).
Sedangkan saya sebagai orang Aceh tulen melihat perilaku Jakarta pada rakyat Aceh pada jaman konflik saja saya sangat muak, sedangkan apa yang terjadi di Suriah dulu dan sekarang, ratusan kali lebih berat dari pada yang terjadi di Aceh kemarin.
Banyak orang yang buta hati dan kehilangan rasa kemanusiaan mengatakan konflik Suriah sekarang adalah setingan Wahabi, USA, “Israel”, Turki. Ini jelas pernyataan yang sangat lucu. Kenapa? Karena Turki itu Sufi dan beberapa tahun lalu belum lama ini kapal mereka (Marvi Marmara) diserbu sama tentara Zionist.
Kan lucu omongan macam itu ?. Konflik Suriah dimulai dari Arab Spring. Rakyat Suriah pada awal Arab Spring adalah masyarakat yang tertinggal dari negara Arab tetangganya dimana Bashar memimpin berdasarkan warisan dan tidak mencabut hukum darurat yang berlaku dari jaman ayahnya, yang akibatnya tidak ada kebebasan, tidak ada pemilu jurdil (settingan semua macam jaman pak Harto), tidak ada pilkada, dan jangan harap ada TV yang menyiarkan acara seperti ILC.
Awal mula konflik Suriah adalah rakyat berdemo minta transisi melalui pemilu yang itu sama kejadianya seperti di Indonesia (ORBA). Bedanya, Bashar menjawabnya dengan membunuhi rakyatnya, mengebom masjid, menyerbu masjid dan memutilasi anak-anak (ini fakta). Malah saya menonton sendiri bagaimana prosesi pengeboman oleh Tentara Suriah pada sebuah pemakaman aktivis yang dibunuh tentara, ketika masyarakat lagi mengarak keranda mayat kemudian dimortir.
Apakah ini manusiawi? Negara apa yang menodongkan senjatanya pada rakyatnya?!
Sebagai orang Aceh saya melihat sendiri kejadian konflik waktu referendum kedua, dimana anak-anak naik boat diberondong dari jembatan Peunayong oleh aparat dan saya sangat muak sampai menangis melihatnya. Dan hari ini saya melihat yang lebih parah di Suriah.
Demikianlah cikal bakal konflik Suriah, bukannya konspirasi USA, Turki dan “Israel”. Malah yang betul “Israel” itu dekat sama Asad. Setelah Golan hilang, Asad mendapatkan Lebanon Utara sebagai kompensasi partisi Lebanon. Gantinya adalah “Israel” mendapatkan wilayah selatan. Baru setelah 2005 Asad / Suriah meninggalkan Lebanon Utara atas desakan PBB.
Konflik sektarian di Suriah bukan para pejuang yang menciptakan melainkan Asad sendiri dengan mengundang Iran dan Hizbullat. Raja Jordan sendiri (Abdullah ibn Husein) yang bilang Iran mau membuat bulan sabit Syi’ah di tanah Arab.
Sekedar info, Raja Husein ini Aswaja tulen loh.
Asad menggunakan pembelaan sektarian pada rezimnya dengan memakai mufti-mufti yang tidak jelas untuk melindunginya. Mufti seperti apa yang membiarkan rakyatnya di bantai? Mufti itu menjual isu Wahabi sebagai dalang perlawanan. Ini berbeda dengan Khadafi yang memakai fatwa Wahabi untuk melindungi posisinya sampai minta fatwa syaikh yang gagal datang ke Jakarta tapi sama syaikh tersebutdicuekin.
Sangat lucu pejuang Suriah dibilang Wahabi padalah FSA itu isinya Sufi, Sekuler, Kristen dan ada Nushairiyah juga. Pendiri Syria-Care itu (Shaikh Ali Shabouni) adalah seorang Aswaja yang pernah datang ke Indonesia menerangkan “Cara pintar berdebat dengan Wahabi”. Apa beliau Wahabi juga?
Terus apakah Turki itu juga Wahabi padahal kita tahu Turki itu negeri Sufi, kampungnya Jalaludin Rummi.
Jadi lucu sekali celotehan orang-orang buta informasi dan sejarah yang menuduh Wahabi dalang konflik di Suriah. Orang-orang yang dituduh Wahabi baru datang ketika melihat pembantaian yang tidak berimbang oleh rezim Bashar di Suriah sebagai pembelaan terhadap saudara-saudaranya kaum muslimin terlepas apa madzhab mereka. Para “Wahabi “itu datang dari Eropa, Chechnya, Saudi, Mesir, Libya, Tunisia dan seluruh dunia. Malah mujahidin Afganistan pun ada di Suriah, sedangkan kita tau mereka adalah Sufi Deobandi yang dijuluki sebagai Wahabi oleh Sufi Berlevi.
Jadi sangat jauh api dari panggang jika mengatakan konflik suriah dimotori oleh Wahabi. Hanya orang-orang yang tidak bisa berpikir sebagai manusia bermoral yang mengatakan itu.
Edit: Adiba Hasan

Perang Paling Brutal Abad 21, Penyebab Perang Sipil Suriah ( 1 )