Monday, March 30, 2015

20 Fakta Tentang Kelompok Hutsiyin Yang Kita Mungkin Belum Tahu (Bag 1)

SANAA (gemaislam) – Munculnya fitnah yang ditimbulkan oleh kelompok Hutsiyin dalam beberapa waktu belakangan membuat mata kaum muslimin menjadi betul-betul terbelalak. Banyak diantara kaum muslimin yang terheran-heran dengan kelompok ini, dikarenakan kelompok yang kelihatannya kecil namun berhasil menguasai ibukota dan beberapa wilayah strategis di Yaman.
Dikutip dari yemensaeed, berikut 20 fakta tentang kelompok ini yang mungkin banyak kaum muslimin belum mengetahuinya :
1. Kelompok Hutsiyin awalnya merupakan kelompok revolusi yang secara terang-terangan mengakui bahwa mereka mengikuti manhaj syiah zaidiyah.
2. Penisbatan nama Hutsiyin diambil dari nama sebuah wilayah di Yaman utara, dimana pemimpin mereka menisbatkan namanya kepada wilayah tersebut.
                                                                                       wilayah Houth, atau Huts, di utara Yaman 
3. Gerakan mereka muncul ke permukaan sejak tahun 1992. Kala itu mereka menamai kegiatan mereka dengan nama “Pemuda Mukmin”
4. Awalnya, kelompok ini merupakan kelompok pengajian kecil. Karena minoritas, mereka senantiasa menyerukan jargon perdamaian dan saling toleransi.
                                                                                       salah satu kegiatan kelompok Hutsiyin
5. Mereka membungkus kegiatan-kegiatan mereka dengan beberapa nama seperti “Pelatihan ilmu-ilmu syar’i bagi para pemuda”, “Pelatihan seni dan budaya”, “Peningkatan akhlak dan moral” dan kegiatan-kegiatan dengan nama-nama serupa.
6. Barulah pada tahun 1997, melalui tangan Husain Badriddin Al-Hutsi, kelompok ini berani menampakkan diri dan terjun di bidang politik.
                                                                                        pemimpin Hutsiyin, Husain Al-Hutsi  
7. Setelah itu, para loyalis Hutsiyin terang-terangan keluar dari madzhab syiah Zaidiyah yang menjadi awal pembentukan mereka.
8. Pada tahun 2004, terjadilah gesekan untuk pertama kali antara pemerintah Yaman dan kelompok Hutsiyin di bawah pimpinan Husain Al-Hutsi. Husain Al-Hutsi menyebut gesekan tersebut dengan istilah “Terdzaliminya Syiah Zaidiyah Yaman”.
9. Slogan-slogan milik kelompok Hutsiyin ini dibuat sedemikian rupa sehingga mengecoh kaum muslimin yang masih awam tentang hakikat kelompok ini. Diantara slogan resmi mereka adalah : “Allah Maha Besar, Matilah Amerika, Matilah Israel, Kemenangan untuk Islam”. Slogan yang terkesan membela Islam bukan?
                                                                                         slogan indah milik Hutsiyin
10. Husain Al-Hutsi yang menjadi pemimpin utama kelompok ini akhirnya mati pada tahun 2004
11. Setalah Husain Al-Hutsi meninggal pada tahun 2004, kepemimpinan kelompok ini diambil alih oleh anaknya yaitu Badruddin Al-Hutsi.
                                                                                         Badruddin Al-Hutsi menggantikan kepemimpinan ayahnya
12.Setahun kemudian tepatnya pada bulan Maret 2005, Badruddin Al-Husti bersama kelompoknya untuk yang kedua kali terlibat bentrokan dengan pemerintah Yaman. Bentrokan baru terhenti pada bulan Mei 2005 dengan kemenangan berada di pihak pemerintah.
13.Di akhir tahun yang sama, bentrokan antara Hutsiyin dan pemerintah kembali terjadi. Untuk pertama kalinya, bentrokan ini melibatkan suku-suku yang ada di Yaman. Beberapa suku berada di pihak pemerintah sementara yang lainnya membela kelompok Hutsiyin.
14. Dalam bentrokan itu, muncullah dua nama dari keluarga Husain Al-Hutsi yaitu Abdul Malik dan Yahya Al-Hutsi. Mereka jugalah yang mempersenjatai kelompok Hutsiyin sekaligus menjadi pemimpin militer bagi loyalis Hutsiyin.
                                                                                           Hutsiyin saat menyerang salafiyin di Sa'da 
15. Pada Februari 2007, lagi-lagi kelompok ini memulai peperangan terhadap pemerintah. Perang bahkan berkecamuk hingga keluar wilayah Sa’da. Peperangan akhirnya berhenti dengan mediasi dari negara Qatar pada 16 Juni 2007. Abdul Malik Al-Hutsi meminta syarat agar para tahanan Hutsi dibebaskan. Abdul Malik Al-Hutsi sendiri akhirnya meminta suaka ke Qatar.
16. Perdamaian antara Hutsiyin dan pemerintah Yaman hanya berlangsung dua bulan setelah terjadinya ledakan di salah satu masjid di Sa’da. Pemerintah Yaman menuduh kelompok Hutsiyin berada di balik ledakan tersebut meskipun hal itu dibantah oleh kelompok Hutsiyin.
17. Untuk keenam kalinya dalam kurun waktu lima tahun, bentrokan kembali terjadi antara Hutsiyin dan pemerintah Yaman pada Agustus 2009. Pemerintah Yaman menganggap bahwa kelompok Hutsiyin bertanggung jawab terhadap penculikan orang-orang asing di Yaman. Bentrokan bahkan terjadi hingga perbatasan Yaman-Arab Saudi.
18. Pada tahun 2011, Presiden Ali Abdullah Saleh diprotes oleh sebagian besar masyarakat Yaman. Momentum ini dijadikan oleh kelompok Hutsiyin untuk ikut bersama massa dalam menggulingkan pemerintahan. Ali Abdullah Saleh akhirnya berhasil digulingkan pada tahun 2012 dan digantikan Abd Robbih Mansur Hadi.
                                                                                           Ali Abdullah Saleh
                                                                                           Hubungan mesra antara Iran dan Hutsiyin
20. Pendanaan kelompok Hutsiyin ditengarai berasal dari negara Iran, mengingat kedekatan Iran dan Hutsiyin dalam hal madzhab keagamaan.













Kenapa Hautsi Bisa Kuasai Yaman?

Belum genap sebulan milisi Syiah Hautsi berhasil memasuki ibukota Yaman serta menguasai kantor-kantor penting di pemerintahan. Hari Senin (22/09/14), sejumlah desa dan kota di Sana’a sudah dalam kontrol mereka. Begitu juga dengan gedung-gedung pemerintahan, markas-markas militer, stasiun TV dan radio nasional. Masuknya mereka ke pusat pemerintahan terkesan tanpa perlawanan yang berarti, walaupun dikabarkan ada puluhan korban dari pihak Hautsi berjatuhan. Tentu saja, hal ini membuat sebuah tanda tanya. Bagaimana bisa sebuah kelompok perlawanan yang relatif belum besar,
dapat menguasai pemerintahan di sebuah negara.
Bagaimana Gerakan Hautsi Bermula?
Dari awal terbentuknya, gerakan Syiah Hautsi hanya berasal dari sebuah kota kecil bernama Saada. Sebuah kota yang terletak di sebelah utara ibukota Sana’a. Gerakan ini menganut paham Zaidiyah, sekte Syiah yang paling ringan penyimpangannya dari Ahlus Sunnah dan dipimpin langsung oleh pendirinya, Badrudin Al Hautsi. Kemudian karena ingin mencari akses ke wilayah pemerintahan, mereka mendirikan Partai Al-Haq tahun 1990. Dari partai inilah berkembang menjadi sebuah sekumpulan intelektual yang bernaung di bawah Forum Syabab Mukmin. Tujuan berdirinya forum tersebut antara lain untuk menghalau masuknya paham Salafi di Yaman, termasuk di Saada.
Pada tahun 1991, forum tersebut oleh Husein bin Badrudin Al-Hautsi, anak pertama dari Badrudin Al Hautsi direvolusi kemudian diganti dengan Gerakan Syabab Mukmin yang berorientasi pada politik pergerakan. Husein Al Hautsi dikenal sebagai seorang yang aktif dalam gerakan Hautsi dan berintelektual tinggi. Ia memiliki puluhan majelis taklim dan pengikutnya mencapai ratusan baik dari kalangan pemuda maupun orang tua. Husein pernah hijrah ke Iran dan tinggal di sana bersama ayahnya yang diusir oleh pemerintah Yaman karena pahamnya yang membahayakan. Yaitu paham Jarudiyah yang lebih cenderung ke Syiah Itsna Asyariyah.
Paham itulah yang menyebabkan Badrudin berseteru dengan sebagian ulama Zaidiyah di kalangan Hautsi. Saat pindah ke Iran, paham Syiah Iran yang cenderung ke Syiah Itsna Asyariyah menguat dalam dirinya dan berpengaruh mendalam kepada pengikutnya. Terlebih lagi ketika Presiden Yaman waktu itu, Ali Abdullah Saleh memberikan kebebasan kepadanya untuk pulang ke negaranya. Setelah ia pulang, gerakan Hautsi pun semakin menguat dan bertambah pengikut.
Pemerintah Yaman pada waktu itu belum sadar betul akan bahaya dari berkembangnya paham yang dibawa Badrudin Al Hautsi. Baru pada tahun 2004 muncul demo besar-besaran dari kalangan Hautsi yang menyerukan Mahdi ada pada mereka, bahkan kenabian pun ada pada mereka. Demo ini dipelopori oleh Husein Al Hautsi. Pemerintah Yaman pun mengambil sikap dan terjadilah bentrokan dengan orang-orang Hautsi. Pada tahun ini pula Husein bin Badrudin Al Hautsi terbunuh di tangan pemerintah Yaman. Dan sejak saat itu, pemerintah Yaman mengumumkan perang terbuka terhadap gerakan Hautsi.
Hubungan dengan Iran secara Ideologi dan Gerakan
Perlu diketahui, gerakan ini awalnya memang berkeyakinan Zaidiyah yang cenderung kalem dan tidak menghendaki kekuasaan. Paham Zaidiyah masih menghormati para sahabat Rasulullah dan tidak mencaci mereka. Namun seiring dengan perkembangannya, sebagaimana yang terjadi pada gerakan Hautsi di Yaman dan dimulai oleh Badrudin Al Hautsi, paham tersebut cenderung berubah dan menyelisihi pendahulunya. Bahkan secara terang-terangan mereka berani mencaci para sahabat dan mencela mereka sebagaimana yang dilakukan oleh penganut Syiah Itsna Asyariyah. Maka, karena kecenderungannya itu mereka menganut paham Jarudiyah, ghulatnya Zaidiyah yang lebih cenderung kepada paham yang dianut oleh Iran.
Hal ini terbukti dengan apa yang dilakukan oleh mereka saat mengambil sebuah gunung di Saada dan menamainya dengan Muawiyah. Pada hari Karbala mereka datang ke sana dengan bersenjata ringan dan senang dan melukai diri mereka sendiri sebagai wujud keprihatinan atas tragedi karbala. Selain itu mereka juga memutar rekaman atau kaset di toko-toko atau rumah makan yang isinya ratapan dan celaan terhadap para sahabat.
Dari sini pengaruh Iran nampak jelas dalam gerakan Hautsi. Di samping ekspor ideologi, dukungan semangat, finansial, persenjataan bahkan pengiriman pasukan dilakukan oleh Iran dalam mendukung gerakan Hautsi. Saat terjadi perang Dammaj, banyak dari kalangan Hautsi yang berbicara dengan bahasa Parsi dan berpasport Iran. Selain itu, pemerintah Yaman pernah menangkap sebuah kapal yang berisi persenjataan, bahkan rudal yang dikirim dari Iran.
Hal tersebut lebih jelas terbukti saat ini, di mana mereka berhasil masuk ke ibukota Yaman dan melakukan kesepakatan dengan pemerintah Yaman. Mereka menuntut agar tahanan yang berasal dari Garda Revolusi Iran dan Hizbullah Lebanon dibebaskan. Keterikatan diantara mereka terbukti dalam rangka mem-Parsia-kan Arab. Iran berada Barat, Irak-Suriah-Lebanon berada di Selatan, dan Yaman berada di Selatan. Pemerintahan di negara-negara tersebut sudah menginduk ke Iran. Sebentar lagi mereka berusaha menargetkan Mekkah dan Madinah.
Mengapa Mereka Bisa Berkuasa?
Penguasaan mereka terhadap Yaman bukan terjadi serta merta, gerakan Hautsi dinilai berhasil mempengaruhi dan menarik hati penduduk Yaman walaupun mayoritas penduduk berpaham Sunni. Mereka berhasil mengangkat isu-isu ekonomi, sosial dan pembangunan di Yaman. Rakyat Yaman merasakan ketidakpedulian pemerintah atas diri mereka, infrastruktur bangunan dan tingkat ekonomi masyarakat tidak meningkat. Dari sinilah gerakan Hautsi dapat mengambil celah darinya. Gerakan Hautsi juga mendapatkan dukungan dari kepala-kepala kabilah yang ada di Yaman. Karena di Yaman penduduknya berbudaya kesukuan dan menghormati kepada suku, maka ketika para pemimpin suku memberikan dukungan kepada Hautsi, pengikutnya pun turut serta.
Faktor geografis juga menjadi pendukung bagi gerakan Hautsi untuk menguasai pemerintah Yaman. Banyaknya pegunungan dan bukit-bukit dapat dijadikan benteng dan tempat persembunyian bagi gerakan mereka. Di samping itu, pemerintah Yaman belum memiliki alat canggih untuk mendeteksi keberadaan mereka yang bersembunyi di pegunungan dan gua-gua. Selain itu ada faktor ketidakstabilan politik di Yaman. Demonstrasi menuntut terpisahnya Yaman menjadi 2 bagian kembali muncul. Hal ini membuat konsentrasi pemerintah Yaman antara menghadapi gerakan Hautsi dan tuntutan tersebut menjadi terpecah.
Di samping itu ada indikasi bahwa mudahnya mereka menguasai pemerintahan dikarenakan faktor keterlibatan orang dalam pemerintahan. Tentara nasional pemerintah tidak serius dalam menghadapi gerakan ini, bahkan ketika mereka berhasil mencapai ibukota tidak ada perlawanan berarti dari pemerintah. Ini pun diakui sendiri oleh pemimpin mereka, Abdul Malik Al Hautsi saat meraih kemenangan dengna menduduki ibukota. Ia memuji tentara yaman dan berterima kasih kepada mereka dan kepada suku-suku yang mendukung gerakan Syiah Hautsi.
“Hari ini Yaman telah memiliki format pemerintahan yang merepresentasikan pemerintahan kerja sama dan kesetaraan, setelah merealisasikan revolusi yang memenuhi tuntutan rakyat ini”, kata Abdul Malik Al-Hautsi.
Sejumlah tokoh penting dalam pemerintahan Yaman, termasuk Menteri Dalam Negerinya pun juga memerintahkan tentara untuk tidak melawan dan manganjurkan untuk bekerja sama dengan Syiah Hautsi .
Iranisasi Arab
Ini menjadi sebuah hal penting untuk diperhatikan. Banyak faktor yang menjadi batu lompatan mereka untuk meraih keberhasilan dalam menguasai pemerintahan Yaman. Gerakan Syiah Hautsi pada mulanya terlihat sebagai gerakan lokal yang tidak puas dengan pemerintahan. Namun, mereka memiliki agenda besar yang didukung oleh kekuatan penopang yang besar pula, yaitu Iran. Iran merupakan induk dari paham dan gerakan Syiah yang tidak suka akan keberadaan kaum Ahlus Sunnah. Hegemoni Iran sedang dijalankan di kawasan Arab. Dengan keberhasilan Hautsi di Yaman, Iran semakin berlaku tinggi diantara yang lainnya.
Hal ini sejalan dengan apa yang seorang anggota parlemen Iran, Ali Ridha Zakani yang mengatakan, “Saat ini, tiga ibu kota negara Arab sudah berada dalam genggaman Iran. Mereka semua mengikuti jejak langkah revolusi Iran.” Tiga ibu kota ini adalah pertama Beirut, ibu kota Lebanon, kedua Damaskus, ibu kota Syria, dan ketiga Baghdad, ibu kota Iraq. Zakani melanjutkan pernyataannya bahwa apa yang sedang terjadi di Sana’a, Yaman, juga merupakan projek perluasan kekuasaan dari revolusi Iran. Di hadapan anggota parlemen ia menyebut bahwa saat ini Iran sedang menghadapi Jihad Akbar. Apakah usaha mereka benar-benar menjadi realita? Kita tunggu babak selanjutnya.


Nasihat Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali untuk Para Penduduk Yaman

Situasi yang dialami oleh para penduduk Yaman, mendapatkan banyak tanggapan dari para ulama. Diantara para ulama yang ikut memberikan nasihat kepada warga masyarakat Yaman adalah Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali.
Berikut nasihat ulama Ahlussunnah ini seperti dikutip dari kullalsalafiyeen, Kamis (26/3/2015).
Bismillah, semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, Amma Ba’du:
Aku sampaikan nasihat ini kepada rakyat Yaman, hendaknya mereka memerangi kelompok Rafidhah. Orang-orang Rafidhah adalah musuh-musuh Allah, musuh Rasulullah dan juga musuh para sahabat Nabi.
Kelompok  Rafidhah juga merupakan para pencela sahabat-sahabat Nabi, mereka juga merubah Al-Quranul Karim, serta menghinakan para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demi Allah, sesungguhnya kehormatan Rasulullah, para sahabat, dan para istri Rasulullah jauh lebih mahal, jauh lebih mahal dibandingkan kehormatan kalian, harta-harta kalian, bahkan hingga beratus-ratus kali lipat. Maka kalian perangilah mereka (orang-orang Rafidhah) sebagai bentuk jihad di jalan Allah, dan untuk meninggikan kalimatullah.
Ikhlaskanlah niat kalian akan hal tersebut hanya karena Allah. Karena Allah akan menolong kalian, jikalau niat kalian betul-betul ikhlas demi menegakkan kalimatullah.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad : 7)
Tolonglah agama Allah. Demi Allah, jihad ini adalah jihad demi menegakkan agama Allah.
Ikhlaskanlah niat kalian hanya kepada Allah. Bersungguh-sungguhlah dalam menolak orang-orang jahat tersebut. Mereka adalah musuh-musuh Allah, musuh-musuh Rasul-Nya, dan musuh-musuh para sahabat yang mulia. Ikhlaskanlah niatan kalian dan Allah akan menolong kalian.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad : 7)
Yakinlah bahwa pertolongan akan diturunkan kepada kalian jikalau niat kalian betul-betul ikhlas hanya untuk Allah dan kalian berperang demi menegakkan kalimatullah. Yakinlah bahwa pertolongan adalah janji Allah.
“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji” (QS Ali Imron : 9)
Waspadalah, waspadalah kalian dari berperang dengan tujuan-tujuan lainnya. Khususkanlah niat kalian demi menegakkan kalimatullah, menolong agama Allah, Rasul-Nya dan para sahabat yang mulia.
Semoga Allah memberkahi kalian semua
Allah akan menolong kalian, Allah akan menolong kalian
(Rabu, 5 Jumada Tsaniyah, 1436 H)


Beda Saudi dan Amerika dalam Berperang

Tulisan singkat ini tidak saya buat untuk membahas taktik dan teknik peperangan. Yang akan disoroti adalah bagaimana perbedaan niat dan ketulusan antara negeri tauhid dan negara yang gemar menginvasi negara lain ini.
Dahulu ketika Amerika memulai operasi Odyssey Dawn di Libya untuk menggulingkan pemerintah Khadafi, dalam 2 hari media negeri Paman Sam merilis jumlah biaya yang dikeluarkan oleh AU Amerika
Mungkin transparansi dan akuntabilitas yang dijadikan argumen pemerintah Amerika mempublikasikan ongkos perang kepada publik.
Sedangkan saya berpendapat, angka tersebut dikeluarkan dalam rangka mengingatkan rakyat Libya bahwa mereka berhutang sekian ratus juta dolar kepada Amerika.
Kalau sudah menguasai Libya, jangan lupa bayar hutang, kira-kira kalimat ini yang ketika itu mungkin saja diucapkan kepada pemimpin pemberontak.
Hal ini amat berbeda dengan apa yang dilakukan Kerajaan Arab Saudi di Yaman. Peperangan dalam rangka membebaskan rakyat Yaman telah berlangsung selama 4 hari, namun belum ada satupun media yang tahu jumlah dolar yang dikeluarkan untuk misi mulia ini.
Sebagaimana lazimnya bantuan-bantuan yang diberikan oleh Arab Saudi. Minim publikasi bahkan mungkin tidak ada sama sekali.
Kita dapat membaca dengan jelas alasan Saudi menutupi nominal ongkos perang ini. Ikhlas. Berharap agar Allah saja yang membalas. Dan agar rakyat Yaman tidak terlalu merasa berhutang budi kepada negera tetangganya.
Sebagai penutup saya kutipkan firman Allah di surat Al Insan yang membicarakan definisi ikhlas.
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (Al Insan 8-9)
Jelas sekali dalam ayat ini. Ikhlas adalah berharap balasan dari Allah semata dan tidak menginginkan imbalan dari selain-Nya. Tidak ingin dipuji karena publikasi. Enggan menerima balasan kecuali dari Allah, Tuhan semesta alam
Semoga Allah senantiasa memberkahi Arab Saudi dan membalas amal-amal mereka dengan Surga



Dewan Ulama Senior Arab Saudi Dukung Operasi Militer Serang Pemberontak Hutsiyin

RIYADH (gemaislam) – Operasi militer yang dilancarkan Arab Saudi dan beberapa negara Teluk guna menyerang pemberontak Hutsiyin mendapatkan dukungan dari para ulama negeri tersebut.
Haiah Kibarul Ulama (Dewan Ulama Senior) Arab Saudi mengeluarkan keputusan bahwa operasi tersebut sudah selayaknya dilakukan demi melindungi pemerintahan Yaman yang berdaulat dan menjaga darah-darah kaum mulimin dari makar para pemberontak Hutsiyin.
Hal ini diutarakan oleh Sekjen Dewan Ulama Saudi, Syaikh Fahd Al-Majid. Menurut Syaikh Al-Majid, Dewan Ulama Senior Arab Saudi beberapa waktu lalu bahkan telah mengeluarkan putusan bahwa kelompok Hutsiyin merupakan kelompok terorisme yang sangat membahayakan kaum muslimin di Yaman.
Dewan telah mengeluarkan pernyataan bertanggal 19 Dzulqa’dah 1435 H, yang menyebutkan bahwa kelompok Hutsiyin ini merupakan kelompok terorisme yang berbahaya,” kata Syaikh Fahd Al-Majid yang dikutip dari Al-Riyadh, Jumat (27/3/2015).
Selain itu, Syaikh Al-Majid juga menyampaikan perlunya kaum muslimin di seluruh dunia agar mendukung upaya Arab Saudi dan sekutu-sekutu dalam melakukan operasi militer yang disebut dengan operasi “Badai Yang Teguh” ini.
“Kaum muslimin di seluruh dunia harus mendukung upaya ini, agar tujuan-tujuannya bisa tercapai. Untuk melindungi saudara-saudara kita yaitu masyarakat Yaman,” tambahnya lagi.
“Semoga Allah senantiasa melindungi negeri kita dan negeri-negeri kaum muslimin, serta mengembalikan kesatuan negeri Yaman,” tutupnya.


Yaman, Arab Saudi dan Ambisi Hutsiyin Kuasai Mekkah-Madinah

Membicarakan kisah mengenai negeri Yaman berarti membicarakan sebuah kisah tentang wilayah yang memiliki akar sejarah panjang. Pasalnya, jauh berabad-abad sebelum Nabi Muhammad diutus, Yaman telah menjadi sebuah wilayah dengan peradaban dan berbagai kemajuan yang dimilikinya. Negeri Saba’ misalnya, banyak pengamat yang meyakini bahwa ia terletak di wilayah yang sekarang berada di Yaman Selatan.
Kemudian, fase menjelang Rasulullah diutus, Yaman tetap menjadi salah wilayah yang dituju oleh banyak manusia, dantaranya adalah para pedagang Arab. Dalam Surat Quraisy disebutkan, tatkala musim panas, para pedagang Arab akan melakukan perjalanan dagangnya ke wilayah Syam, sementara pada musim dingin akan menuju Yaman.
Pasca diutusnya Nabi Muhammad, banyak para penduduk Yaman yang menyatakan keislamannya. Berabad-abad setelahnya, Yaman mengalami berbagai kemajuan dan kemunduran, layaknya sebuah peradaban yang lahir, tumbuh, berkembang dan kemudian mati.
Kini, Yaman tengah berada dalam fase krisisnya. Keamanan yang berada pada titik nadir, membuat negeri ini menjadi porak poranda. Adalah kelompok Hutsiyin yang menjadi faktor terbesar kenapa Yaman berada pada kondisi seperti sekarang.
Menilik Analisa Pengamat Timur Tengah
Pengamat politik Timur Tengah asal Kuwait, DR Abdullah Fahd An-Nafisi beberapa bulan silam pernah memberikan analisanya terkait kondisi politik dan keamanan yang dialami oleh Yaman. Ketika itu, jauh sebelum kelompok Hutsiyin berhasil menguasai ibukota Yaman, Sanaa, An-Nafisi telah yakin bahwa kelompok ini akan menimbulkan huru-hara yang luar biasa bagi Yaman dan dunia Islam pada umumnya.
Apa yang dikhawatirkan An-Nafisi ini tak lepas dari gerak-gerik dan perkembangan yang begitu cepat pada tubuh kelompok Hutsiyin ini. Selain itu, berdasarkan informasi yang ia dapatkan, An-Nafisi menyebut bahwa ada kekuatan besar yang menyokong perkembangan kelompok ini.
Adalah Republik Syiah Iran yang An-Nafisi maksudkan sebagai kekuatan penyokong Hutsiyin. Sebagai pemberi bekingan, Iran tak hanya sekedar memberikan dukungan moral dan diplomatis saja, tetapi juga dukungan dana, pelatihan militer dan alat-alat tempur diyakini mengalir dengan deras.
Seperti diketahui, kelompok Hutsiyin yang merupakan pengikut Badruddin Al-Hutsi merupakan penganut ideologi syiah. Sederhananya, kelompok ini memiliki jalan pikiran yang kurang lebih mirip dengan Iran. Tak heran jika kemudian Iran memberikan dukungan besar kepada kelompok ini dan juga kelompok-kelompok yang sejalan dengannya.
Dalam sebuah pernyataan, An-Nafisi yang juga Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Kuwait mengatakan bahwa diantara bentuk dukungan Iran adalah dengan memberikan pelatihan militer terhadap para pemuda Hutsiyin. Untuk menghindari sorotan mata media, dipilihlah wilayah perbatasan Yaman dan Afrika, sebagai tempat pelatihan militer bagi milisi Hutsiyin.
Adalah kepulauan Dahlak yang dekat dengan Eritrea yang dijadikan markas pelatihan. Iran, menyewa tiga pulau kecil yang terletak di kepulauan Dahlak dan menjadikannya sebagai markas pelatihan militer, strategi perang, serta pasokan logistik bagi para pemuda Hutsiyin. Tak hanya dari kelompok Hutsiyin saja, para pemuda syiah dari Bahrain, Uni Emirat dan Kuwait juga banyak yang ikut bergabung dalam pelatihan yang digagas Iran tersebut.
Pelatihan yang diberikan secara sistematis dan terancang itu akhirnya membuahkan hasil. Kelompok Husyiyin, dengan pede akhirnya mengangkat senjata terhadap pemerintah hingga berujung pada jatuhnya ibukokota Yaman, Sanaa pada pertengahan September silam. Tentu saja operasi tersebut dibantu  dengan penggembosan pada tubuh militer Yaman itu sendiri.
Apa setelah Yaman?
Setelah kelompok Hutsiyin ini berhasil menguasai ibukota dan menekan pemerintah untuk menandatangani perjanjian, apakah Hutsiyin akan berhenti membuat geger dunia arab?
“Mereka tidak akan berhenti, karena tujuan asasi mereka bukanlah Yaman itu sendiri, melainkan Mekkah dan Madinah,” prediksi An-Nafisi.
Pernyataan yang seolah berlebihan memang, namun bisa saja berubah menjadi sebuah kenyataan. Maka, wajar  ketika ibukota Yaman berhasil dikuasai oleh Hutsiyin, Arab Saudi langsung mengingatkan dunia akan ancaman keamanan di Yaman.
“Kondisi keamanan yang terjadi di Yaman merupakan ancamaan nyata terhadap keamanan global,” kata Menlu Arab Saudi, pangeran Saud Al-Faishal di hadapan PBB akhir September silam.
Selain berbicara di hadapan PBB, Arab Saudi juga mengajak negara-negara Arab lainnya agar waspada terhadap ancaman nyata yang ditunjukkan oleh kelompok Hutsiyin.
Hutsiyin Kuasai perbatasan Yaman-Saudi
Rabu (22/10/2014), wilaya Hajjah di Yaman yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi telah berhasil dikuasai oleh kelompok Hutsiyin. Kaum muslimin, Ahlussunnah tentu saja berharap agar kelompok ini tidak memperluas wilayah pemberontakannya ke wilayah tetangganya. Arab Saudi harus betul-betul waspada, jangan sampai wilayah yang mereka miliki diserang atau bahkan dikuasai oleh kelompok Hutsiyin.
Dan kalau saja pemberontakan mereka masuk ke wilayah Arab Saudi -Na’udzu billahi mindzalik-, pertanyaan berikutnya adalah bagaimanakah nasib kota Mekkah dan Madinah nantinya?. (arc)
http://c89-kategori-aktualita.gemaislam.com/yaman-arab-saudi-dan-ambisi-hutsiyin-kuasai-mekkah-madinah/

Lewat Mana Iran Pasok Senjata Untuk Kelompok Hutsiyin?

SANAA (gemaislam) – Kelompok syiah Hutsiyin di Yaman berhasil membuat porak-poranda pemerintahan yang sah dan menguasai ibukota beberapa waktu silam. Keberhasilan kelompok ini menimbulkan tanda tanya besar bagi banyak orang lantaran jumlahnya yang pada awalnya sebenarnya tidak terlalu besar.
Pertanyaan  tantang dalang di balik terangkatnya nama Hutsiyin masih terus dilontarkan. Iran, digadang-gadang menjadi pelaku utama dibalik populernya nama kelompok Hutsiyin dan jatuhnya pemerintahan Yaman. (baca :Yaman, Arab Saudi dan Ambisi Hutsiyin Kuasai Mekkah-Madinah)
Selain mendapatkan dukungan moril dan pelatihan militer dari Iran, Hutsiyin juga ditengarai mendapatkan pasokan senjata dari Republik Syiah tersebut. Hal ini ditegaskan oleh laporan dari media-media Timur Tengah seperti Alarabiya dan Syarq-Awsat baru-baru ini.
Kedua media ternama itu menyebut ada beberapa pelabuhan yang menjadi tempat penyelundupan senjata. Yang pertama adalah pelabuhan Medi di Eritrea, pelabuhan Hudaidah, dan pinggiran pantai wisata Al-Khawkhah. Ketiganya terletak di garis Laut Merah.
Lewat tiga titik itulah kelompok Hutsiyin bisa mendapatkan pasokan senjata terbaru. Mudahnya penjagaan terhadap tiga tempat itu lantaran para petugas perbatasan dan tentara maritim telah berada dalam kontrol Hutsiyin dan Iran.
Hingga kini Yaman masih belum menjadi hunian nyaman bagi masyarakatnya lantaran kelompok Hutsiyin terus saja membuat ulah dengan menyerang masyarakat yang berakidah ahlussunnah.



An-Nawashib (Para Pembangkang) Menurut Syiah Adalah Sunni Ahlussunnah Waljamaah

Sesungguhnya kaum Syi’ah beranggapan bahwa orang-orang Ahli Sunnah wal Jama’ah selalu memusuhi keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Itulah sebabnya mereka menyebutAhli Sunnah wal Jama’ah dengan sebutan An-Nawashib, yaitu orang-orang yang melancarkan permusuhan terhadap keluarga Rasul. Padahal sebenarnya orang-orang Ahli Sunnah wal Jama’ahberlepas diri dari apa yang dituduhkan mereka.
• Seorang tokoh ulama Syi’ah yang ahli fiqih sekaligus ahli hadits, Yusuf Al-Bahrani dalam kitabnya Al-Hada’iq An-Nadhirah (XVIII/157), Muassasah An-Nasyr Al-Islami-Qumm, mengatakan,
“Dalam kontek riwayat-riwayat hadits dan ucapan para ulama terdahulu, kalimat An-Nashib itu secara mutlak dimaksudkan sebagai para pembangkang atau para penentang.”
• Dalam kitab yang sama hal. 157, ia juga mengatakan,
“Dalam riwayat-riwayat para imam, kalimat AN-Nashib terkait masalah-masalah hukum seperti najis, larangan pernikahan, dihalalkannya harta atau darah, dan lain sebagainya, itu ditafsiri sebagai orang yang mentang.”
Kami katakan, menurut pendapat yang populer di kalangan kaum Syi’ah bahwa yang dimaksud dengan penentang ialah kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah atau selain Syi’ah Itsna Asyar.
• Diriwayatkan oleh orang kepercayaan Islam mereka, Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini dalam Al-Kafi (VIII/292), Daar Al-Kuub Al-Islamiyah-Teheran, Iran, berikut sanadnya dari Muhammad bin Muslim, ia berkata,
“Aku menemui Abu Abdullah yang saat itu ia sedang bersama Abu Hanifah. Aku berkata, ‘Sungguh aku mengalami suatu mimpi yang sangat menakjubkan.’ Ia berkata kepadaku, ‘Wahai putra Muslim, ceritakan pengalaman mimpimu itu, karena di sini sedang ada seorang yang ahli dalam tafsir mimpi.’ Ia berkata seperti itu sambil menunjuk ke arah Abu Hanifah. Aku lalu menceritakan pengalaman mimpiku, ‘Aku melihat seolah-olah sedang masuk ke rumahku. Lalu istriku muncul menyambutku sambil membawa segenggam kacang kemudian melemparkannya padaku. Aku benar-benar heran terhadap pengalaman mimpi itu.’ Abu Hanifah berkata, ‘Kamu akan terlibat dalam perdebaan dan pertengkaran sengit soal harta pusaka keluargamu. Dan setelah bersusah-payah, insya Allah kamu akan berhasil mendapatkan apa yang kamu perlukan.’ Abu Abdullah menyahut, ‘Demi Allah, jawaban Anda benar, wahai Abu Hanifah.’
Setelah Abu Hanifah pamit pulang, aku berkata yang dikatakan oleh pembangkang tadi.’ Ia berkata, ‘Wahai putra Muslim, Allah tidak akan berbuat buruk kepadamu. Istilah mereka berbeda dengan istilah kita, dan apa yang kita katakan tidak sama seperti yang ia katakan tadi.’ Aku berkata, ‘Kalau ia salah, kenapa tadi aku dengan Anda malah membenarkannya bahkan bersumpah segala?’ Ia menjawab, ‘Benar. Tadi aku memang bersumpah padanya kalau ia telah membenarkan kesalahan.’ Aku bertanya kepadanya, ‘Jadi apa tafsir mimpiku itu?’ Ia menjawab, ‘Wahai putra Muslim, itu artinya kamu akan menikahi seorang wanita secara mut’ah. Dan ketika wanita itu diketahui oleh istrimu, ia marah asmbil merobek-robek baju di depanmu’.”
• Guru Syi’ah, Muhammad bin Muhammad bin An-Nu’man yang dijuluki Al-Mufid juga menyatakan bahwa yang dimaksud An-Nashib atau pembangkang ialah Abu Hanifah Rahimahullah, sebagaimana yang ia tulis dalam kitabnya Iddatu Rasa’il, Pasal Al-Masa’il Al-Shaghaniyat: 253-263,265-268, 270, terbitan Qumm.
• Sayid Ni’matullah Al-Jaza’iri dalam kitabnya Al-Anwar An-Nu’maniyah (II/307), terbitan Tibriz Iran, mengatakan sebagai berikut,
“Yang menguatkan makna seperti itu ialah bahwa para imam Alaihimussalam dan ulama-ulama khusus kaum Syi’ah menyatakan bahwa secara mutlak kalimat An-Nashibi atau pembangkang ialah untuk Abu Hanifah dan ulama-lama lain yang sepertinya.” Padahal sebenarnya Abu Hanifah bukan termasuk orang-orang yang melancarkan rasa permusuhan terhadap keluarga RasulAlaihimussalam. Bahkan secara terang-terangan ia memperlihatkan rasa kasih sayang kepada mereka.
• Guru Syi’ah, Husain bin Syaikh Muhammad Abu Ushfur Ad-Darazi Al-Bahrani dalam kitabnya Al-Mahasin AN-Nafsamiyah fi Ajwibah Al-Masa’il Al-Kharsaniyah 157, terbitan Beirut, mengatakan,
“Satu hal yang terlebih dahulu harus kamu ketahui ialah, bahwa istilah An-Nashib atau pembangkang ialah untuk orang yang tidak mau mendahulukan Ali Alaihissalam atas lainnya.”
Imam Abu Hanifah Rahimahullah adalah orang yang lebih mendahulukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu Anhum atas Ali. Itulah sebabnya mereka menyebutnya An-Nashib. Na’udzu billah.
• Dikarenakan Ahli Sunnah wal Jama’ah lebih mendahulukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman atas Ali, maka mereka oleh orang-orang Syi’ah, dan Utsman atas Ali, maka mereka oleh orang-orang Syi’ah dianggap sebagai An-Nawashib atau para pembangkang. Itulah yang juga dikatakan oleh Husain bin Syaikh alias Muhammad Alu Ushfur Ad-Darazi Al-Bahrani dalam kitabnya Al-Mahasin An-Nafsaniyah fi Ajwibah Al-Masa’il Al-Kharsaniyah 147,
“Bahkan riwayat-riwayat para imam Alaihimussalam menyatakan bahwa yang disebut AN-Nashib atau pembangkang ialah yang di kalangan kaum Syi’ah disebut orang Sunni.”
• Guru, ulama, peneliti, penganalisa, orang yang bijaksana menurut Syi’ah, Husain bin Syihabuddin Al-Karki Al-Amili dalam kitabnya Hidayah Al-Abrar Ila Thariqi Al-Aimmah Al-Athhar, hal. 106, cetakan pertama, tahun 1396 Masehi, mengatakan,
“Hal itu seperti keragu-raguan yang mendorong orang-orang kafir mengingkari nubuwat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan para pembangkang yang sama mengingkari khilafah Al-Washi.”
• Seorang guru Syi’ah, Alu Muhsin dalam kitabnya Kasyfu Al-Haqa’iq, Daar Al-Shafwat-Beirut 249, mengatakan,
“Pembangkang-pembangkang yang berasal dari para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah itu cukup banyak. Di antara mereka ialah Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Ibnu Al-Jauzi, Syamsuddin Adz-Dzahabi, Ibnu Hazm Al-Andalusi, dan yang lainnya.”
• Seorang ulama Syi’ah terkemuka, Muhsin Al-Mu’allim dalam kitabnya, An-Nashbu wa An-Nawashib, Daar Al-Hadi Beirut, bab kelima, pasal ketiga, hal. 259, menus sebuah judul “Pembangkang-Pembangkang pada Hamba” menuturkan dua ratus lebih nama pembangkang menurut pengakuannya. Di antara mereka ialah: Umar bin Khaththab, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, Ummul Mukminin Aisyah, Ans bin Malik, Hassan bin Tsabit, Az-Zubair bin Al-Awwam, Sa’id bin Al-Abu Waqqash,Thalhah bin Ubaidillah, Imam Al-Auza’i, Imam Malik, Abu Musa Al-Asy’ari, Urwah bin Az-Zubair, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah, Imam Adz-Dzahabi, Imam Al-Bukhari, Az-Zuhri, Al-Mughirah bin Syu’bah, Abu Bakar Al-Baqilani, Syaikh Hamid Al-Faqi seorang tokoh pembela sunnah Muhammadiyah di Mesir, Muhammad Rasyid Ridha, Muhibuddin Al-Khathib, Mahmud Syukri Al-Alusi, dan masih abnyak yang lainnya.
Jadi, para pembangkang adalah semau ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah. Itulah yang juga dikatakan oleh Ayatullah yang agung Muhammad Al-Husaini Asy-Syairazi dalam Ensiklopedi Al-Fiqhu (XXXIII/38), cetakan kedua, Daar Al-Ulum-Beirut 1409 Hijriyah, “Ketiga, pertentangan kedua riwayat tersebut memang harus terjadi, setelah kalimat An-Nashib secara umum ditafsiri sebagai orang-orang awam atau kaum Ahliu Sunnah. Contohnya seperti riwayat Ibnu Sinan dari Abu Abdullah…”
Jika ada yang bertanya, bagaimana kita mengetahui bahwa yang mereka maksudkan dengan orang-orang awam itu para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah, maka akan kami jawab bahwa kita ini mengenal Syi’ah hanya dari buku-buku mereka dan ucapan-ucapan para ulama mereka.
Ayatullah yang agung, Mushin Al-Amin dalam kitabnya yang cukup populer A’yan Asy-Syi’aht (I/21), Daar Al-Ta’aruf-Beirut Libanon 1986, mengatakan,
“Al-Khashshah oleh teman-teman kita diartikan sebagai diri mereka sendiri. Dan sebagai bandingannya ialah Al-Ammah, yaitu orang-orang yang mereka sebut sebagai Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
• Guru, ulama, peneliti, dan sekaligus orang yang bijaksana menurut Syi’ah, Husain bin Syihabuddin Al-Karki Al-Amili yang wafat pada tahun 1076 dalam kitabnya Hidayah Al-Abrar Ila Thariqi Al-Aimmah Al-Athhar, hal. 264, cetakan pertama 1396 Masehi, mengatakan,
“Ada beberapa orang-orang yang tergabung dalam golongan Al-Ammah, yaitu seperti Al-Muzani, Al-Ghazali, dan Ash-Shirafi. Dan yang termasuk dalam golongan Al-Khashshah ialah Al-Allamah dalam salah satu ucapannya…”
• Ayatullah agung yang di kalangan orang-orang Syi’ah disebut sebagai peneliti besar Syaikh Fathullah An-Namazi Asy-Syairazi dalam kitabnya Qa’idah la Dharara Wala Dhirara, hal. 21, cetakan pertama, Daar Al-Adhwa’-Beirut, mengatkan,
“Hadits yang berasal dari sanad Al-Ammah banyak diriwayatkan oleh sebagian besar ulama-ulama ahli hadits mereka. Contohnya seperti Al-Bukhari, Muslim, …”
Jadi, menurut orang-orang Syi’ah Al-Ammah ialah kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan berdasarkan hal itu, maka secara umum An-Nawashib atau pembangkang ialah seluruh pengikut Ahli Sunnah wal Jama’ah.
• Kemudian muncul di tengah-tengah kami seorang yang berpaham Syi’ah, Muhammad At-Tijani As-Samawi dalam kitabnya Asy-Syi’ah Hum Ahlu As-Sunnah yang diterbitkan oleh Muassasah Al-Hajr di London dan Bairut. Kami mendapatkan kitabnya ini dari sebuah perpustakaan di Syi’ah. Orang ini memperoleh dua ijazah Ayatullah agung dari dua orang ulama terkemuka Syi’ah.
Pertama dari Imam Al-Khau’i di Najf, dan yang kedua dari Al-Mar’asyi An-Najfi di Qumm. Telah dijelaskan dalam kitabnya tersebut halaman 316 ini menyatakan,
“Telah muncul di tengah-tengah kami seorang yang berpaham Syi’ah yang berterus-terang bahwasanya Ahli Sunnah adalah An-Nawashib atau para pembangkang. Menurut kaum Syi’ah , orang-orang Ahli Sunnah wal Jama’ah itu najis. Bahkan darah dan harta mereka halal, sebagaimana yang akan dikemukakan nanti.”
• At-Tijani dalam kitabnya tersebut halaman 79 mengatakan,
“Boleh jadi bahwa para ulama ahli hadits, mereka sendiri adalah Ahli Sunnah wal Jama’ah. Tetapi berdasarkan bukti yang tidak perlu diragukan bahwa As-Sunnah yang mereka maksudkan ialah membenci, melaknat dan berlepas dari Ali bin Abi Thalib. Dan itulah yang disebut pembangkangan.”
Wahai hamba-hamba Allah, apakah ada kaum Ahli Sunnah yang pernah mengutuk Ali Radhiyallahu Anhu dan berlepas diri darinya? Mahasuci Engkau, ya Allah. Sungguh ini suatu kebohongan yang besar.
• At-Tijani dalam kitabnya tersebut halaman 161 mengatakan,
“Tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa aliran para pembangkang adalah aliran Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
Tetapi sikap para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah menentang dan menolak para pembangkang dengan cara menyusun biografi para Ahlul Bait Radhiyallahu Anhu, yang bisa ditemukan oleh kaum Syi’ah dalam kitab-kitab induk mereka, merupakan bukti atas kebohongan At-Tijani dari Allah apa yang tidak berhak.
Dalam kitab yang sama halaman 163, At-Tijani mengatakan,
“Setelah pemaparan ini, jelas bagi kita bahwa para pembangkang yang selalu memusuhi Ali dan memerangi Ahlul Bait, Alaihimussalam adalah orang-orang yang menyebut dirinya sebagai Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
• At-Tijani dalam kitabnya Kullu Al-Hulul Inda Ali Ar-Rasul, hal. 10, Daar Al-Mujtaba-Libanon, juga mengatakan,
“Sulit bagi orang-orang Syi’ah untuk melakukan shalat dengan imam kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah, yaitu orang-orang yang dalam satu segi mereka mengunakan ijtihad dalam masalah yang menyangkut hukum-hukum shalat, namun dari segi yang lain di tengah-tengah shalat mereka justru menghujat Ali dan Ahlul Bait.”
• At-Tijani dalam kitabnya Asy-Syi’ah Hum Ahli AS-Sunnah, halaman 295, mengatakan,
“Jika ingin memperluas pembahasan ini, kita harus mengatakan bahwa Ahli Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang memerangi keluarga besar Nabi lewat rezim para penguasa Dinasti Umayah dan Dinasti Abasiyah.”
• Tidak cukup hanya itu. At-Tijani pada halaman 159 dalam kitabnya tersebut juga menulis pasal dengan judul “Permusuhan Kaum Ahli Sunnah terhadap Ahlul Bait telah Membuka Kedok Mereka.” Pada halaman yang sama ia mengatakan,
“Sesungguhnya seorang peneliti akan tercengang ketika ia terbentur pada hakikat Ahli Sunnah wal Jama’ah. Ia akan tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang memusuhi keturunan yang suci. Mereka ikut-ikutan kepada orang memusuhi, mengutuk, dan berusaha membunuh keturunan yang suci, serta menghapus jejak peninggalannya.”
• Pada halaman 164, ia mengatakan,
“Perhatikan pasal ini, maka Anda akan tahu hal-hal yang disembunyikan oleh kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah.bahkan mereka telah jauh dan telah berani bersikap dengki terhadap keluarga besar Nabi. Mereka sedikitpun tidak menyebutkan keutamaan-keutamaan Ahlul Bait Alaihimussalam, kecuali mereka telah menyelewengkannya.”
Menurut kami, orang sesat ini memang aneh. Ia menetapkan keutamaan-keutamaan Ahlul bait Radhiyallahu Anhum dari kitab-kitab Ahli Sunnah wal Jama’ah berdasarkan As-Sunnah. Tetapi anehnya, kenapa ia justru berargumen dengan hadits-hadits yang diselewengkan dengan ucapannya sendiri?
• Dan pada halaman 249, ia juga mengatakan,
“Tetapi karena terdorong oleh rasa permusuhan yang sangat berat, secara membabi-buta orang-orang Ahli Sunnah wal Jama’ah selalu berseberangan dengan Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Bait. Alaihimussalam dalam segala sesuatu. Sampai-sampai semboyan mereka ialah menentang Ali dan golongannya dalam segala hal, sekalipun mereka memiliki dasar sunnah Nabi yang kuat.”
  1. Wahai para ulama dan orang-orang awam golongan Ahli Sunnah wal Jama’ah, benarkan semboyan kita ialah menentang Ali dalam segala hal?
  2. Selain itu, apakah kalian tidak sadar bahwa penganut Syi’ah, tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang Islam dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian?
  3. Saudara-saudara kami sesama kaum Muslimin, dalam buku ini kalian akan tahu mazhab Syi’ah Itsna Asyar memperbolehkan para pengikutnya untuk berbohong dan mendustakan orang-orang yang menentang mereka.
• Pada halaman 299, ia mengatakan,
“Dengan melihat sekilas saja akidah-akidah kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah, kitab-kitab mereka, dan perilaku historis mereka terhadap Ahlul Bait, secara gamblang Anda akan tahu bahwa mereka selalu memilih jalan yang bertolak-belakang dan berlawanan dengan Ahlul Bait Alaihimussalam, dan bahwa memerangi keluarga Nabi tersebut, serta menggoreskan pena untuk mencari kekurangan-kekurangannya dan memperoleh kelemahan dari mereka untuk mengangkat harkat Syi’ah terhadap musuh mereka.”
• Dan pada halaman 300, ia mengatakan,
“Kita perhatikan mereka (kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah) bersikap diam dan merestui peristiwa pembantaian Husain. Hal itu tidak aneh, karena semua pembunuh Husain adalah orang Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
Kebohongan yang dituduhkan oleh At-Tijani bahwa para pembunuh Husain itu kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah itu sangat jelas, sehingga tidak perlu untuk disanggah. Penyebab peristiwa pembantaian terhadap Husain Radhiyallahu Anhu adalah orang-orang Syi’ah sendiri. Orang-orang Ahli Sunnah wal Jama’ah sendiri, alhamdulillah bersih dari darahnya (tragedi pembunuhan itu).
• Seorang ulama mujtahid besar Syi’ah, Ayatullah Muhsin Al-Amin meriwayatkan dalam kitab A’yan Asy-Syi’ah (I/26) dari Abu Ja’far alias Muhammad Ali Al-Baqir yang ketika ditanya tentang orang yang bertanggung jawab atas darah cucu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut, ia mengatakan,
“Setelah Hasan dibai’at dan diambil janji oleh putranya, ia lalu ditipu dan dibiarkan begitu saja. Hasan diserang oleh penduduk Irak sehingga lambungnya tertikam, dan pasukannya dirampas. Mu’awiyah lah yang meumpahkan darahnya dan darah anggota keluarganya. Setelah Husain dibai’at oleh sebanyak dua puluh ribu penduduk Irak, mereka kemudian melanggar bai’at tersebut. Mereka keluar untuk menantangnya. Padahal saat itu bai’at masih terikat di leher mereka. Mereka membunuhnya.”
Penduduk Irak tersebut tersebut berasal dari kaum Syi’ah, bukan dari kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah. Fatimah Ash-Shughra Radhiyallahu Anha mengatakan,
“Selanjutnya, ketahuilah wahai penduduk Kuffah, wahai orang-orang yang suka berbuat makar, yang suka berbuat makar, yang suka berkhianat, dan yang sombong, sesungguhnya kami Ahlul Bait diuji oleh Allah lewat kalian, dan kalian juga diuji-Nya lewat kami. Mudah-mudahan Allah menjadikan kalian sebagai ujian yang baik.”
Riwayat tadi diketengahkan oleh guru Syi’ah Abu Manshur Ath-Thabrasi dalam Al-Ihtijaj (II/27), Naif, Al-A’lami-Beirut, cetakan kedua, hal. 392, seperti yang dituturkan oleh Shadiq Makki adlam kitab Mazhalim Ahli Al-Bait, hal. 265, cetakan pertama, Daar Al-Alamiyah, 1404 Hijriyah.
• Imam Ali bin Al-Husain As-Sajjad Radhiyallahu Anhuma berkata kepada pendahulu-pendahulu kaum Syi’ah,
“Itu tidak mungkin, wahai orang-orang suka berkhianat dan berbuat makar. Kalian terhalang dari keinginan-keinginan nafsu kalian. Apakah kalian ingin mendatangi aku sebagaimana sebelumnya kalian mendatangi bapak-bapakku?”4 [Riwayat ini diketengahkan oleh Ath-Thibrisi dalam Al-Ihtijaj, ii/32, Al-A’lami-Beirut, jilid II, hal. 306.]
• Coba simak berikut apa yang dikatakan oleh cucu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhuma, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Manhsur Ath-Thibrisi dalam Al-Ihtijaj, terbitan An-Najf (II/10) Najf, Al-A’lami-Beirut, jilid II, hal. 290,
“Demi Allah, aku melihat Mu’awiyah lebih baik bagiku daripada mereka. Mereka mengaku sebagai para pengikutku. Tetapi mereka malah berusaha membunuhku dan merampas hartaku. Demi Allah, untuk mengambil janji dari Mu’awiyah yang dapat melindungi darahku dan merasa aman di tengah-tengah keluargaku, hal itu lebih baik daripada mereka membunuhku. Kalau aku memerangi Mu’awiyah, pasti mereka memegang leherku lalu menyerahkanku kepadanya.”
Menurut kami, tidak hanya ini persoalan yang dihadapi oleh para pendahulu At-Tijani terhadap Al-Hasan dan Al-Husain, bahkan juga terhadap ayah mereka, dengan alasan karena ia lebih mengutamakan para pengikut Mu’awiyah. Dengarkan apa yang ia katakan dalam Nahju Al-Balaghah, (I/188-190), Daar Al-Ma’rifah,
“Demi Allah, sesungguhnya aku suka kalau Mu’awiyah menukar aku dengan kalian seperti ia menukar dinar dengan dirham, lalu ia mengambil dariku sepuluh orang dari kalian, dan memberikan kepadaku satu orang dari mereka. Wahai penduduk Kuffah, aku mendapatkan cobaan karena kalian berkat tiga dan dua; ia tuli walaupun memiliki pendengaran, ia bisu walaupun bisa berbicara, ia buta walaupun memiliki penglihatan, tidak merdeka dan tidak jujur dalam berperang, dan tidak ada kawan yang terpercaya ketika tertimpa musibah.”
• Diriwayatkan oleh ahli hadits tokoh Syi’ah, Abu Amr Al-Kisysyi’, dalam kitab Al-Rijal, pada biografi Abu Al-Khattab, 254, dari imam Ash-Shadiq, sesungguhnya ia berkata,
“Setiap ayat yang diturunkan oleh Allah Ta’ala tentang orang-orang munafik, pasti menyinggung soal Syi’ah (ketika dilihat dari positif dan negatif –red).”
• Diriwayatkan oleh Al-Kasysyi dalam kitab Al-Rijal, hal. 253, dari Imam Ash-Shadiq Rahimahullah, sesungguhnya ia berkata,
“Ketika nanti Al-Qa’im muncul, yang pertama kali akan mendustakan aku adalah golonganku sendiri, lalu ia akan membunuh mereka.”
Di antara orang-orang yang disebutkan oleh Imam Ash-Shadiq, yang merasa keberatan hanya yang telah menuduh kaum Ahli Sunnah selalu memusuhi Ahlul Bait Radhiyallahu Anhum.
• Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini dalam Al-Kafi (VIII/228), dari Imam Al-Kazhim Rahimahullah, sesungguhnya ia mengatakan,
“Jika aku berusaha memilih dari para pengikut (Syi’ah)ku, niscaya tidak aku dapatkan kecuali sifatnya saja. Jika aku uji mereka, niscaya tidak aku temukan kecuali orang-orang yang murtad. Dan jika aku seleksi mereka, niscaya dari seribu orang tidak ada satu pun yang lolos.”
Riwayat ini diketengahkan oleh Waram dalam kitabnya yang terkenal Tanbih Al-Khawathir wa Nuzhat AN-Naqazhir (II/152), Muassasah Al-A’lami-beirut. Berdasarkan hal ini, penisbatan orang-orang Syi’ah terhadap Ahlul Bait sama seperti penisbatan orang-orang Nashrani terhadap Nabi Isa, dan seperti perlakuan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Musa.5[Bagi yang ingin mengetahui bagaimana Al-Husain Radhiyallahu Anhu dibantai, silahkan baca kitab Man Qatala Al-Husain, oleh Abdullah bin Abdul Aziz, terbitan Kairo.]
Itulah nash-nash yang menerangkan bahwa yang dimaksud dengan An-Nashib ialah Ahli Sunnah wal Jama’ah. Sementara nash-nash yang menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Al-Mukhalif juga Ahli Sunnah wal Jama’ah, dalam hal ini ada dua nash yang bisa saya kemukakan secara tegas, yakni:
A. Ayatullah agung, Al-Kalbayakani ditanya tentang beberapa pertanyaan sebagai berikut: “Siapa itu Al-Mukhalif? Apakah ia orang yang menentang ideologi Syi’ah dalam soal imamah, atau orang yang menentang sebagian imam dan setia kepada sebagian yang lain, sehingga dalam hal ini termasuk aliran Zaidiyah dan yang lain? Dan apakah hukum seorang penentang itu sama seperti hukum yang berlaku pada seorang pemberontak. Atau pembangkang, atau ekstrimis, atau bukan?”
Ia menjawab, “Dengan menyebut nama Allah Ta’ala menurut istilah kami, Al-Mukhalif itu berarti orang yang meningkari kekhilafan Amirul Mukminin Ali Alaihissalam, tanpa perlu dirinci. Orang yang hanya percaya kepada beberapa imam Alaihimussalam saja, kendatipun ia masih dianggap termasuk golongan Syi’ah namun hukum-hukum yang berlaku pada Itsna Asyar tidak memberlakukan haknya.”6[Lihat, Irsyad As-Sa’il, oleh Al-Kalbayakani, hal. 199, pertanyaan nomor 742.]
B. Yang mereka maksudkan dengan istilah Al-Mukhalifin ialah setiap orang Muslim yang bukan termasuk pengikut Syi’ah Imamiyah. Dan menurut mereka, kaum Ahli Sunnah wal Jama’ah ialah orang-orang yang mempercayai kekhilafan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhuma.
Ayatullah agung, Muhammad Sa’id Al-Hakim (yang sekarang berkuasa di Najf) dalam kitabnya Al-Muhkam fi Ushul Al-Fiqhi (VI/194) mengatakan, “Jelasnya, yang dimaksud dengan Al-Ammah Al-Mukhalifun ialah orang-orang yang loyal pada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab, dan mengakui kekhilafannya, dari mana pun asal golongan mereka. Sebab, ia adalah termasuk orang yang terdapat dalam daftar-daftar nash yang telah disebutkan tadi.”