Din Syamsuddin Ketua Umum PP Muhammadiyah
Prof. Din Syamsuddin menegaskan organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu
bukan beraliran Sunni maupun Syiah.
“Muhammadiyah juga tidak mengikuti Sunni
maupun Syiah. Kita Islami,” kata Din kepada wartawan usai menghadiri
penganugerahan gelar Doktor (HC) untuk Karni Ilyas di kampus Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (28/09).
Din juga memuji kalangan cendekiawan
muslim termasuk filosof banyak yang berasal dari kalangan Syiah. “Kalau kita
tilik dari sejarah, banyak pemikir, filsuf, ilmuwan muslim di masa lalu berasal
dari kalangan Syiah,” papar Din.
Kata Din, Syiah yang mempertuhankan dan
mengangkat Ali tidak berkembang di Indonesia. “Memang dulu pernah berkembang
Syiah yang keras dan cenderung sesat, tapi setahu saya tidak berkembang di sini,”
papar Din.
Selain itu, Din meminta tidak mudah
mengkafirkan seseorang termasuk berbeda dalam aliran. “Seseorang sudah dengan
ikhlas mengucapkan dua kalimat syahadat maka dia telah menjadi seorang muslim,”
papar Din. (Posted On 28 Sep 2013 By : Achsin itoday.co.id).
Demikian berita berjudul Din Syamsuddin: Muhammadiyah Bukan Sunni dan Syiah yang ditulis itoday.co.id 28 Sep 2013
Din Syamsuddin saat Menghadiri Kongres
Tokoh Yahudi se Dunia yang berlangsung di Budapest, Hongaria, tanggal 5-7 Mei
2013.
Lima tahun yang lalu, pada Konferensi
Persatuan Islam Sedunia yang berlangsung 4-6 Mei 2008 di
Teheran, Iran, Din Syamsuddin antara lain mengatakan, bahwa Sunni dan
Syi’ah ada perbedaan tapi hanya pada wilayah cabang (furu’yat), tidak pada
wilayah dasar agama (akidah). Menurut Din, Sunni dan Syi’ah berpegang pada
akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat penghormatan terhadap
sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad, yakni Ali bin Abi Thalib.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
ini juga mengatakan, sewajarnya jika dua kekuatan besar Islam ini (Sunni dan
Syi’ah) bersatu melawan dua musuh utama umat saat ini yaitu kemiskinan dan
keterbelakangan. (Detikcom 5 Mei 2008)
Din Syamsuddin
Nggak Ngerti Syi’ah?
Bagi kita yang mengenal akidah Syi’ah,
tentu timbul pertanyaan, Apakah Din Syamsuddin nggak ngerti Syi’ah?_ Rasanya
memang tidak mungkin ulama atau ilmuwan Islam atau tokoh Islam sekaliber Din
Syamsuddin nggak ngerti Syi’ah. Masalahnya, sering kita temukan, mereka (para
ulama atau ilmuwan Islam) yang sebelum berkecimpung di dunia politik sangat
mengerti Syi’ah bahwa itu benar-benar sesat, namun setelah terjun ke dunia
politik, sikap dan pandangannya tentang Syi’ah berubah, seolah-olah awam alias
nggak ngerti soal Syi’ah.
Rupanya seorang ulama atau ilmuwan bila
sudah terjun ke dunia politik, maka politik itu dapat merubah pandangannya. Itu
hanya salah satu sebab. Sebab lainnya adalah akibat gencarnya para misionaris
Syi’ah lokal dan internasional yang begitu gigih (namun tanpa gegap gempita)
terus menyebarkan paham Syi’ah melalui berbagai cara. Sementara itu, sudah
cukup lama para pemerhati dan peneliti aliran dan paham sesat
mengurusisepilis (sekulerisme, pluralisme agama –menyamakan semua agama
alias kemusyrikan baru— dan liberalisme), Ahmadiyah, LDII alias Islam Jama’ah
dan sebagainya, sehingga hampir seluruh perhatiannya tersita untuk itu.
Akibatnya, paham sesat Syi’ah aman-aman melenggang di atas panggung akidah umat
Islam. Sampai-sampai orang besar sekaliber Din Syamsuddin pun seolah tanpa
beban berani mengatakan bahwa akidah umat Islam dan Syi’ah adalah sama. Kalau
Din Syamsuddin saja sudah mulai teracuni Syi’ah, bagaimana pula dengan orang
awam yang kurang bekal, pasti lebih mudah teracuni akidah Syi’ah.
Para tokoh Syi’ah atau Ahlul Bait
(menurut penamaan dari mereka) seperti Jalaluddin Rakhmat bahkan lebih jauh
dari sebelumnya, kini tampil menjajakan ajarannya melalui
kiriman sms pada ponsel dengan namaJalan Rahmat. Begitu juga dengan
Komaruddin Hidayat, salah seorang pendukung Syi’ah (juga pluralisme dan
liberalisme plus Ahmadiyah serta dekat dengan Lia Eden), mengikuti jejak
Jalaludin Rakhmat.
Ummat
Islam diajak kerjasama dengan Syi’ah di dalam memerangi apa yang Din sebut
musuh bersama yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. Benarkah kemiskinan itu
musuh bersama? Dari mana dasarnya kalau kemiskinan itu musuh bersama? Sedangkan
sahabat Nabi saw yang sangat berjasa dalam periwayatan hadits yaitu Abu
Hurairah justru dengan kemiskinannya itu dia hidup mengikuti Rasulullah saw
sampai menjadi orang yang tinggi derajatnya dalam menyampaikan ilmu.
1469 حَدِيثُ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : إِنَّكُمْ تَزْعُمُونَ أَنَّ أَبَا
هُرَيْرَةَ يُكْثِرُ الْحَدِيثَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَاللَّهُ الْمَوْعِدُ كُنْتُ رَجُلاً مِسْكِينًا أَخْدُمُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مِلْءِ بَطْنِي وَكَانَ الْمُهَاجِرُونَ
يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ وَكَانَتِ الأَنْصَارُ يَشْغَلُهُمُ
الْقِيَامُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ يَبْسُطْ ثَوْبَهُ فَلَنْ يَنْسَى شَيْئًا سَمِعَهُ مِنِّي
فَبَسَطْتُ ثَوْبِي حَتَّى قَضَى حَدِيثَهُ ثُمَّ ضَمَمْتُهُ إِلَيَّ فَمَا
نَسِيتُ شَيْئًا سَمِعْتُهُ مِنْهُ
1469 Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a, ia berkata: Adakah kamu menuduh bahwa Abu Hurairah memperbanyak Hadis dari
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ؟ Demi Allah aku
akan membuktikannya. Sesungguhnya aku seorang yang miskin, aku menjadi khadam
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan hanya diberi makan
saja. Ketika Orang-orang Muhajirin berdagang di pasar-pasar dan Orang-orang
Anshor sibuk mengembangkan harta benda mereka. Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang membentangkan pakaiannya, maka
dia tidak akan lupa apa yang dia dengar dariku. Aku terus membentangkan
pakaianku dan beliau memberikan semua Hadits beliau hingga selesai. Kemudian aku
mengumpulkannya dan tidak lupa apa-apa yang aku dengar dari beliau. (Muttafaq
‘alaih).
Dalam riwayat ini,
kemiskinan yang dialami Abu Hurairah sama sekali tidak dijadikan musuh oleh
Nabi Muhammad saw. Seandainya kemiskinan itu merupakan musuh, bahkan musuh
bersama seperti yang Din Syamsuddin pidatokan di Iran itu, maka tentu
saja Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam orang pertama yang memusuhi kemiskinan
yang ada di rumah beliau itu. Dan tentu mengajak para sahabat untuk
memusuhinya. Namun ternyata tidak, dan justru dengan kemiskinannya itu ternyata
ada manfaat yang begitu besarnya, yaitu Abu Hurairah senantiasa mengikuti Nabi
Muhammad saw, kemudian mendapatkan hadits yang banyak, hingga jadi periwayat
hadits yang terkemuka. Artinya menyampaikan ilmu (sabda-sabda Nabi saw) kepada
umat ini dalam jumlah yang banyak.
Ya memang sangat dianjurkan untuk memberi
makan kepada orang miskin. Anjuran-anjuran itu sangat tegas dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah, namun kaitannya bukan kemiskinan sebagai musuh namun adalah sebagai
lahan untuk memperbanyak amal, dan meraih surga serta menyelamatkan diri dari
neraka.
Bagaimana kemiskinan itu dianggap sebagai
musuh bahkan musuh bersama, sedangkan Nabi Muhammad saw berdo’a kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk dihidupkan dalam keadaan miskin, dimatikan dalam
keadaan miskin, dan dikumpulkan dengan rombongan orang miskin di akherat.
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- :« اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مِسْكِينًا وَأَمِتْنِى مِسْكِينًا
وَاحْشُرْنِى فِى زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ». فَقَالَتْ
عَائِشَةُ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا : وَلِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ :«
لأَنَّهُمْ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا
يَا عَائِشَةُ لاَ تَرُدِّى الْمِسْكِينَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ يَا عَائِشَةُ
أَحِبِّى الْمَسَاكِينِ وَقَرِّبِيهِمْ فَإِنَّ اللَّهَ يُقَرِّبُكِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ».
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia
berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata; Ya
Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan matikanlah aku dalam keadaan
miskin, dan kumpulkanlah aku dalam rombongan orang-orang miskin di hari
qiyamat.“Maka Aisyah ra bertanya tentang itu: Kenapa wahai Rasulallah? Beliau
menjawab; Karena mereka akan masuk surga sebelum orang-orang kaya dengan 40
tahun (lebih dahulu). Wahai Aisyah jangan kamu tolak orang miskin walau (hanya)
dengan (memberi) sebelah kurma, wahai Aisyah cintailah orang-orang miskin dan
dekatilah mereka, maka sesungguhnya Allah akan mendekatimu di hari qiyamat. (HR
Al-Baihaqi dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits gharib, dihasankan Al-Albani
karena hadits lainnya).
Adapun ada hadits tentang berlindung dari
kefakiran dan kemiskinan, maka menurut Imam Al-Baihaqi adalah berlindung dari
fitnah/ujian kefakiran dan kemiskinan sebagaimana berlindung dari fitnah/ ujian
kekayaan.
Miskin ada tuntunannya yang menjadikan
beruntungnya orang mukmin yaitu sabar, sedang kaya juga ada tuntunannya yang
menguntungkan mukminin yakni agar bersyukur. Dengan demikian, orang yang
mengatakan bahwa kemiskinan itu musuh bahkan musuh bersama, itu perlu
mengemukakan dalil secara jelas.
Syetan penganjur kesesatan itu musuh bersama
Adapun musuh bersama yang sebenarnya, justru syetan
itulah musuh yang nyata.
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلالاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(168)
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu. (QS Al-Baqarah: 168).
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(208)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS
Al-Baqarah: 168).
قَالَ
هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ(15)
Musa berkata: “Ini adalah perbuatan
syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata
(permusuhannya). (Al-Qashash: 15).
إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ
لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ(6)
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala. (QS Fathir: 6).
وَلاَ
يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(62)
Dan janganlah kamu sekali-kali
dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS
Az-Zukhruf: 62).
Imam Ibnu katsir menjelaskan, jangan kamu
sekali-kali dipalingkan oleh syaitan dari mengikuti kebenaran. Imam Al-Qurthubi
menerangkan, dan jangan tertipu dengan bisikan syetan dan menyerupai
orang-orang kafir.
Dari ayat-ayat itu maka jelas, musuh
bersama itu adalah syetan yang kerjanya menyesatkan. Maka yang harus dihindari
oleh manusia ini adalah kesesatan dalam aneka bentuknya dan perangkatnya.
Bentuk-bentuk kesesatan itu di antaranya adalah kekafiran, kemusyrikan,
kemaksiatan dan kemunkaran. Sedang senjata kesesatan adalah dusta atau bohong,
karena syetan itu sendiri sifatnya adalah pembohong. Maka kalau mau ditarik
garis, musuh bersama yang harus dihadapi adalah kesesatan (dalam aneka
jenisnya) dan dusta. Yang harus diperjuangkan adalah kebenaran dan
kejujuran, ya itulah Islam.
Singkatnya, cukup dikatakan: Tegakkan kebenaran dan
kejujuran; dan berantas kesesatan dan kedustaan. Itulah amar ma’ruf nahi
munkar, yang di Muhammadiyah tempo dulu senantiasa dikobarkan oleh pengikutnya
dengan semboyan fastabiqul khoirot (berlomba-lombalah kamu —dalam berbuat—
kebaikan). Namun rupanya ketua umum Muhammadiyah yang sekarang Din Syamsuddin
sudah lupa atau memang tidakngeh (tak peduli) tentang itu. Hingga di
tingkat internasional, yang keluar adalah kata-kata, “Sewajarnya jika dua
kekuatan besar Islam ini (Sunni dan Syi’ah) bersatu melawan dua musuh utama
umat saat ini yaitu kemiskinan dan keterbelakangan.”
Seandainya pernyataan Din Syamsuddin itu tepat, yaitu
yang dianggap musuh bersama itu syetan yang ujud untuk diberantas adalah
kesesatan dan kedustaan, dan yang mesti ditegakkan adalah kebenaran dan
kejujuran; itupun jangan sampai dalam mengupayakan itu dengan menggadaikan
akidah. Lha ini hanya gara-gara mau bekerja sama memerangi kemiskinan dan
keterbelakangan (yang itu dianggap sebagai musuh bersama, padahal anggapan yang
tidak berlandaskan dalil) lantas menganggap akidah mereka sama.
Akidah Islam tidak sama dengan Syi’ah
Sesungguhnya, akidah kita umat Islam tidak sama dengan
akidah Syi’ah. Meski kelak suatu saat (ini baru misal saja) ada kerja sama
antara umat Islam dengan kalangan Syi’ah di dalam memerangi kemiskinan dan
keterbelakangan, bukan berarti akidahnya sama. Selain tidak sama, Syi’ah jauh
lebih berbahaya dibanding berbagai aliran sesat yang lahir berikutnya seperti
Ahmadiyah, LDII (Islam Jama’ah), Islam Liberal, dan sebagainya. (Ini bukan mengecilkan
bahaya kesesatan aliran-aliran sesat itu, namun sekadar perbandingan). Karena,
Syi’ah itu merupakan induk kesesatan.
Jadi ajakan Din Syamsuddin itu sebuah kerancuan yang luar
biasa. Sudah sasaran yang ingin diperangi bukan sasaran yang ada petunjuknya
untuk diperangi karena hal yang lebih prinsipil justru dibiarkan; sedang
anggapan bahwa sama antara umat Islam dan orang Syi’ah itu sudah penipuan yang
nyata.
KH Irfan Zidny MA (almarhum, Ketua Lajnah Falakiah PBNU)
pernah merasa amat gusar terhadap sikap sejumlah intelektual dan ulama yang
memposisikan Syi’ah sama saja dengan Sunni, padahal mereka itu tidak tahu
banyak soal Syi’ah. Kegusaran itu sangat beralasan, mengingat beliau pernah
tinggal di negara-negara yang mayoritas penduduknya penganut aliran Syi’ah,
belajar kepada ulama-ulama Syi’ah, tinggal bersama masyarakat Syi’ah, bergaul
dengan mereka, selama delapan belas tahun. Sementara itu, para pendukung Syi’ah
termasuk simpatisannya tidak pernah menghabiskan waktu dalam jangka waktu lama
mempelajari Syi’ah dari sumbernya, paling lama hanya beberapa bulan, namun
sudah sok tahu dan dengan gegabah mengatakan akidah Syi’ah sama dengan umat
Islam pada umumnya.
Muhammad Abdul Sattar Al-Tunsawi (Pakistan, 1985), pernah
menulis buku berjudul Beberapa Kekeliruan Akidah Syi’ah berupa
penjelasan sekitar penyimpangan penganut Syi’ah dan hal-hal yang mereka
ada-adakan terhadap Islam. Tulisan tersebut mendasarkan pada buku-buku pegangan
ajaran Syi’ah sendiri.
Kekeliruan akidah Syi’ah itu oleh Al-Tunsawi dijabarkan
ke dalam tujuh belas hal, yaitu:
01. Syirik Terhadap Allah.
02. Kepercayaan Bada-a.
03. Imam Yang Duabelas Yang Bersifat
Maksum.
04. Kepercayaan bahwa al-Qur’an yang
ada sekarang ini sudah berubah, ada ayat yang dikurangi dan ditambah.
05. Penghinaan Terhadap Rasul saw
dan Penghinaan terhadap Ali, Hasan dan Husein.
06. Kepercayaan Menghinakan Ummahat
Mukminin, istri-istri Rasulullah saw.
07. Penghinaan terhadap anak-anak
perempuan Rasulullah, terutama penghinaan terhadap Saidah Fathimah.
08. Penghinaan terhadap Abbas dan
anaknya Abdullah dan penghinaan terhadap Aqil bin Abi Thalib ra.
09. Penghinaan terhadap Khulafaur
Rasyidin, orang Muhajirin dan Anshar.
10. Penghinaan terhadap ummahat
mukminin dan anak-anak Fathimah ra.
11. Kepercayaan Taqiyah dan
keutamaannya dalam ajaran Syiah.
12. Akidah mut’ah dan keutamaannya
menurut ajaran Syi’ah.
13. Kepercayaan boleh meminjam budak
untuk seks.
14. Kepercayaan Boleh Seks Anal
(Sodomi) Dengan Istri.
15. Akidah ruj’ah (Rasul dan para
Sahabat bangkit kembali sebelum hari kiamat).
16. Akidah “Thinah”.
17. Kepercayaan menyesali diri serta
meratapi kematian Husein ra, dengan menyobek-nyobek kantong dan menampar pipi.
Salah satu ulama Syi’ah Al-Kulaini
dalam Kitab Ushul Kafi halaman 158 (cetakan India) mengatakan:
“Para Imam tahu kapan akan datang ajalnya, dan mereka mati atas kehendak
Imam sendiri. Abi Abdillah Ja’far mengatakan, apabila Imam tidak tahu apa yang
akan menimpanya dan ke mana dia akan pergi, tidaklah berhak menjadi Imam.”
Begitulah akidah musyrik Syi’ah. Padahal
Allah Subhanahu wa Ta’ala .berfirman:
قُلْ
لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا
يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ(65)
Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di
langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan
mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS An-Naml: 65).
Contoh di atas hanyalah salah satu saja
dari akidah musyrik Syi’ah, yang bertolak belakang dengan akidah umat Islam
pada umumnya. Lha, masak yang kayak gini ini oleh Din Syamsuddin dikatakan
akidahnya (Syi’ah) sama (dengan Islam/ Sunni), hanya beda masalah cabang atau
furu’iyah. (haji/tede/nahimunkar.com)
Sumber:
Posted On 28 Sep 2013
By : Achsin
itoday –
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin menegaskan organisasi yang
didirikan KH Ahmad Dahlan itu bukan beraliran Sunni maupun Syiah.
“Muhammadiyah
juga tidak mengikuti Sunni maupun Syiah. Kita Islami,” kata Din kepada wartawan
usai menghadiri penganugerahan gelar Doktor (HC) untuk Karni Ilyas di kampus
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (28/09).
Din
juga memuji kalangan cendekiawan muslim termasuk filosof banyak yang berasal
dari kalangan Syiah. “Kalau kita tilik dari sejarah, banyak pemikir, filsuf,
ilmuwan muslim di masa lalu berasal dari kalangan Syiah,” papar Din.
Kata
Din, Syiah yang mempertuhankan dan mengangkat Ali tidak berkembang di
Indonesia. “Memang dulu pernah berkembang Syiah yang keras dan cenderung sesat,
tapi setahu saya tidak berkembang di sini,” papar Din.
Selain
itu, Din meminta tidak mudah mengkafirkan seseorang termasuk berbeda dalam
aliran. “Seseorang sudah dengan ikhlas mengucapkan dua kalimat syahadat maka
dia telah menjadi seorang muslim,” papar Din.