Tafsir Jabir al-Ju’fi
Abu Abdillah, Jabir (w 127 / 128 /132 hq), putra Yazid bin
al-Harst bin Abd Yaghuts al-Ju’fi, salah seorang mufasir Syi’ah dan ahli hadis
dari kalangan tabiin.
Beliau mengambil hadis dan tafsir al-Quran dari Imam Muhammad
Al-Bagir a.s. di samping itu, beliau termasuk sahabat khusus Imam pada saat
itu.
Ibn Hajar dalam kitabnya, At-Tahdzib mengategorikan dia pada kelompok perawi yang dhaif dan pencaci para sahabat Nabi Saw.
Sedang dalam kitab-kitab Rijal
Syi’ah, Jabir Al-Ju’fi termasuk orang yang ditaustsiq dan adil. Abul Abbas Najasyi (w 450 hq) menyebutnya sebagai salah
satu sahabat Imam Muhammad Al-Bagir a.s. dan meriwayatkan tafsir dari beliau
melalui lima perantara.
Syekh Thusi dalam Rijal menyebut Jabir sebagai sahabat Imam Muhammad Al-Bagir a.s dan Imam
Ja’far Ash-Shadiq a.s..
Tafsir yang sedang dibahas ini ditulis dengan
bahasa Arab dan dengan metode riwai. Tafsir ini merupakan hasil dikte Imam
Al-Bagir a.s.. Furat Al-Kufi dalam tafsirnya telah menukil sekitar 32sanad di
mana semuanya berkaitan dengan keutamaan Amirul mukminin Ali a.s. dan keluarga
suci Nabi Saw.
Sebagai sebuah contoh, dalam ayat 48 surah An-Nisa’ Allah
berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni saat Dia disekutukan
dan mengampuni selain itu dari orang yang Dia kehendaki.” Dengan menukil sebuah riwayat dari Jabir dari Imam Bagir
a.s. yang bersabda, Wahai Jabir sesungguhnya maksud dari syirik di situ adalah
tentang wilayah dan kepemimpinan Ali a.s. dan ketaatan kepadanya.
Begitu juga contoh lain, Ali bin Ibrahim
Al-Qummi dalam tafsirnya, saat menafsirkan ayat 34 surahAl-Baqarah:”Dan
(ingatlah) ketika Kami memerintahkan kepada para malaikat, Sujudlah kalian
kepada Adam.” menukil dari Jabir bin Yazid Al-Ju’fi dari Abi Ja’far
Muhammad Al-Bagir a.s.
Sebagian kalangan dari Ahli sunah juga mentaustsiq Jabir dan menukil riwayat darinya dalam kitab-kitab
tafsir dan hadis mereka.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy Syi'ah, 4/51-55; A'lam, 2/105; Ta'sis
Asy-Syi'ah, 326; Tafsir Furat
Al-Kufi, 54; Tafsir
Al-Qummi, 1/36; Adz-Dzari'ah, 4/268; Jami Ruwat, 1/144; Rijal, Ibn Daud, 80;Rijal Syekh
Thusi, 111, Rijal Kasyi, 179-174; Al-Fihrist, Syekh Thusi,
73; Mu'jam Rijalil Hadis, 4/17-27; Mu'jam
Mualifin, 2/106; Rijal, Allamah Hilli, 35; Mizanul
I'tidal, 1/379-384; Tanqihul Maqal,
1/203;Rijal, Najasyi, 1/313-316.
Tafsir Ibn Abi Syu’bah
Abu Ja’far Muhammad (w 135) Ali bin Abi
Syu’bah Al-Halabi, merupakan salah mufasir Syi’ah Imamiyah dan termasuk tokoh
menonjol dari keluarga tersebut. Dia meriwayatkan hadis, tafsir dan
takwil dari Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s..
Dalam kitab-kitab Rijal telah
disepakati akan ketsiqahannya. Tafsirnya sama seperti tafsir-tafsir di zaman tersebut
yaitu berupa metode riwai dan banyak dinukil dalam kitab-kitab tafsir lain.
Sayangnya kitab tafsir ini sekarang sudah tidak ada lagi.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy-Syi'ah, 2/89; Jami Ruwat, 2/151; Adz-Dzari'ah, 4/240; Rijal,Ibn Daud. 324; Rijal, Syekh Thusi, 295; Rijal, Najasyi, 2/202; Rijal, Allamah Hilli, 103; Al-Fihrist,Syekh Thusi, 303; Ma'alimul
'Ulama, 94; Mufasiran
Syi'ah, 66; Mu'jam
Rijalil Hadis, 16/302; Kamilu
Ziyarat, Ibnu Qaulaweh, 89; Rijal, Al-Barqi, 20.
Tafsir Ibn Abi Hind
Abu Bakar Daud (w 139) putra Abi Hind Dinar
Kusyairi Sarakhsi wafat saat menuju Mekkah. Beliau salah satu mufasir, muhaqiq
dn sahabat Imam Muhammad Al-Bagir a.s.. Dari Imam Muhammad Al-Bagir a.s.
jugalah dia mengambil hadis dan tafsir al-Quran.
Ibn Nadim dalam Al-Fihrist menyebut kitab ini dengan tafsir Daud bin Abi Hind. Tafsir ini ditulis dengan bahasa Arab dan dengan metode
penafsiran abad-abad awal Islam. Dan sayangnya kitab ini sudah tidak ada lagi.
Sumber-sumber rujukan: Adz-Dzari'ah, 4/240; Rijal, Syekh Thusi, 120; Jami Ruwat, 1/301, Al-Fihrist, Ibn Nadim, 36; Mu'jam
Rijalil Hadis, 7/91.
Tafsirul Quran
Abu Said Aban (w 141) putra Taglib bin Ribah
Al-Bakri Al-Jariri Al-Kufi. Syekh Qura’ dan mufasir Syi’ah dan sahabat tiga imam sekaligus;
Imam Ali Zainal Abidin a.s., Imam Muhammad Al-Bagir a.s. dan Imam Ja’far
Ash-Shadiq a.s., dia memiliki posisi yang terhormat di depan tiga maksum
tersebut.
Selain itu, dia dipercaya dan ditautsiq oleh
kedua kalangan Syi’ah dan Ahli Sunah.
Dengan perintah Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s.
beliau mengajar dan memberi fatwa di kota Madinah. Beliau juga merupakan salah
satu pendiri ilmu qiraat Al-Quran dan salah seorang ulama besar Syi’ah yang
menulis empat jenis tafsir.
Keempat tafsirnya hingga saat ini menjadi
bahan rujukan dan bukti. Empat tafsir yang ditulisnya adalah sebagai berikut;
1. Ma’anil Quran Al-Latif. 2. Tafsirul Quran. 3. Al-Gharib fil Quran. 4.
Tafsirul Qira’at.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy Syi'ah, 2/69; Ta'sis
Asyi'ah, 319-343; Adz-Dzari'ah, 4/233-239;Tafsir Furat Al-Kufi, 90 dan seterusnya; Tafsir
Kanzul 'Irfan, Bughyatul Wi'ah, 176; Tanqihul Maqal,1/3; Tahdzib, 1/93; Jami Ruwat, 1/9; Rijal, Ibn Daud, 9; Rijal Syekh Thusi, 82; Rijal, Kasyi, 279-280;Rijal, Najasyi, 1/73; Thabaqat
Mufasirin, Dawudi, 1/1; Ath-Thabaqatul
Kubra, 6/302-360; Al-Fihrist,Ibn Nadim, 276, Al-Fihrist, Syekh Thusi, 5; Mu'jamul
Udaba', Yaqut, 1/107; Mufasira Syi'ah, 65-66;Mizanul I'tidal, 1/5.
Tafsirul Ahmasi
Abul Hasan Malik (w 145 hq) putra Atiyah
Ahmasi Al-Kufi, salah seorang muhadis dan mufasir Syi’ah.
Beliau mengambil ulmul Quran, tafsir dan
hadis dari tiga maksum sekaligus; Imam Zainal Abidin a.s., Imam Muhammad
Al-Bagir a.s. dan Imam Shadiq a.s.. Tafsir beliau dengan bahasa Arab dan dengan
metode riwai.
Furat Kufi dalam tafsirnya saat menafsirkan
ayat ke-33 surah Muhammad yang berbunyi:”Wahai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya dan janganlah kalian rusak
amal-amal kalian.” Malik bin Atihyah melalui farqad Nahdi bertanya kepada
Imam Shadiq a.s., Apakah hal yang merusak amal perbuatan setelah melakukan
ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya? Imam a.s. menjawab, Memusuhi kami
adalah hal yang membatalkan dan merusak amal perbuatan. Riwayat ini banyak
disebut oleh kitab-kitab penting hadis yang di antaranya adalah empat kitab
utama yang juga dinukil oleh perawi-perawi besar Syi’ah.
Sumber-sumber rujukan: Tafsir Furat Al-Kufi, 418; Tafsir
Qummi, 2/212; Jami Ruwat, 2/37-38;Rijal, Ibn Daud, 283; Rijal, Najasyi, 2/375; Al-Fihrist, Syekh Thusi, 196; Rijal, Kasyi, 133-314; Ar-Raudhatul
Kafi, 268; Al-Kafi, 1/393-394; Man La
Yahdhuruhul Faqih, 3/353; Mu'jam Rijalil Hadis,14/168-172.
Tafsir Zaid ‘Adawi
Abu Abdillah Zaid (w 136 / 140 / 145 hq)
putra Aslam ‘Adawi Al-Madani salah seorang Mufasir dan Muhadis Syi’ah Imamiyah.
Syekh Thaifah, Syekh Thusi menyebutnya
sebagai salah satu sahabat Imam As-Sajjad a.s dan Imam Shadiq a.s.. Beliau
termasuk mufasir yang tsiqah dan dipercaya oleh kalangan Syi’ah dan Ahli sunah.
Ibnu Nadim dalam kitab Fihristnya telah
mengategorikan tafsir Zaid bin Aslam sebagai salah satu kitab-kitab tafsir.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy-Syi'ah, 91-93; At-tafsir wa
Mufasirun, 1/116-117, Tadzkiratul
Hufaz, 1/132; Adz-Dzari'ah, 4/275; Al-Itqan fi
Ulumil Quran, 4/240; Jami Ruwat, 1/340; Rijal, Ibn Dawudi,
162, Rijal, Syekh Thusi,
90; Thbaqatul Mufasirin, Dawudi, 1/176; Mu'jam
Rijalil Hadis,7/325; Al-Kafi, 6/408; Tafsir Furat Kufi, 258.
Tafsir Fudhail Bashri
Abul Qasim Fudhail (w 145 hq) putra Yasar
Nahdi Al-Bashri. Salah seorang mufasir, Muhadis Syi’ah dan sahabat Imam ke-5
dan keenam a.s..
Beliau mengambil Ulumul Quran dan hadis dari
Imam Bagir a.s. dan Imam Ja’far a.s.. Abul Abbas Najasyi setelah
mentautsiqnya menambahkan bahwa beliau meninggal dunia pada masa keimamahan
Imam Shadiq a.s..
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Lisanul Mizan menyebutnya sebagai Rafidi, pembohong dan orang yang tak dapat dipercaya. Sedang
dalam kitab-kitab Rijal Syi’ah
sebaliknya beliau disepakati sebagai orang yang dipercaya. Dan buktinya tafsir
yang ditulis dengan bahasa Arab dan dengan metode riwai ini banyak dinukil
dalam kitab-kitab tafsir dan hadis.
Abul Hasan Ali bin Ibrahim Quumi dalam
tafsirnya yang terkenal pada pembahasan ayat ke-71 surah Bani Israel yang
berbunyi, Pada hari Kami menyeru manusia dengan para pemimpin
mereka masing-masing.” Dari
Fudhail bin Yasar meriwayatkan dari Imam Muhammad Bagir a.s., Rasulullah Saw,
Imam Ali a.s., Imam Hasan a.s. dan Imam Husain a.s. masing-masing akan datang
dengan kelompok mereka sendiri dan semua Syi’ah akan mengikuti mereka.
Syekh Mufid dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan bahwa beliau termasuk
faqih yang paling pintar dan pemberi fatwa serta jalur riwayatnya sahih dan
benar.
Sumber-sumber rujukan: Al-Istibshar, 1/401; Thadzibul
Ahkam, 3/48; Tafsir
Qummi, 2/23; Jami Ruwat, 2/11-13; Rijal, Ibn Daud, 274; Rijal, Syekh Thusi, 132-271; Rijal, Kasyi,
185-187; Rijal,Najasyi,
2/172-173; Lisanul Mizan, 4/454; Mu'jam
Rijalil Hadis, 13, 335-341; Man La
Yahdhuruhul Faqih, 3/307.
Tafsir Muhammad bin Furat
Muhammad (w 145 hq) putra Furat. Salah seorang perawi dan muhadis
Imamiyah.
Dia mengambil ulumul Quran, tafsir dan hadis dari Imam Muhammad
Al-Bagir a.s. beliau juga mencicipi masa kehidupan Imam Ja’far Shadiq a.s. dan
meriwayatkan hadis dari beliau juga. Kitab-kitab rijal juga telah
mentautsiqnya.
Kasyi dalam rijalnya menulis, bahwa dia pernah bertemu dengan
Asbag bin Nabatah. Sehingga banyak dijumpai riwayatnya dinukil dari Asbag dan
dia dari Amirul mukminin Ali a.s.
Beliau bukanlah Muhammad Bin Furat Kufi al-ju’fi yang hidup pada
masa Imam Ridha a.s. di mana kitab-kitab rijal telah menganggapnya lemah dan
pembohong, lebih dari itu Imam ridha sendiri telah mencelanya.
Sebagian besar tafsirnya berkaitan dengan keutamaan Amirul
mukminin Ali a.s. dan keluarga suci Ahlul bait a.s..
Furat Kufi saat menafsirkan ayat ke-14 surah Waqi’ah yang
berbunyi, tiga orang dari (kelompok awal) dan sedikit dari orang zaman akhir.
menulis, Muhammad Bin Furat Kufi bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s.
tentang tafsirannya, Imam menjawab: Tsulatun
minal awalin adalah
putra Adam yang terbunuh, orang mukmin dari keluarga Fir’aun, Habib Najjar
dalam surah Yasin, sedang penggalan kedua adalah Amirul mukminin Ali a.s..
Syekh Thusi r.a. dan Ayatullah Khui menganggap bahwa beliau ini
tak lain Muhammad bin Furat Harami salah satu sahabat Aba Abdillah Ash-Shadiq
a.s..
Sumber-sumber rujukan: Tafsir
Furat Al-Kufi, 465; Tafsir Qummi, 2/125; Rijal, Syekh
Thusi, 298;Mu'jam Rijalil Hadis, 17/126-128; Al-Kafi, 2/349; Thdzibul Ahkam, 10/50.
Siapa Quraish Shihab Sebenarnya?
Yang
menjadi permasalahan utama bagi umat Islam di Indonesia adalah ketidakmampuan
mereka untuk mengenali ulama-ulama yang benar manhajnya. Ketidakmampuan ini
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan agama yang mereka miliki. Akibatnya
mereka tidak memiliki penyaring untuk membedakan ajaran-ajaran sesat.
Kali ini kita akan membahas seorang ilmuwan tafsir yang terkenal di Indonesia namanya Quraish Shihab. Siapa Quraish Shihab ini sebenarnya? Untuk mengetahui apa manhaj dia, maka kita perlu dengan seksama mengikuti ceramah-ceramahnya, buku-bukunya, atau tulisan-tulisannya.
1. Melalui Buku-Bukunya
Quraish Shihab terlalu gandrung menggunakan tafsir Syi’ah Al Mizan karangan Tabataba’i sebagai referensi dalam penulisan entri di bukunya yang berjudul Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya. Bahkan dapat dikatakan, rujukan utama Ensiklopedi ini adalah tafsir Syi’ah yang memberikan penafsiran terhadap Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman aliran Syi’ah.
Dalam buku lainnya yang berjudul Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah, Quraish Shihab menyatakan bahwa sesungguhnya tidak banyak perbedaan antara Sunni dan Syi'ah. Mereka sama-sama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melaksanakan rukun Islam yang lima. Hujah-hujah dalam buku ini, khas pendukung Syi'ah.
2. Melalui Ceramah-Ceramahnya
Di acara Metro TV, salah seorang peserta ketika mengajukan pertanyaan berkenaan dengan latar belakang adanya kebiasaan memperingati atau merayakan hari anak yatim (10 Muharram), Quraish Shihab menjawabnya dengan memasukan doktrin Syi’ah tentang perang Karbala yang menewaskan cucu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam yakni Husein radhiyallahu ‘anhu. (Metro TV edisi Selasa 02 Ramadhan 1429 H bertepatan dengan 02 September 2008)
Menurut Quraish Shihab, perayaan anak yatim yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram itu adalah untuk mengenang kematian Husein radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya yang tewas pada perang Karbala. Dari peperangan itu menghasilkan banyak anak yatim. Peristiwa Karbala yang menewaskan Husein radhiyallahu ‘anhu terjadi pada 10 Muharram tahun 61 Hijriyah.
Jawaban khas Syi’ah ala Quraish Shihab itu, menunjukkan bahwa ia memang penganjur Syi’ah yang konsisten dan gigih. Di berbagai kesempatan, bila ada peluang memasukkan doktrin dan ajaran Syi’ah, langsung dimanfaatkannya, apalagi di hadapan audiens yang awam (tidak mengerti apa itu Syi’ah, dan bagaimana ajarannya yang sesat dan menyesatkan).
Kali ini kita akan membahas seorang ilmuwan tafsir yang terkenal di Indonesia namanya Quraish Shihab. Siapa Quraish Shihab ini sebenarnya? Untuk mengetahui apa manhaj dia, maka kita perlu dengan seksama mengikuti ceramah-ceramahnya, buku-bukunya, atau tulisan-tulisannya.
1. Melalui Buku-Bukunya
Quraish Shihab terlalu gandrung menggunakan tafsir Syi’ah Al Mizan karangan Tabataba’i sebagai referensi dalam penulisan entri di bukunya yang berjudul Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya. Bahkan dapat dikatakan, rujukan utama Ensiklopedi ini adalah tafsir Syi’ah yang memberikan penafsiran terhadap Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman aliran Syi’ah.
Dalam buku lainnya yang berjudul Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah, Quraish Shihab menyatakan bahwa sesungguhnya tidak banyak perbedaan antara Sunni dan Syi'ah. Mereka sama-sama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melaksanakan rukun Islam yang lima. Hujah-hujah dalam buku ini, khas pendukung Syi'ah.
2. Melalui Ceramah-Ceramahnya
Di acara Metro TV, salah seorang peserta ketika mengajukan pertanyaan berkenaan dengan latar belakang adanya kebiasaan memperingati atau merayakan hari anak yatim (10 Muharram), Quraish Shihab menjawabnya dengan memasukan doktrin Syi’ah tentang perang Karbala yang menewaskan cucu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam yakni Husein radhiyallahu ‘anhu. (Metro TV edisi Selasa 02 Ramadhan 1429 H bertepatan dengan 02 September 2008)
Menurut Quraish Shihab, perayaan anak yatim yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram itu adalah untuk mengenang kematian Husein radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya yang tewas pada perang Karbala. Dari peperangan itu menghasilkan banyak anak yatim. Peristiwa Karbala yang menewaskan Husein radhiyallahu ‘anhu terjadi pada 10 Muharram tahun 61 Hijriyah.
Jawaban khas Syi’ah ala Quraish Shihab itu, menunjukkan bahwa ia memang penganjur Syi’ah yang konsisten dan gigih. Di berbagai kesempatan, bila ada peluang memasukkan doktrin dan ajaran Syi’ah, langsung dimanfaatkannya, apalagi di hadapan audiens yang awam (tidak mengerti apa itu Syi’ah, dan bagaimana ajarannya yang sesat dan menyesatkan).
3.
Masukan Dari Teman Dekatnya
LPPI pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.
LPPI pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.
Dengan
sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia
menyatakan:
Sebagai
teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal
benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam
membela aqidah Syi’ah.
Dalam
beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat
membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
Dilihat
dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi
seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama
karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan
ikut-ikutan.
Saya
bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara
sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.
Pernyataan
itu dibuat Osman Ali Babseil sepuluh tahun lalu (Maret 1998), namun hingga kini
masih relevan, karena Quraish Shihab pun hingga kini terbukti masih
menyebarluaskan doktrin Syi’ah.
Taqiyyah Yang Kental
Orang-orang seperti Alwi Shihab, Quraish Shihab, Haidar Bagir dan semacamnya merupakan jalur yang sering orang sebut sebagai dekat dengan Syi'ah, hingga Quraish Shihab yang punya rubrik tanya jawab Agama Islam di koran Republika waktu lalu mengambil kesempatan untuk mengemukakan bahwa Sunni dengan Syi'ah hanya beda masalah politik. Modal taqiyyah (menyembunyikan keyakinan yang asli) rupanya diamalkan pula, sambil mengeliminir masalah.
Taqiyyah Yang Kental
Orang-orang seperti Alwi Shihab, Quraish Shihab, Haidar Bagir dan semacamnya merupakan jalur yang sering orang sebut sebagai dekat dengan Syi'ah, hingga Quraish Shihab yang punya rubrik tanya jawab Agama Islam di koran Republika waktu lalu mengambil kesempatan untuk mengemukakan bahwa Sunni dengan Syi'ah hanya beda masalah politik. Modal taqiyyah (menyembunyikan keyakinan yang asli) rupanya diamalkan pula, sambil mengeliminir masalah.
Kesimpulan
Setelah
mengetahui siapa itu Quraish Shihab sebenarnya, sudah sepatutnya kita
berhati-hati dengan segala fatwa yang keluar dari dia, begitu juga dengan
buku-bukunya. Kalau merasa pemahaman agama masih lemah, lebih baik hindari
bersentuhan dengan pendapat-pendapat Quraish Shihab.