Sunday, October 12, 2014

Negeri Yaman, Surga Para Pencari Ilmu

Yaman adalah negara terluas urutan kedua setelah Arab Saudi di bentangan Jazirah Arab. Posisinya yang berada di ujung jazirah menjadikan Yaman sebagai negara yang mengambil pesan vital dalam konteks hubungan antar negara di Timur Tengah secara khusus, dan dunia secara umum. Apalagi, Teluk Aden sebagai pintu masuk Laut Merah berada di dalam wilayah Yaman. Hal ini semakin menegaskan peran vital Yaman untuk negara-negara di sepanjang garis Afrika Utara dan negara-negara Timur Tengah.

Secara historis, Yaman tidak dapat dipisahkan dari proses perkembangan islam. Ribuan Shahabat yang berasal dari Yaman tercatat indah di dalam sejarah. Sebut saja Abu Hurairah, Abu Musa Al Asy’ari, Ammar bin Yasir, Uqbah bin Amir, Jarir bin Abdillah Al Bajali, Adi bin Hatim, Wail bin Hujr Al Hadrami, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh terkemuka shahabat yang berasal dari Yaman

Karakter asli penduduknya yang lembut dan mudah menerima kebenaran manjadi salah satu faktor yang membantu penyebaran islam di Yaman. Oleh sebab itu, dalam masa islam, pergolakan dan huru-hara di Yaman terbilang kecil bila dibandingkan yang terjadi di negeri Irak, Iran, Mesir, dan Syam.
Mengenai kedatangan Abu Musa Asy’ari beserta rombongan dari Yaman, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, riwayat Al Bukhari dan Muslim:
Penduduk Yaman telah datang kepada kalian. Perasaan mereka halus. Hati mereka lembut. Iman itu Yaman dan hikmah pun Yaman.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas merupakan bentuk pujian untuk penduduk Yaman. Para ulama yang mensyarah hadits di atas memang menyebutkan khilaf (perbedaan pandangan) tentang; apa yang dimaksud dengan Yaman di dalam sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Namun demikian, sebagian ulama mengakui bahwa karakter penduduk Yaman di sepanjang sejarah Islam memang demikian. Wallahu a’lam.
NEGERI YAMAN, NEGERI ILMU
Di dalam peta rihlah thalabul ilmi (perjalanan suci dalam menuntut ilmu syar’i), Yaman juga mengambil porsi yang cukup besar. Ulama yang pernah muncul di dalam sejarah Yaman tidak terhitung jumlahnya. Shan’a sebagai simbol Yaman adalah magnet yang menarik para pecinta ilmu untuk berdatangan. Sebab pada waktu itu, Shan’a menjadi salah satu pusat berkumpulnya para ahlul hadits.
Lebih-lebih lagi pada masa Al Imam Abdurrazaq bin Hammam Ash Shan’ani (126-211). Sejumlah ulama besar Islam datang dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu langsung kepada Abdurrazaq bin Hammam di Yaman. Sufyan bin Uyainah, Al Mu’tamir bin Sulaiman, Ishaq bin Rahuyah, Ali Ibnul Madini hanyalah contoh sekian banyak murid-murid beliau. Sampai-sampai muncul istilah Laa Budda Min Shan’a Wa In Thalas Safar (pokoknya harus sampai ke Shan’a, meski harus menempuh perjalanan panjang).
Salah satu keajaiban thalabul ilmi yang termaktub di dalam sejarah adalah kisah Al Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in yang hendak berguru kepada Abdurrazaq bin Hammam.
Perjalanan beliau berdua dimulai dari Baghdad, ribuan kilo dari Yaman. Sejak awal beliau berdua bertekad menimba ilmu dari Abdurrazaq di Yaman. Berbagai negeri dilewati, panasnya siang dan dinginnya malam bukanlah penghalang.
Mereka tiba di Makkah bertepatan dengan musim haji. Kesempatan untuk berhaji pun tidak disia-siakan. Dalam sebuah kesempatan thawaf, Yahya bin Ma’in berjumpa dengan Abdurrazaq bin Hammam. Ternyata, tahun itu juga Abdurrazaq sedang menunaikan ibadah haji.
Setelah pertemuan itu, Yahya bin Ma’in segera mencari Imam Ahmad untuk menyampaikan kabar gembira dan berita besar tentang keberadaan Abdurrazaq bin Hammam yang sedang berhaji di Makkah.
Sungguh! Allah telah mendekatkan langkah-langkah kaki kita. Allah telah memudahkan kita untuk menghemat bekal perjalanan. Allah juga telah membebaskan kita dari perjalanan sebulan penuh untuk menuju shan’a.
Lihatlah! Saat ini, Abdurrazaq sedang berada di Makkah. Marilah kita mendengar riwayat-riwayat hadits dari dari Abdurrazaq di sini saja (di Makkah)!” Ujar Yahya bin Ma’in.
Subhanallah!
Mendengar “kabar baik” semacam ini ternyata tidak membuat Imam Ahmad lantas menanggapi dan menyetujui.
Dengan mantap Imam Ahmad menjawab :“Sesungguhnya, sejak masih di Baghdad, aku telah berniat untuk mendengar riwayat hadits dari Abdurrazaq di Shan’a. Dan demi Allah, aku tidak akan merubah niatku selama-lamanya.”
Ya! Imam Ahmad tetap memegang tekad untuk berguru kepada Abdurrazaq di Yaman. Dan tekad beliau benar-benar terwujud. Kurang lebih sepuluh bulan lamanya Imam Ahmad berada di Yaman dalam rangka rihlah thalabul ilmi.
THALABUL ILMI DI YAMAN SAAT INI

Tiap-tiap generasi selalu saja bermunculan para ulama besar dari negeri Yaman. Kaum muslimin tentu tidak asing lagi dengan nama harum Asy Syaukani, Ash Shan’ani, Ibnul Wazir, dan Abdurrahman bin Yahya Al Mu’allimi. Beberapa karya tulis yang menghimpun nama-nama ulama Yaman juga sangat mudah didapatkan di perpustaan-perpustakaan Islam.
Di masa-masa terakhir ini nama besar Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i sangat akrab bagi kaum muslimin. Bisa dikatakan setiap warga Yaman pasti pernah mendengar nama dan gerakan dakwah beliau. Murid-murid beliau yang datang berguru bukanlah hanya dari dalam negeri, namun juga dari mancanegara. Begitu banyaknya murid beliau hingga dinyatakan, “Tidak pernah ada rihlah seramai ini di Yaman sejak zaman Abdurrazaq bin Hammam.
Meskipun telah meninggal belasan tahun yang lalu, murid-murid senior beliau tetap meneruskan estafet dakwah salaf yang berpondasikan di atas Al Qur’an dan As Sunnah. Hari demi hari dakwah salaf semakin kuat dan meluas. Tidak ada satu pun desa di Yaman –meski terpencil-, kecuali dakwah salaf telah menghujam kuat di sana. Wajar saja jika dakwah salaf dinilai oleh banyak pengamat sebagai dakwah mayoritas di Yaman.
Kelompok-kelompok sempalan Islam memang ada juga. Akan tetapi, watak orang Yaman yang senang dengan al haq membuat kelompok-kelompok tersebut seakan berjalan di tempat, bahkan semakin surut. Syi’ah, Sufi, Al Qaeda, Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, dan beberapa kelompok sesat lainnya justru semakin melemah sejak dakwah salaf dihidupkan kembali oleh Syaikh Muqbil dan murid-muridnya.
Jika anda sempat berkunjung ke Yaman dan menggunakan syi’ar Salaf, jangan kaget jika ada orang menyapa Anda dan mengatakan, “Anda tentu muridnya Syaikh Muqbil!”
KESEMPATAN TIDAK DATANG BERKALI-KALI

Alhamdulillah. Negeri Yaman saat ini telah menjadi pusat destinasi rihlah thalabul ilmi. Kemudahan demi kemudahan merupakan faktor pendukung yang seharusnya disyukuri secara penuh. Belajar agama secara benar di Yaman tidak di batasi oleh usia. Muda maupun tua, bahkan yang telah sepuh pun memiliki kesempatan yang sama.
Jumlah markiz (pesantren) yang mengajarkan akidah dan manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sangat banyak di negeri Yaman. Ada yang bertaraf sederhana, sedang, sampai besar. Beberapa Markiz yang tergolong besar seperti:
1. Darul Hadits Ma’bar, pimpinan Syaikh Muhammad Al Imam
2. Darul Hadits Fuyus, pimpinan Syaikh Abdurrahman Al Adeni
3. Darul Hadits Dzammar, pimpinan Syaikh Utsman As Salimi
4. Darul Hadits Syihr, pimpinan Syaikh Abdullah Al Mar’i
Untuk belajar Salaf di Yaman tidak dipungut biaya sepeserpun untuk biaya pendidikan. Bahkan konsumsi, asrama, dan beberapa hal lainnya digratiskan juga. Maka tidak mengherankan jika jumlah pelajar Indonesia di Markiz-markiz Salaf Yaman saat ini telah menembus angka 300-an. Sebagian besarnya berstatus lajang, sementara yang telah menikah dan meninggalkan anak istri juga tidak sedikit. Bahkan ada puluhan pelajar yang turut memboyong anak istrinya untuk sama-sama thalabul ilmi.
Suasana dan lingkungan Yaman sangat mendukung sekali untuk mempelajari Islam secara Intensif dan optimal. Jauh dari hiruk piruk keduniaan dan sangat menjanjikan ketenangan. Setiap saat selalu tentram dengan mendengarkan ayat Al Qur’an dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seta nasihat ulama. Jika sesekali suntuk atau sedang menghadapi problem, hanya dengan sekedar duduk mendengarkan ceramah Syaikh, semua hilang dan meleleh tak tersisa.
Sebagian pelajar mengatakan, “Rasa-rasanya tidak ingin pulang ke Indonesia. Di sini telah ku temukan hakikat ketenangan hati. Di sinilah aku benar-benar bisa merasakan apa yang dimaksud dengan hidup bahagia itu. Di sini telah ku temukan ketentraman jiwa.
Semua bidang ilmu agama bisa Anda peroleh dan pelajari dengan mudah di Markiz-markiz Salaf di Yaman. Ketersediaan pengajar dan guru seolah tidak pernah habis. Akidah, bahasa Arab, ilmu hadits, fiqih, ushul fiqih, Al Qur’an, maupun ilmu-ilmu lainnya tinggal Anda pilih saja. Dijamin memuaskan! Insya Allah.
Thalabul Ilmi di Yaman memeng menjadi pilihan utama. Anda bisa memilih Markiz sesuai dengan cuaca yang anda senangi. Makanan dan minumannya pun mudah diadaptasikan. Proses keberangkatan dan perizinan pun sangat ringan. Secara periodik, Bapak-bapak dari KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) juga mengadakan silahturahmi dan kunjungan ke Markiz-markiz Salaf.
Biaya? Murah sekali jika dibandingkan biaya yang dihambur-hamburkan untuk sekolah maupun kuliah. Cukup dengan 18 juta Anda bisa berangkat Thalabul Ilmi ke Yaman, kemudian pulang ke Indonesia dengan membawa pulang ilmu bermanfaat untuk didakwahkan kepada masyarakat luas, insya Allah.
Tertarik? Jangan tunggu lama-lama! Segeralah ambil keputusan dan jangan menunda!
Oleh : Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifai hafizhahullah
[Ditulis ulang dari Majalah Qudwah, Edisi 10, hal 16-20]
 Posted by Abul-Harits at 10:49 AM