http://abul-jauzaa.blogspot.com/2013/01/teka-teki-pembunuh-al-husain-bin-aliy.html
Mayoritas orang
Syi’ah masa sekarang mengatakan bahwa yang membunuh Al-Husain bin ‘Aliyradliyallaahu
‘anhumaa adalah Yaziid bin
Mu’aawiyyahrahimahullah. Dialah yang memerintahkan untuk membunuh
Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Itulah
khabar yang beredar dari mulut ke mulut, dari dulu hingga sekarang, dan
akhirnya masuk ke telinga orang yang paling bodoh di kalangan mereka. Dogma pun muncul : Orang-orang
Syaam/Bani Umayyah adalah pembunuh Al-Husain, sehingga pantas menjadi musuh
Ahlul-Bait. Bani Umayyah = Ahlus-Sunnah = Wahabiy. Meski telah menjadi
dogma, ternyata keliru. Bukan orang Syaam yang menjadi pembunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Lalu, siapakah yang
membunuh Al-Husain ?. Berikut perkataan Ahlul-Bait dan para ulama Syi’ah yang ada dalam kitab-kitab mereka:
‘Aliy bin Al-Husain
bin 'Aliy bin Abi Thaalib rahimahullah
‘Aliy bin Al-Husain bin Abi Thaalib berkata saat mengecam
pengkhianatan para pengikutnya yang membunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu :
أيها الناس نشدتكم بالله هل
تعلمون أنكم كتبتم إلى أبي وخدعتموه، وأعطيتموه العهد والـميثاق والبيعة وقاتلتموه
وخذلتموه، فتبا لـما قدمتم لأنفسكم، وسوأة لرأيكم، بأية عين تنظرون إلى رسول الله
صلى الله عليه وآله وسلم إذ يقول لكم قتلتم عترتي وانتهكتم حرمتي فلستم من أمتي.
فارتفعت أصوات النساء بالبكاء من
كل ناحية، وقال بعضهم لبعض هلكتم وما تعلمون
“Wahai
sekalian manusia, kami bersumpah dengan menyebut nama Allah kepada kalian untuk
bertanya, apakah kalian tahu bahwa kalian dulu pernah menulis kepada ayahku
(Al-Husain) lalu kalian ternyata menipunya ?. Kalian dulu berjanji memberikan
kesetiaan dan baiat, namun ternyata kemudian kalian malah memeranginya dan
meninggalkannya ?. Sungguh celaka apa yang telah kalian lakukan pada diri
kalian. Sungguh jelek pikiran kalian. Dengan mata yang mana kalian akan melihat
Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam kelak ketika beliau bersabda kepada kalian
: ‘Kalian telah membunuh keturunanku dan menodai kehormatanku. Kalian
bukanlah termasuk umatku’”.
Maka
bergemuruhlah suara para wanita yang menangis di segala penjuru. Sebagian dari
mereka berkata kepada sebagian yang lain : ‘Binasalah kalian dan apa yang
kalian ketahui”.
‘Aliy bin Al-Husain ‘alaihis-salaam berkata :
رحم الله امرءا قبل نصيحتي، وحفظ
وصيتي في الله ورسوله وأهل بيته فإن لنا في رسول الله أسوة حسنة....
فقالوا بأجمعهم: نحن كلنا سامعون
مطيعون حافظون لذمامك غير زاهدين فيك ولا راغبين عنك، فمرنا بأمرك يرحمك الله،
فإنا حرب لحربك، وسلم لسلمك، لنأخذن يزيد ونبرأ ممن ظلمك وظلمنا،،
“Semoga
Allah merahmati seseorang yang menerima nasihatku, menjaga wasiatku yang
berkaitan dengan Allah, Rasul-Nya, dan Ahlul-Baitnya. Sesungguhnya kami dalam
diri Rasulullah adalah suri tauladan yang baik...”. Mereka semua berkata :
“Kami semua akan mendengar, mentaati, dan menjaga kehormatanmu tanpa meninggalkanmu dan berpaling darimu.
Maka, perintahkanlah kami, semoga Allah merahmatimu. Dan kami akan berperang
karena peperanganmu, dan kami pun akan berdamai karena perdamaianmu. Kami
benar-benar akan membawa Yaziid, dan berlepas diri dari orang yang mendhalimimu
dan mendhalimi kami…”.
‘Aliy bin Al-Husain ‘alaihis-salaam berkata :
هيهات هيهات أيها الغدرة الـمكرة
حيل بينكم وبين شهوات أنفسكم، أتريدون أن تأتوا إلي كما أتيتم آبائي من قبل؟ كلا
ورب الراقصات فإن الجرح لـما يندمل، قتل أبي بالأمس وأهل بيته معه، ولم ينسني ثكل
رسول الله صلى الله عليه وسلم وآله وثكل أبي وبني أبي ووجده بين لهاتي ومرارته بين
حناجري وحلقي وغصته تجري في فراش صدري
“Betapa
jauh, betapa jauh wahai para pengkhianat lagi penipu. Kalian hanyalah
mementingkan syahwat diri kalian saja. Apakah kalian akan datang kepadaku
sebagaimana dulu kalian datang pada ayah-ayahku (lantas kalian berkhianat) ?.
Sekali-kali tidak, demi Allah yang menciptakan onta-onta. Sesungguhnya luka
lama belumlah kering. Ayahku dan keluarganya baru terbunuh kemarin. Dan aku
belumlah lupa kematian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi. Begitu juga kematian ayahku dan
anak-anak ayahku. Peristiwa itu masih ada dalam ingatanku. Rasa pahit masih
terasa di tenggorokanku dan kerongkonganku. Kesedihan itu masih bergemuruh
dalam dadaku” [Khuthbah ini
disebutkan oleh Ath-Thibrisiy dalam Al-Ihtijaaj 2/32, Ibnu Thaawuus dalam Al-Majhuuf hal. 92, Al-Amiin dalam Lawaa’ijul-Asyjaan hal. 158, ‘Abbaas Al-Qummiy
dalam Muntahal-Aamaal 1/572, Husain Kuuraaniy dalam Rihaab Karbalaa’ hal. 183, ‘Abdurrazzaaq
Al-Muqrim dalam Maqtal
Al-Husain hal.
317, Murtadlaa ‘Ayyaad dalam Maqtal
Al-Husain hal. 87
dan diulang oleh ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Nafsul-Mahmuum hal. 360. Disebutkan juga oleh
Ridlaa Al-Qazwiiniy dalam Tudhlamuz-Zahraa’hal.
262].
Ketika Al-Imaam Zainul-‘Aabidiin radliyallaahu ‘anhu berjalan dan melihat penduduk Kuufah sedang meratap dan
menangis, maka ia mencelanya dan berkata :
تنوحون وتبكون من أجلنا فمن الذي
قتلنا؟
“Kalian ini meratap dan menangis karena kami. Memangnya
siapa yang membunuh kami ?” [Al-Malhuuf hal. 86, Nafsul-Mahmuum hal. 357, Maqtal Al-Husain oleh Murtadlaa ‘Abbaas hal. 83 Cet. 4/1996 M, dan Tudhlamuz-Zahraa’ hal. 257].
Ummu Kultsum bintu
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhaa
Ia berkata
:
يا أهل الكوفة سوأة لكم، ما لكم
خذلتم حسينا وقتلتموه، وانتهبتم أمواله وورثتموه، وسبيتم نساءه، ونكبتموه، فتبا
لكم وسحقا لكم، أي دواه دهتكم، وأي وزر على ظهوركم حملتم، وأي دماء سفكتموها، وأي
كريمة أصبتموها، وأي صبية سلبتموها، وأي أموال انتهبتموها، قتلتم خير رجالات بعد
النبي صلى الله عليه وآله، ونزعت الرحمة من قلوبكم
“Wahai penduduk Kuufah, betapa jeleknya kalian. Kenapa kalian
meninggalkan Husain lalu kalian membunuhnya ?. Kalian rampas harta-hartanya
lalu mewarisinya, menawan wanita-wanitanya dan menyusahkannya ?. Sungguh celaka
kalian, dan semoga kalian jauh dari rahmat Allah !. Musibah apa yang menimpa
kalian, dosa apa yang kalian pikul di punggung kalian, darah siapa yang telah
kalian alirkan, istri siapa yang telah kalian tawan, anak perempuan siapa yang
telah kalian rampok, dan harta-harta siapakah yang telah kalian rampas ?. Kalian telah membunuh sebaik-baik
laki-laki setelah Nabishallallaahu ‘alaihi wa aalihi. Rasa kasih sayang
telah dicabut dari hati-hati kalian” [Al-Malhuuf hal. 91, Nafsul-Mahmuum hal. 363, Maqtal Al-Husain oleh Al-Muqrim hal. 316,Lawaa’ijul-Asyjaan hal. 157, Maqtal Al-Husain oleh Murtadlaa ‘Iyaadl hal.
86, danTudhlamuz-Zahraa’ oleh
Ridlaa bin Nabiy Al-Qazwiiniy hal. 261].
Zainab bintu ‘Aliy radliyallaahu ‘anhaa
Ia berkata
:
صه يا أهل الكوفة تقتلنا رجالكم
وتبكينا نساؤكم فالحاكم بيننا وبينكم الله يوم فصل القضاء
“Diamlah
wahai penduduk Kuufah !! Laki-laki kalian telah membunuh kami, sedangkan para
wanita kalian menangisi kami. Antara kami dan kalian adalah Allah pada hari
penghakiman (hari kiamat)” [Dinukil
oleh ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Nafsul-Mahmuumhal.
365. Disebutkan juga oleh Asy-Syaikh Ridlaa bin Nabiy Al-Qazwiiniy dalamTudhlamuz-Zahraa’ hal. 264].
Murtadlaa
Al-Muthahhariy
Ia berkata
:
ولا ريب في أن الكوفة كانوا من
شيعة علي وأن الذين قتلوا الإمام الحسين هم شيعته
“Dan tidak
ragu lagi bahwa penduduk Kuufah merupakan syi’ah (pendukung) ‘Aliy, dan yang
membunuh Al-Imaam Al-Husain adalah syi’ah (pendukung)-nya sendiri” [Malhamatul-Husainiyyah,
1/129].
فنحن سبق أن أثبتنا أن هذه القصة
مهمة من هذه الناحية وقلنا أيضا: بأن مقتل الحسين على يد الـمسلمين بل على يد
الشيعة بعد مضي خمسين عاما فقط على وفاة النبي لأمر محير ولغز عجيب وملفت للغاية
“Dan kami
mendahului dalam menetapkan bahwa kisah ini penting dari sisi ini. Dan kami
juga berkata : Bahwasannya pembunuhan Al-Husain adalah di tangan kaum muslimin,
bahkan di tangan Syi’ah sendiri setelah berlalu 50 tahun pasca wafatnya Nabi.
Sungguh, ini adalah perkara yang membingungkan, teka-teki yang mengherankan,
dan menarik perhatian” [idem, 3/94].
Abul-Jauzaa’
berkata :
Ya,…
penduduk Kuufah adalah yang mengkhianati dan sekaligus membunuh Al-Husain bin
‘Aliy radliyallaahu
‘anhumaa. Tidaklah mengherankan, karena
sebelumnya ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu telah mengingatkan akan
sifat khianat dan lancung para syi’ah-nya dari penduduk Kuufah ini dengan
perkataannya :
ولقد أصبحت الأمم تخاف ظلم
رعاتها، وأصبحت أخاف ظلم رعيتي. استنفرتكم للجهاد فلم تنفروا، وأسمعتكم فلم
تسمعوا، ودعوتكم سرا وجهرا فلم تستجيبوا، ونصحت لكم فلم تقبلوا
………………
يا أهل الكوفة، منيت منكم بثلاث
واثنتين: صم ذوو أسماع، وبكم ذوو كلام، وعمي ذوو أبصار، لا أحرار صدق عند اللقاء،
ولا إخوان ثقة عند البلاء! تربت أيديكم يا أشباه الابل غاب عنها رعاتها! كلما جمعت
من جانب تفرقت من آخر
“Sungguh, umat-umat
terdahulu khawatir akan kedhaliman pemimpinnya, akan tetapi aku malah khawatir
akan kedhaliman rakyatku. Aku ajak kalian berangkat berjihad , namun kalian
enggan berangkat. Aku ingin bicara pada kalian, namun kalian tidak mau
mendengarnya. Aku ajak kalian untuk kebaikan baik secara sembunyi maupun
terang-terangan, namun kalian tidak menyambutnya. Aku nasihati kalian, namun
kalian tidak menerimanya.
……..
Wahai
penduduk Kuufah, aku diuji (Allah) dari kalian dalam 3 perkara dan 2 perkara :
(kalian) tuli tapi punya pendengaran, bisu tapi punya perkataan, dan buta tapi
punya penglihatan. Juga tidak mempunyai orang yang pemberani ketika berhadapan
dengan musuh, dan tidak mempunyai orang kepercayaan ketika tertimpa musibah.
Celakalah kalian wahai orang yang menyerupai onta yang kehilangan
penggembalanya ! Setiap kali digiring dari satu sisi, ia lari dari sisi yang
lain” [Nahjul-Balaaghah,
1/187-189].
Jadi, kalau
kita sekarang melihat orang Syi’ah bersedih dan memukul-mukul badan setiap hari
‘Aasyuuraa (10 Muharram, tanggal kematian Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa), barangkali asal muasalnya karena
menyesali kelakukan bejat nenek moyang mereka dari penduduk Kuufah yang suka
berkhianat. Tapi orang-orang bodohnya kemudian memahami perbuatan pukul-memukul
badan itu sebagai bentuk kesedihan atas kematian Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Sungguh ironis !!
Video yang
lebih banyak silakan lihat di sini.
[abul-jauzaa’
– perum ciomas permai – 06012012 – 17:25 – banyak mengambil faedah dari tulisan
yang ada di : http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=140519].
Iyas mengatakan...
Bakal
rame nih post, siap-siap aja
Ustadz,
itu yang pertama bukannya:
‘Aliy bin Al-Husain bin
('ALIY) bin Abi Thaalib rahimahullah?
Ada yang kurang sepertinya, yakni yang ana tulis di dalam kurung...
Abu
Al-Jauzaa' : mengatakan...
Antum benar, saya salah. Ada yang kurang. Segera akan
saya tambah. Terima kasih atas masukannya, jazaakallaahu khairan.
mereka sangat membenci nama yazid , dan sepertinya nama
itu diharamkan oleh mereka ya .
saya berharap orang syiah ada yang membaca berbagai penjelasan dan bantahan
atas kepercayaannya yang menyimpang serta memperoleh hidayah.
anang dwicahyo
Tukang Pos Ajah mengatakan...
pembahasan
yang bagus tentang Muawiyyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu :
http://www.multiupload.nl/CYAZ2FW07X
Raafi mengatakan...
Ustadz,
izin share ya did fb.
Regi
Kusumaatmadja mengatakan...
Syukron ustadz atas ilmu antum. Jazaakallahu khoiron
karman
karboy mengatakan...
assalamualaykum stad ana izin copas ke blog ana ya
PERISTIWA KARBALA
DALAM PANDANGAN AHLUSSUNNAH WAL-JAMA'AH
OlehAl-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
terdapat di ::
http://almanhaj.or.id/content/2606/slash/0/peristiwa-karbala-dalam-pandangan-ahlussunnah-wal-jamaah/
wk mengatakan...
Assalamu'alaikum ustadz,
Bagaimana sebetulnya pembahasan/pandangan para ulama tentang syiah zaidiyyah ?
Ana pernah baca beberapa tulisan dan juga penjelasan dari sebagian ustadz bahwa
mereka masih termasuk kaum muslimin, benarkah itu ?
Jazakallahu khoiron atas penjelasannya ustadz.
Yang jelas yang membunuh YAZID (LA), jangan dipungkiri,
Jelas-jelas yang memberontak Muawiyah kok, jangan memutarbalikkan fakta sejarah
Abu
Al-Jauzaa' : mengatakan...
Maaf, kalau boleh
tanya, Anda ini tahu sejarah nggak ya. Kok bisa sampai Mu'aawiyyah segala. Mu'aawiyyah
radliyallaahu 'anhu sudah meninggal ketika peristiwa Karbalaa'. Tentang Yaziid,
tidak ada bukti valid yang menyatakan ia memerintahkan membunuh Husain bin
'Aliy radliyallaahu 'anhumaa. Pembunuhan itu atas inisiatif dari Ibnu Ziyaad.
Tahukah Anda Ibnu Ziyaad ini ?. Ibnu Ziyaad ini dulunya adalah syi'ah 'Aliy,
yang kemudian membelot. Sama seperti penduduk Kuufah. Inilah mental orang-orang
Syi'ah generasi awal.
Anyway, Anda tidak
perlu merasa sewot dengan artikel di atas. Yang menyatakan bahwa Al-Husain
terbunuh oleh penduduk Kuufah dan syi'ahnya 'Aliy bukan saya, tapi ulama Syi'ah
sendiri. Sumbernya juga dari sumber-sumber Syi'ah.
Selamat berkeluh kesah atas realita ini.
Ade
Malsasa Akbar mengatakan...
"Anyway, Anda tidak perlu merasa sewot dengan
artikel di atas. Yang menyatakan bahwa Al-Husain terbunuh oleh penduduk Kuufah
dan syi'ahnya 'Aliy bukan saya, tapi ulama Syi'ah sendiri. Sumbernya juga dari
sumber-sumber Syi'ah.
Selamat berkeluh kesah atas realita ini."
Alhamdulillah, alhamdulillah....
Jazakallahu khairan, Ustadz Abul Jauzaa...
tadz.. apakah benar bahwa tragedi Karbalaa' itu terjadi
di'saat Muawiyah sudah lama meninggal dunia.?? sehingga dapat dikatakan
Muawiyah tidak menyaksikan tragedi itu...
trus apakah benar pendapat bahwa kepala Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu
‘anhumaa itu dibawa kehadapan muawiyah.? dan apakah benar pula bahwa penguasa
saat itu telah melegalkan pembunuhan tersebut.? trus tadz, sebenarnya peristiwa
karbala itu terjadi disaat Muawiyah menjadi penguasa, atau di'saat Yazid yang
menjadi penguasa.??
mushab
bin umair mengatakan...
@Anonim 28 Maret 2013
Benar, peristiwa Karbala terjadi kurang lebih 1 tahun setelah wafatnya
Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhu.
Mu'awiyah wafat pada tahun 60 H, sedangkan peristiwa Karbala terjadi pada tahun
61 H.
So, jika ada yang mengatakan bahwa Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhu ikut
bertanggung jawab pada peristiwa Karbala, maka itu adalah satu kedustaan.
Dan jika ada yang mengatakan bahwa kepala mulia dari Al-Husain radhiyallaahu
'anhu saat itu dibawa kehadapan Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhu, maka itu juga
adalah satu kedustaan.
@..mushab bin umair..
terimakasih penjelasannya om mushab bin umair.. semga Allah Subhanahu Wa Ta'ala
memberikan kebaikan-kebaikan kpd mas Mushab di'dunia ini dan di'akhirat nanti..
amin.. sekali lg terimakasih y mas mushab..
-Zaenal-
Skg ada buku sederhana tapi lumayan lengkap, "Hasan
Husain - the untold story" penerbi pustaka imam syafi'i.. selamat menelusuri sejarah...
Blunder
Republika Soal Karbala dan Pembunuhan Husein
Islam
Times- Apabila kita membaca Republika, kita dapat pesan bahwa Jalaluddin
as-Suyuthi tidak percaya bahwa Yazid memerintahkan pembunuhan Imam Hussain.
Karena menurut as-Suyuthi, Abu Mikhnaf satu - satunya yang
meriwayatkan bahwa Yazid adalah pembunuh Imam Hussain. Dan Abu Mikhnaf ialah
pembohong besar.
Berikut
tulisan Syahruddin El-Fikri
Kesimpangsiuran Tentang Pembunuh Husein
Banyak versi yang berkembang soal peristiwa Karbala, termasuk pelaku pembunuhan
Husein bin Ali bin Abi Thalib. Namun, banyak kalangan berbeda pendapat soal
ini. Sumber Syiah menyebutkan,
pembunuhnya adalah Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan dari Dinasti Umayyah.
Sebab, saat itu ia memimpin pasukan Umayyah untuk menaklukkan daerah di
sekitarnya.
Namun, ada pula versi lain
yang menyatakan, penyebutan nama Yazid sebagai pelaku karena adanya kekesalan
orang Syiah terhadap Muawiyah yang sejak dulu menginginkan jabatan Khalifah.
Karena itulah, mereka menuduh Yazid sebagai pelakunya.
Dalam kitab Umdat at-Thalib fi
Anshab Abi Thalib ditegaskan, tuduhan terhadap Yazid sebagai dalangnya
sangatlah tidak tepat. Sebab, banyak bukti yang membantah tuduhan
tersebut.
Imam Ath-Thabari dalam
kitab sejarahnya yang berjudul Tarikhu al-Umam wa al-Mulukatau Tarikh
Thabarimengutip perny ataan Muawiyah bin Abu Sufyan yang berpesan kepada
anaknya, Yazid bin Muawiyah. Adapun Husein bin Ali, penduduk Irak sekali-kali
tidak akan melepaskannya sehingga mereka mengeluarkannya untuk memberontak.
Sekiranya ia keluar memberontak terhadapmu dan engkau dapat menangkapnya,
maafkanlah dia karena beliau mempunyai pertalian rahim yang sangat erat dengan
kita dan juga mempunyai hak yang sangat besar.
Riwayat yang mengatakan
pihak Yazid sebagai pembunuh Husein di Karbala itu berasal dari Abu Mikhnaf Lut
bin Yahya. Demikian disebutkan dalam kitab A'yanusy Syiahjilid I
halaman127.
Tapi, hal ini dibantah oleh
sejumlah ahli sejarah lain. Imam Zahabi dalam Mizan al-I ftidalmenjelaskan,
ketika peristiwa Karbala ini terjadi, Abu Mikhnaf belum lahir. Dia (Abu
Mikhnaf) meninggal dunia pada 170 H, serunya. Ia adalah seorang pembohong
besar, ungkap Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Laaliu al-Masnuu'ah. (Republika.co.id)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahad, 12 Desember 2010 lalu, Republika mengangkat tulisan Syahruddin
El-Fikri yang mencoba mengungkap dalang di balik peristiwa pembantaian Imam
Husein as dan sahabatnya di Padang Karbala. Dalam tulisannya itu, El-Fikri
mengajukan bantahan bahwa Yazid bin Muawiyah bukan pembunuh Imam Husein.
Sayangnya, landasan argumentatif yang dibangun lulusan Universitas Darul Ulum Jombang
itu tendensius dan perlu diperdebatkan ulang.
Menanggapi tulisan tersebut, Ustad Dr. Jalaluddin Rahmat membeberkan bantahan
terperinci atas tulisan yang diangkat Republika. Berikut ini bantahan Kang
Jalal;
Saya ingin mengomentari artikel yang dimuat di surat kabar Republika hari ahad
12 Desember 2010 ditulis oleh Syahrudin Elfikri, di ujung ia mengatakan begini.
Riwayat yang mengatakan pihak Yazid sebagai pembunuh Hussain di karbala itu
berasal dari Abu Mikhnaf
Luth bin Yahya. demikian disebutkan dalam kitab A'yaan al-syiah jilid 1 halaman 127. Tapi
hal ini dibantah oleh sejumlah ahli sejarah lain Imam Adz Dzahabi dalam mizanul
I'tidal menjelaskan ketika peristiwa karbala itu terjadi Abu Mikhnaf belum
lahir. Ia meninggal pada
tahun 170 H. serunya. Ia adalah seorang pembohong besar. Ungkap Imam as-Suyuthi
dalam kitabnya Alaailu al-Masnu'ah.
Saudara - saudara, saya ingin meminta bantuan saudara - saudara, apa yang
dibantah itu? Apakah yang dibantah itu ialah pihak Yazid sebagai pembunuh Imam
Hussain, atau yang dibantah itu ialah bahwa berita itu hanya berasal dari Abu
Mikhnaf Luth bin Yahya atau yang dibantah itu ialah kitab A'yaan al- Syiah
jilid 1 halaman 127. Saya sebetulnya agak sulit memahami tulisan ini. Tapi
kemudian saya mencari siapa Abu Mikhnaf Luth bin Yahya itu.
Dalam Mizan al-I'tidal
Luth bin Yahya bin Abi Mikhnaf di dhaifkan oleh para ahli hadist dengan alasan
"huwa syi'iyun mukhtariq" (Dia ini seorang Syiah Ekstrem).
Dosanya kenapa riwayatnya tidak bisa dipercaya karena ia syi'iyun mukhtariq, dia syiah
yang ekstrem. ‘La yu thaqu bihi' tidak bisa dipercaya. Tapi Mizan
al-I'tidaltidak menyebutkannya sebagai pembohong yang besar. Cuma dia tidak
bisa dipercaya. Begitu kata Adz Dzahabi. Saya kemudian mencari bahwa Abu
Mikhnaf sebetulnya nama lengkapnya
bukan Luth bin Yahya, tapi Yahya bin Said bin Mikhnaf, dan digelari Abu
Mikhnaf, walaupun kakeknya juga bernama sama dengannya. Menurut para ahli
sejarah tidak jelas apakah dia itu Sunni atau Syiah. Mungkin dia disebut
sebagai Syiah karena dia menulis sebuah kitab khusus bercerita tentang
peristiwa Karbala dan kitabnya itu, termasuk kitab - kitab awal yang bercerita
tentang Karbala yang dikutip oleh para ulama lain sesudah itu.
Ada seorang penulis bernama Ursula Sezgin, dia menulis khusus tentang Abu
Mikhnaf ini. Ia menulis Abu Mihnaf: Ein Beitrag zur Historiographie der
Umaiyadischen Zeit. Sebelum Republika meributkan Abu Mikhnaf, Ia sudah menulis
penelitian yang sangat terperinci. Karyanya diterbitkan di Universitas Leiden
pada tahun 1971. Tapi menurut dia, Abu Mikhnaf itu bahkan adalah salah seorang
diantara satu ahli sejarah pertama di dalam Islam [ ??????? ] .Kata Robinson di
dalam Islamic historiography: Abu Mikhnaf itu sejarawan yang boleh kita
sejajarkan sekelas ibnu ishak didalam periwayatan sejarah, malah disebutkan
bahwa ia adalah sumber yang terpercaya baik oleh Ahlus Sunnah maupun Syiah.
Jadi dia termasuk yang dipercaya ‘consided reliable'.
Sementara menurut Republika, yang meriwayatkan bahwa Yazid adalah pembunuh Imam
Hussain adalah Abu Mikhnaf. Dan
Abu Mikhnaf itu, katanya dengan mengutip as-Suyuthi - dia itu seorang pembohong
besar. Artinya kita tidak bisa percaya. Tujuan dari penulisan Republika
mungkin ialah, bahwa peristiwa Karbala itu tidak pernah terjadi. Bahwa ini
riwayat bohong yang dibikin oleh seorang syiah, yang bernama Abu Mikhnaf. Dalam
penelitian saya, ternyata kesyiahan Abu Mikhnaf pun diragukan. Misalnya dalam
kitab - kitab rijal Syiah, Abu Mikhnaf tidak termasuk sebagai sahabat para
Imam. Dia juga tidak dikenal meriwayatkan dari para Imam Ahlul Bait yang
sezaman dengannya. Penggunaan
kata "Syi'I" oleh Adz-Dzahabi juga tidak serta merta merujuk pada
kesyi'ahan Abu Mikhnaf. Karena penisbatan pada orang Syiah waktu itu
menggunakan kata "Rafidhi." Adapun kata "Syi'I" besar kemungkinan
digunakan untuk orang yang cenderung mencintai Ahlul Bait Nabi Saw. Komentar Ibnu Abi al-Hadid dalam
Syarh Nahj al-Balaghah 1:147 memperkuat pendapat bahwa Abu Mikhnaf bukan orang
Syiah. Berikut tulisan Ibn Abi al-Hadid: Abu Mikhnaf termasuk muhadditsin yang
berpendapat tentang sahnya imamah dengan pilihan. Dia bukan Syiah dan tidak
dihitung sebagai rijal Syiah. Wa laisa min al-syiah wa laa ma'duudan min
rijaaliha.
Di universitas Edinburgh, ada seorang
dosen, A.K.A Howard namanya. Dia menulis khusus tulisan tentang buku - buku
klasik yang meriwayatkan karbala. Dia sebut bahwa riwayat tentang karbala itu
bukan hanya berasal dari Abu Mikhnaf, tapi juga berasal dari penulis lain, al
Waqidi, al Mada'ini, Asybagh bin Nubata, al-Madaini, Awana bin Hakam dan
sebagainya. Meminjam istilah hukum, ‘termasuk tapi tidak terbatas pada'. Jadi,
‘included but not limited to'. Tentang Karbala ini, al Waqidi menulis itu, at-Thabari juga mengambil
dari Abu Mikhnaf. At-Thabari adalah penulis sejarah Ahlus Sunnah.
Kembali pada Abu Mikhnaf, ia juga ialah yang pertama menulis tentang Saqifah
Bani Saidah. Di antara keberatan Republika tentang peristiwa Karbala adalah
fakta bahwa Abu Mikhnaf tidak menyaksikan langsung peristiwa Karbala, Mengapa?
Karena saat peristiwa karbala itu terjadi, Abu Mikhnaf belum lahir,
danRepublika benar. Tetapi, bukan hanya Abu Mikhnaf, Sebagian besar ahli
sejarah tidak menyaksikan peristiwa itu, bukan hanya Abu Mikhnaf. Kalau
sekarang ini, setelah Indonesia merdeka, seseorang menulis sejarah tentang
penjajahan Belanda. Apa hasil penelitiannya harus kita dhaifkan? Semua penulis
sejarah besar dilahirkan setelah peristiwa yang ditulisnya lama berlalu.
Menurut Republika, salah satu bukti kebohongan peristiwa Karbala ialah
penulisnya meninggal dunia pada tahun 170 H sementara peristiwa imam hussain
terjadi pada tahun 60 H. Setelah saya cek, tahun meninggalnya juga keliru, Abu
Mikhnaf meninggal tahun 157 H. jadi setelah kejadian Imam Hussain ada waktu
kurang lebih sekitar 90 tahun hingga meninggalnya Abu Miknaf. Karena itu Abu
Mikhnaf menulis wawancara dengan saksi - saksi mata yang pernah menyaksikan
peristiwa itu dan masih hidup di zamannya. Jadi ada namanya dan dicatat secara
terperinci. Ada nama - nama yang hidup pada zaman Abu Mikhnaf yang ikut
menyaksikan peristiwa karbala. Misalnya, Muhamman bin Qays, Harits bin Abdillah bin Syarik al-Amiri
dan sebagainya.
Kita mempelajari sejarah bukan hanya melalui dokumen tertulis. Tetapi juga
lewat artefak atau peninggalan. Banyak data sejarah kita buat tidak berdasarkan
tulisan apalagi jika kita berbicara tentang masa pra-sejarah. Ketika tidak ada
tulisan. Kita mengetahui bahwa peninggalan - peninggalan Imam Hussain masih tersimpan
utuh hingga saat ini.
Silahkan saudara berangkat ke Karbala. Pada 10 muharram ini, Seluruh peristiwa
Karbala itu akan berulang kembali dihadapan kita, tidak dalam bentuk cerita
atau tulisan. Tetapi dalam bentuk artefaks. Di sana terdapat tempat tangan Abu
al-Fadl Abbas ditebas, tempat jatuhnya tangan kirinya, tempat kemah - kemah
yang dibakar oleh Amr bin Jausyan dan balatentaranya [ ??????????] Semuanya masih tersimpan dengan
baik dan semua orang berusaha merekonstruksi peristiwa itu sekali lagi. Saya
sempat menyaksikan pada acara Karbala, diarak seekor kuda, melambangkan kuda
Imam Hussain, Dzuljanah. Digambarkan seekor kuda putih yang berlumuran darah.
Dan orang banyak mengambil berkah dari kuda yang hanya symbol itu, hanya untuk
menyegarkan kembali ingatan dalam benak kita. Tentang peristiwa sejarah yang
harus kita kenang, terutama apabila ada sekelompok orang yang berusaha untuk
menghilangkan peristiwa bersejarah tersebut.
Jadi, terlihat bahwa memang kita memperingati Muharram ini hanya sebagai bagian
dari upaya untuk tidak menghilangkan peristiwa bersejarah tersebut. Rupanya,
ada upaya yang dilakukan secara terperinci untuk menghapuskan jejak sejarah
tersebut. Jika peristiwa tersebut sudah tak dapat lagi dihapuskan - karena
peristiwa karbala itu memang terlalu jelas untuk dapat dihapuskan - silahkan
baca seluruh tarikh islam dalam bahasa apapun. Ada akan menemukan peristiwa
Karbala disebut. Atau silahkan baca sejarah bangsa arab, sejarah itupun akan
menyebutkan peristiwa Imam Hussain. Oleh karena itu kemudian ada cara yang
kedua: menjadikan yazid bukan sebagai pembunuh Imam Hussain. Sebagaimana yang dikutip oleh
Republika "Yang pertama kali mengatakan bahwa Yazid pembunuh Imam Hussain
itu adalah Abu Mikhnat, dan dia adalah seorang pembohong besar! Menurut
siapa? Menurut as-Suyuthi.." dia menyebutnya Imam as-Suyuthi.
Saya membuka kitab Tarikh Al-Khulafa, ditulis oleh al-hafizh al Jalaluddin
as-Suyuthi. Saya tidak menemukan rujukan yang dimaksud oleh Syahrudin Elfikri.
Kitab yang disebutkannya tidak saya temukan pada Maktabah Ahlil Bayt. Tetapi
bila Elfikri menisbatkan rujukan itu pada Jalaluddin As-Suyuthi, sekarang mari
kita cek peristiwa karbala sebagaimana yang ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi,
apa betul menurut as-Suyuthi bahwa Yazid bukan pembunuh Imam Hussain. Saya
bacakan langsung dari sumber aslinya: "Maka Yazid kemudian menulis surat
kepada gubernurnya di Irak, yaitu Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuh Imam
Hussain. Lalu dia kirimkan pasukan yang terdiri dari 4000 prajurit yang dipimpin
oleh Umar bin Saad bin Abu Waqqash. Maka kemudian penduduk Kufah mengkhianati
Imam Hussain sebagaimana telah mereka lakukan terhadap ayahnya (yaitu Imam
Ali), dan setelah senjata - senjata dihunuskan. Imam Hussain mengajak mereka
kepada perdamaian dan mengajak mereka kembali kepada keadaan semula. Dan mereka
semua menolak dan bersikeras ingin membunuhnya. Lalu terbunuhlah Imam, dan
membawa kepalanya di dalam sebuah wadah, sampai dihadapan Ibnu Ziyad."
Perhatikan ucapan Jalaluddin as-Suyuthi setelah itu,"Maka laknat Allah,
bagi pembunuhnya, bagi Ibnu Ziyad beserta dia, dan laknat Allah juga bagi
Yazid." (Semua kutipan As-Suyuthi diambil dari Tarikh al-Khulafa, halaman
193, terbitan Darul Kutub al-Islamiyyah, Beirut)
Apabila kita membaca Republika, kita dapat pesan bahwa Jalaluddin as-Suyuthi
tidak percaya bahwa Yazid memerintahkan pembunuhan Imam Hussain. Karena menurut
as-Suyuthi, Abu Mikhnaf satu - satunya yang meriwayatkan bahwa Yazid adalah
pembunuh Imam Hussain. Dan Abu Mikhnaf ialah pembohong besar. Dan saya tidak
menemukan ucapan - ucapan dalam kitab bahwa Abu Mikhnaf ialah seorang pembohong
besar kecuali dalam harian Republika. Yang saya temukan dari As-Suyuthi ialah
bahwa as-Suyuthi melukiskan peristiwa karbala dengan sangat dramatis: "Terbunuhnya
beliau itu ialah di Karbala, dan dalam kisah terbunuhnya itu, ada peristiwa
yang panjang, yang hati tidak sanggup untuk menyimpan, hati ini tidak akan
sanggup untuk mengenangnya. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." Kemudian
ia bercerita pada waktu terbunuhnya Imam Hussain: "Matahari itu memudar
selama tujuh hari terus menerus, dan langit menguning, kemudian gemintang
dimalam hari seperti bertubrukan satu sama lain, dan terbunuhnya itu pada hari
Asyura, dan matahari pun mengalami gerhana, dan ufuk - ufuk langit memerah enam
bulan terus menerus setelah peristiwa tersebut, dan ada satu bagian kemerah -
merahan dilangit yang tidak hilang sesudah itu, yang tidak pernah kelihatan
sebelumnya. Pada hari itu, tidaklah dibalikkan bebatuan di Baitul Muqaddas
kecuali orang - orang melihat dibawahnya darah kental mengalir." [ ?????????] Dan diceritakan oleh beberapa ahli tarikh, bahwa pada
hari itu terjadi hujan merah. [?????]
Di internet saya pernah menemukan sebuah fotocopy scanning, sebuah dokumen dari
perpustakaan di London, yang kebetulan sama dengan tanggal 10 Muharram 60 H,
Penulis dokumen ini melingkari sebuah berita disitu bahwa pada tanggal yang
sama di London pun terjadi hujan yang berair merah, seperti hujan darah.[ ???????????????
]
Di sisi lain, di internet ada juga ceramah DR. Zakir Naik. Dia memberikan ceramah dalam bahasa inggris. Ketika dia mengucap
Yazid, dia menyebut "may Allah be pleased with him." Ceramahnya itu
mendapatkan reaksi bantahan dan penolakan keras dari para ulama, bahkan ulama -
ulama Ahlus Sunnah. Dia pun menambahkan gelar Sayyidina kepada Yazid. dan ia
mendapatkan banyak kecaman. Dia mengatakan bahwa Yazid bukan pembunuh Imam
Hussain, bahwa yang bersalah ialah Imam Hussain sendiri karena ingin merebut
kekuasaan yang sah. Dia berpendapat bahwa kita tidak boleh melaknat Yazid.
karena ia adalah salah seorang amirul mukminin, dan banyak lagi alasan lainnya.
Dalam telaah kita, kita temukan bahwa as-Suyuthi pun melaknat yazid. As-Suyuthi
ialah ulama besar Ahlus Sunnah, dari mazhab Syafi'i. Semua orang NU di Indonesia - dengan syarat Ia
Kyai - pasti mengenal nama Jalaluddin as-Suyuthi. Ayah saya dulu seorang Kyai,
dan dia ngaji di pesantren, belajar tafsir, namanya tafsir Jalalain. Salah
seorang penulisnya ialah Jalaluddin as-Suyuthi. Jalaluddin as-Suyuthi adalah
ulama besar Ahlus Sunnah dan dia melaknat Yazid, melaknat pembunuh Imam
Hussain, melaknat Ubaidillah bin Ziyad, dan melaknat Yazid sekaligus. [ ?????????????? ][Islam
Times/irib/on]