Saturday, August 23, 2014

Teka-Teki Pembunuh Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa Akhirnya Terjawab


http://abul-jauzaa.blogspot.com/2013/01/teka-teki-pembunuh-al-husain-bin-aliy.html

Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 17.31 
Label: Syi'ah



Mayoritas orang Syi’ah masa sekarang mengatakan bahwa yang membunuh Al-Husain bin ‘Aliyradliyallaahu ‘anhumaa adalah Yaziid bin Mu’aawiyyahrahimahullah. Dialah yang memerintahkan untuk membunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Itulah khabar yang beredar dari mulut ke mulut, dari dulu hingga sekarang, dan akhirnya masuk ke telinga orang yang paling bodoh di kalangan mereka. Dogma pun muncul : Orang-orang Syaam/Bani Umayyah adalah pembunuh Al-Husain, sehingga pantas menjadi musuh Ahlul-Bait. Bani Umayyah = Ahlus-Sunnah = Wahabiy. Meski telah menjadi dogma, ternyata keliru. Bukan orang Syaam yang menjadi pembunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Lalu, siapakah yang membunuh Al-Husain ?. Berikut perkataan Ahlul-Bait dan para ulama Syi’ah yang ada dalam kitab-kitab mereka:

‘Aliy bin Al-Husain bin 'Aliy bin Abi Thaalib rahimahullah
‘Aliy bin Al-Husain bin Abi Thaalib berkata saat mengecam pengkhianatan para pengikutnya yang membunuh Al-Husain radliyallaahu ‘anhu :
أيها الناس نشدتكم بالله هل تعلمون أنكم كتبتم إلى أبي وخدعتموه، وأعطيتموه العهد والـميثاق والبيعة وقاتلتموه وخذلتموه، فتبا لـما قدمتم لأنفسكم، وسوأة لرأيكم، بأية عين تنظرون إلى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم إذ يقول لكم قتلتم عترتي وانتهكتم حرمتي فلستم من أمتي.
فارتفعت أصوات النساء بالبكاء من كل ناحية، وقال بعضهم لبعض هلكتم وما تعلمون
“Wahai sekalian manusia, kami bersumpah dengan menyebut nama Allah kepada kalian untuk bertanya, apakah kalian tahu bahwa kalian dulu pernah menulis kepada ayahku (Al-Husain) lalu kalian ternyata menipunya ?. Kalian dulu berjanji memberikan kesetiaan dan baiat, namun ternyata kemudian kalian malah memeranginya dan meninggalkannya ?. Sungguh celaka apa yang telah kalian lakukan pada diri kalian. Sungguh jelek pikiran kalian. Dengan mata yang mana kalian akan melihat Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam kelak ketika beliau bersabda kepada kalian : ‘Kalian telah membunuh keturunanku dan menodai kehormatanku. Kalian bukanlah termasuk umatku’”.
Maka bergemuruhlah suara para wanita yang menangis di segala penjuru. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain : ‘Binasalah kalian dan apa yang kalian ketahui”.
‘Aliy bin Al-Husain ‘alaihis-salaam berkata :
رحم الله امرءا قبل نصيحتي، وحفظ وصيتي في الله ورسوله وأهل بيته فإن لنا في رسول الله أسوة حسنة....
فقالوا بأجمعهم: نحن كلنا سامعون مطيعون حافظون لذمامك غير زاهدين فيك ولا راغبين عنك، فمرنا بأمرك يرحمك الله، فإنا حرب لحربك، وسلم لسلمك، لنأخذن يزيد ونبرأ ممن ظلمك وظلمنا،،
“Semoga Allah merahmati seseorang yang menerima nasihatku, menjaga wasiatku yang berkaitan dengan Allah, Rasul-Nya, dan Ahlul-Baitnya. Sesungguhnya kami dalam diri Rasulullah adalah suri tauladan yang baik...”. Mereka semua berkata : “Kami semua akan mendengar, mentaati, dan menjaga kehormatanmu tanpa meninggalkanmu dan berpaling darimu. Maka, perintahkanlah kami, semoga Allah merahmatimu. Dan kami akan berperang karena peperanganmu, dan kami pun akan berdamai karena perdamaianmu. Kami benar-benar akan membawa Yaziid, dan berlepas diri dari orang yang mendhalimimu dan mendhalimi kami…”.
‘Aliy bin Al-Husain ‘alaihis-salaam berkata :
هيهات هيهات أيها الغدرة الـمكرة حيل بينكم وبين شهوات أنفسكم، أتريدون أن تأتوا إلي كما أتيتم آبائي من قبل؟ كلا ورب الراقصات فإن الجرح لـما يندمل، قتل أبي بالأمس وأهل بيته معه، ولم ينسني ثكل رسول الله صلى الله عليه وسلم وآله وثكل أبي وبني أبي ووجده بين لهاتي ومرارته بين حناجري وحلقي وغصته تجري في فراش صدري
“Betapa jauh, betapa jauh wahai para pengkhianat lagi penipu. Kalian hanyalah mementingkan syahwat diri kalian saja. Apakah kalian akan datang kepadaku sebagaimana dulu kalian datang pada ayah-ayahku (lantas kalian berkhianat) ?. Sekali-kali tidak, demi Allah yang menciptakan onta-onta. Sesungguhnya luka lama belumlah kering. Ayahku dan keluarganya baru terbunuh kemarin. Dan aku belumlah lupa kematian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi. Begitu juga kematian ayahku dan anak-anak ayahku. Peristiwa itu masih ada dalam ingatanku. Rasa pahit masih terasa di tenggorokanku dan kerongkonganku. Kesedihan itu masih bergemuruh dalam dadaku” [Khuthbah ini disebutkan oleh Ath-Thibrisiy dalam Al-Ihtijaaj 2/32, Ibnu Thaawuus dalam Al-Majhuuf hal. 92, Al-Amiin dalam Lawaa’ijul-Asyjaan hal. 158, ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Muntahal-Aamaal 1/572, Husain Kuuraaniy dalam Rihaab Karbalaa’ hal. 183, ‘Abdurrazzaaq Al-Muqrim dalam Maqtal Al-Husain hal. 317, Murtadlaa ‘Ayyaad dalam Maqtal Al-Husain hal. 87 dan diulang oleh ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Nafsul-Mahmuum hal. 360. Disebutkan juga oleh Ridlaa Al-Qazwiiniy dalam Tudhlamuz-Zahraa’hal. 262].
Ketika Al-Imaam Zainul-‘Aabidiin radliyallaahu ‘anhu berjalan dan melihat penduduk Kuufah sedang meratap dan menangis, maka ia mencelanya dan berkata :
تنوحون وتبكون من أجلنا فمن الذي قتلنا؟
“Kalian ini meratap dan menangis karena kami. Memangnya siapa yang membunuh kami ?” [Al-Malhuuf hal. 86, Nafsul-Mahmuum hal. 357, Maqtal Al-Husain oleh Murtadlaa ‘Abbaas hal. 83 Cet. 4/1996 M, dan Tudhlamuz-Zahraa’ hal. 257].
Ummu Kultsum bintu ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhaa
Ia berkata :
يا أهل الكوفة سوأة لكم، ما لكم خذلتم حسينا وقتلتموه، وانتهبتم أمواله وورثتموه، وسبيتم نساءه، ونكبتموه، فتبا لكم وسحقا لكم، أي دواه دهتكم، وأي وزر على ظهوركم حملتم، وأي دماء سفكتموها، وأي كريمة أصبتموها، وأي صبية سلبتموها، وأي أموال انتهبتموها، قتلتم خير رجالات بعد النبي صلى الله عليه وآله، ونزعت الرحمة من قلوبكم
“Wahai penduduk Kuufah, betapa jeleknya kalian. Kenapa kalian meninggalkan Husain lalu kalian membunuhnya ?. Kalian rampas harta-hartanya lalu mewarisinya, menawan wanita-wanitanya dan menyusahkannya ?. Sungguh celaka kalian, dan semoga kalian jauh dari rahmat Allah !. Musibah apa yang menimpa kalian, dosa apa yang kalian pikul di punggung kalian, darah siapa yang telah kalian alirkan, istri siapa yang telah kalian tawan, anak perempuan siapa yang telah kalian rampok, dan harta-harta siapakah yang telah kalian rampas ?. Kalian telah membunuh sebaik-baik laki-laki setelah Nabishallallaahu ‘alaihi wa aalihi. Rasa kasih sayang telah dicabut dari hati-hati kalian” [Al-Malhuuf hal. 91, Nafsul-Mahmuum hal. 363, Maqtal Al-Husain oleh Al-Muqrim hal. 316,Lawaa’ijul-Asyjaan hal. 157, Maqtal Al-Husain oleh Murtadlaa ‘Iyaadl hal. 86, danTudhlamuz-Zahraa’ oleh Ridlaa bin Nabiy Al-Qazwiiniy hal. 261].
Zainab bintu ‘Aliy radliyallaahu ‘anhaa
Ia berkata :
صه يا أهل الكوفة تقتلنا رجالكم وتبكينا نساؤكم فالحاكم بيننا وبينكم الله يوم فصل القضاء
“Diamlah wahai penduduk Kuufah !! Laki-laki kalian telah membunuh kami, sedangkan para wanita kalian menangisi kami. Antara kami dan kalian adalah Allah pada hari penghakiman (hari kiamat)” [Dinukil oleh ‘Abbaas Al-Qummiy dalam Nafsul-Mahmuumhal. 365. Disebutkan juga oleh Asy-Syaikh Ridlaa bin Nabiy Al-Qazwiiniy dalamTudhlamuz-Zahraa’ hal. 264].
Murtadlaa Al-Muthahhariy
Ia berkata :
ولا ريب في أن الكوفة كانوا من شيعة علي وأن الذين قتلوا الإمام الحسين هم شيعته
“Dan tidak ragu lagi bahwa penduduk Kuufah merupakan syi’ah (pendukung) ‘Aliy, dan yang membunuh Al-Imaam Al-Husain adalah syi’ah (pendukung)-nya sendiri” [Malhamatul-Husainiyyah, 1/129].
فنحن سبق أن أثبتنا أن هذه القصة مهمة من هذه الناحية وقلنا أيضا: بأن مقتل الحسين على يد الـمسلمين بل على يد الشيعة بعد مضي خمسين عاما فقط على وفاة النبي لأمر محير ولغز عجيب وملفت للغاية
“Dan kami mendahului dalam menetapkan bahwa kisah ini penting dari sisi ini. Dan kami juga berkata : Bahwasannya pembunuhan Al-Husain adalah di tangan kaum muslimin, bahkan di tangan Syi’ah sendiri setelah berlalu 50 tahun pasca wafatnya Nabi. Sungguh, ini adalah perkara yang membingungkan, teka-teki yang mengherankan, dan menarik perhatian” [idem, 3/94].
Abul-Jauzaa’ berkata :
Ya,… penduduk Kuufah adalah yang mengkhianati dan sekaligus membunuh Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa. Tidaklah mengherankan, karena sebelumnya ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu telah mengingatkan akan sifat khianat dan lancung para syi’ah-nya dari penduduk Kuufah ini dengan perkataannya :
ولقد أصبحت الأمم تخاف ظلم رعاتها، وأصبحت أخاف ظلم رعيتي. استنفرتكم للجهاد فلم تنفروا، وأسمعتكم فلم تسمعوا، ودعوتكم سرا وجهرا فلم تستجيبوا، ونصحت لكم فلم تقبلوا
………………
يا أهل الكوفة، منيت منكم بثلاث واثنتين: صم ذوو أسماع، وبكم ذوو كلام، وعمي ذوو أبصار، لا أحرار صدق عند اللقاء، ولا إخوان ثقة عند البلاء! تربت أيديكم يا أشباه الابل غاب عنها رعاتها! كلما جمعت من جانب تفرقت من آخر
“Sungguh, umat-umat terdahulu khawatir akan kedhaliman pemimpinnya, akan tetapi aku malah khawatir akan kedhaliman rakyatku. Aku ajak kalian berangkat berjihad , namun kalian enggan berangkat. Aku ingin bicara pada kalian, namun kalian tidak mau mendengarnya. Aku ajak kalian untuk kebaikan baik secara sembunyi maupun terang-terangan, namun kalian tidak menyambutnya. Aku nasihati kalian, namun kalian tidak menerimanya.
……..
Wahai penduduk Kuufah, aku diuji (Allah) dari kalian dalam 3 perkara dan 2 perkara : (kalian) tuli tapi punya pendengaran, bisu tapi punya perkataan, dan buta tapi punya penglihatan. Juga tidak mempunyai orang yang pemberani ketika berhadapan dengan musuh, dan tidak mempunyai orang kepercayaan ketika tertimpa musibah. Celakalah kalian wahai orang yang menyerupai onta yang kehilangan penggembalanya ! Setiap kali digiring dari satu sisi, ia lari dari sisi yang lain” [Nahjul-Balaaghah, 1/187-189].
Jadi, kalau kita sekarang melihat orang Syi’ah bersedih dan memukul-mukul badan setiap hari ‘Aasyuuraa (10 Muharram, tanggal kematian Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa), barangkali asal muasalnya karena menyesali kelakukan bejat nenek moyang mereka dari penduduk Kuufah yang suka berkhianat. Tapi orang-orang bodohnya kemudian memahami perbuatan pukul-memukul badan itu sebagai bentuk kesedihan atas kematian Al-Husain radliyallaahu ‘anhu. Sungguh ironis !!
Video yang lebih banyak silakan lihat di sini.
[abul-jauzaa’ – perum ciomas permai – 06012012 – 17:25 – banyak mengambil faedah dari tulisan yang ada di : http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=140519].
COMMENTS
Iyas mengatakan...
Bakal rame nih post, siap-siap aja
Anonim mengatakan...

Ustadz, itu yang pertama bukannya: 
Aliy bin Al-Husain bin ('ALIY) bin Abi Thaalib rahimahullah?
Ada yang kurang sepertinya, yakni yang ana tulis di dalam kurung...
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Antum benar, saya salah. Ada yang kurang. Segera akan saya tambah. Terima kasih atas masukannya, jazaakallaahu khairan.
Anonim mengatakan...

mereka sangat membenci nama yazid , dan sepertinya nama itu diharamkan oleh mereka ya .
saya berharap orang syiah ada yang membaca berbagai penjelasan dan bantahan atas kepercayaannya yang menyimpang serta memperoleh hidayah.
anang dwicahyo
Tukang Pos Ajah mengatakan...
pembahasan yang bagus tentang Muawiyyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu : http://www.multiupload.nl/CYAZ2FW07X
Raafi mengatakan...
Ustadz, izin share ya did fb.
Regi Kusumaatmadja mengatakan...
Syukron ustadz atas ilmu antum. Jazaakallahu khoiron
karman karboy mengatakan...
assalamualaykum stad ana izin copas ke blog ana ya
Anonim mengatakan...

PERISTIWA KARBALA DALAM PANDANGAN AHLUSSUNNAH WAL-JAMA'AH
OlehAl-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
terdapat di ::
http://almanhaj.or.id/content/2606/slash/0/peristiwa-karbala-dalam-pandangan-ahlussunnah-wal-jamaah/
wk mengatakan...

Assalamu'alaikum ustadz,
Bagaimana sebetulnya pembahasan/pandangan para ulama tentang syiah zaidiyyah ? Ana pernah baca beberapa tulisan dan juga penjelasan dari sebagian ustadz bahwa mereka masih termasuk kaum muslimin, benarkah itu ?
Jazakallahu khoiron atas penjelasannya ustadz.
Anonim mengatakan...
Yang jelas yang membunuh YAZID (LA), jangan dipungkiri, Jelas-jelas yang memberontak Muawiyah kok, jangan memutarbalikkan fakta sejarah
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Maaf, kalau boleh tanya, Anda ini tahu sejarah nggak ya. Kok bisa sampai Mu'aawiyyah segala. Mu'aawiyyah radliyallaahu 'anhu sudah meninggal ketika peristiwa Karbalaa'. Tentang Yaziid, tidak ada bukti valid yang menyatakan ia memerintahkan membunuh Husain bin 'Aliy radliyallaahu 'anhumaa. Pembunuhan itu atas inisiatif dari Ibnu Ziyaad. Tahukah Anda Ibnu Ziyaad ini ?. Ibnu Ziyaad ini dulunya adalah syi'ah 'Aliy, yang kemudian membelot. Sama seperti penduduk Kuufah. Inilah mental orang-orang Syi'ah generasi awal.
Anyway, Anda tidak perlu merasa sewot dengan artikel di atas. Yang menyatakan bahwa Al-Husain terbunuh oleh penduduk Kuufah dan syi'ahnya 'Aliy bukan saya, tapi ulama Syi'ah sendiri. Sumbernya juga dari sumber-sumber Syi'ah.
Selamat berkeluh kesah atas realita ini.
Ade Malsasa Akbar mengatakan...

"Anyway, Anda tidak perlu merasa sewot dengan artikel di atas. Yang menyatakan bahwa Al-Husain terbunuh oleh penduduk Kuufah dan syi'ahnya 'Aliy bukan saya, tapi ulama Syi'ah sendiri. Sumbernya juga dari sumber-sumber Syi'ah.
Selamat berkeluh kesah atas realita ini."
Alhamdulillah, alhamdulillah....
Jazakallahu khairan, Ustadz Abul Jauzaa...
Anonim mengatakan...

tadz.. apakah benar bahwa tragedi Karbalaa' itu terjadi di'saat Muawiyah sudah lama meninggal dunia.?? sehingga dapat dikatakan Muawiyah tidak menyaksikan tragedi itu...
trus apakah benar pendapat bahwa kepala Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa itu dibawa kehadapan muawiyah.? dan apakah benar pula bahwa penguasa saat itu telah melegalkan pembunuhan tersebut.? trus tadz, sebenarnya peristiwa karbala itu terjadi disaat Muawiyah menjadi penguasa, atau di'saat Yazid yang menjadi penguasa.??
mushab bin umair mengatakan...

@Anonim 28 Maret 2013
Benar, peristiwa Karbala terjadi kurang lebih 1 tahun setelah wafatnya Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhu.
Mu'awiyah wafat pada tahun 60 H, sedangkan peristiwa Karbala terjadi pada tahun 61 H.
So, jika ada yang mengatakan bahwa Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhu ikut bertanggung jawab pada peristiwa Karbala, maka itu adalah satu kedustaan.
Dan jika ada yang mengatakan bahwa kepala mulia dari Al-Husain radhiyallaahu 'anhu saat itu dibawa kehadapan Mu'awiyah radhiyallaahu 'anhu, maka itu juga adalah satu kedustaan.
Anonim mengatakan...

@..mushab bin umair..
terimakasih penjelasannya om mushab bin umair.. semga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kebaikan-kebaikan kpd mas Mushab di'dunia ini dan di'akhirat nanti.. amin.. sekali lg terimakasih y mas mushab..
-Zaenal-
ummu 'aisyah mengatakan...
Skg ada buku sederhana tapi lumayan lengkap, "Hasan Husain - the untold story" penerbi pustaka imam syafi'i.. selamat menelusuri sejarah...



Blunder Republika Soal Karbala dan Pembunuhan Husein

Islam Times- Apabila kita membaca Republika, kita dapat pesan bahwa Jalaluddin as-Suyuthi tidak percaya bahwa Yazid memerintahkan pembunuhan Imam Hussain. Karena menurut as-Suyuthi, Abu Mikhnaf satu - satunya yang meriwayatkan bahwa Yazid adalah pembunuh Imam Hussain. Dan Abu Mikhnaf ialah pembohong besar.



Berikut tulisan Syahruddin El-Fikri


Kesimpangsiuran Tentang Pembunuh Husein
Banyak versi yang berkembang soal peristiwa Karbala, termasuk pelaku pembunuhan Husein bin Ali bin Abi Thalib. Namun, banyak kalangan berbeda pendapat soal ini. Sumber Syiah menyebutkan, pembunuhnya adalah Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan dari Dinasti Umayyah. Sebab, saat itu ia memimpin pasukan Umayyah untuk menaklukkan daerah di sekitarnya.
Namun, ada pula versi lain yang menyatakan, penyebutan nama Yazid sebagai pelaku karena adanya kekesalan orang Syiah terhadap Muawiyah yang sejak dulu menginginkan jabatan Khalifah. Karena itulah, mereka menuduh Yazid sebagai pelakunya.
Dalam kitab Umdat at-Thalib fi Anshab Abi Thalib ditegaskan, tuduhan terhadap Yazid sebagai dalangnya sangatlah tidak tepat. Sebab, banyak bukti yang membantah tuduhan tersebut.
Imam Ath-Thabari dalam kitab sejarahnya yang berjudul Tarikhu al-Umam wa al-Mulukatau Tarikh Thabarimengutip perny ataan Muawiyah bin Abu Sufyan yang berpesan kepada anaknya, Yazid bin Muawiyah. Adapun Husein bin Ali, penduduk Irak sekali-kali tidak akan melepaskannya sehingga mereka mengeluarkannya untuk memberontak. Sekiranya ia keluar memberontak terhadapmu dan engkau dapat menangkapnya, maafkanlah dia karena beliau mempunyai pertalian rahim yang sangat erat dengan kita dan juga mempunyai hak yang sangat besar.
Riwayat yang mengatakan pihak Yazid sebagai pembunuh Husein di Karbala itu berasal dari Abu Mikhnaf Lut bin Yahya. Demikian disebutkan dalam kitab A'yanusy Syiahjilid I halaman127.
Tapi, hal ini dibantah oleh sejumlah ahli sejarah lain. Imam Zahabi dalam Mizan al-I ftidalmenjelaskan, ketika peristiwa Karbala ini terjadi, Abu Mikhnaf belum lahir. Dia (Abu Mikhnaf) meninggal dunia pada 170 H, serunya. Ia adalah seorang pembohong besar, ungkap Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Laaliu al-Masnuu'ah. (Republika.co.id)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahad, 12 Desember 2010 lalu,  Republika mengangkat tulisan Syahruddin El-Fikri yang mencoba mengungkap dalang di balik peristiwa pembantaian Imam Husein as dan sahabatnya di Padang Karbala. Dalam tulisannya itu, El-Fikri mengajukan bantahan bahwa Yazid bin Muawiyah bukan pembunuh Imam Husein. Sayangnya, landasan argumentatif yang dibangun lulusan Universitas Darul Ulum Jombang itu tendensius dan perlu diperdebatkan ulang.

Menanggapi tulisan tersebut, Ustad Dr. Jalaluddin Rahmat membeberkan bantahan terperinci atas tulisan yang diangkat Republika. Berikut ini bantahan Kang Jalal;
Saya ingin mengomentari artikel yang dimuat di surat kabar Republika hari ahad 12 Desember 2010 ditulis oleh Syahrudin Elfikri, di ujung ia mengatakan begini. Riwayat yang mengatakan pihak Yazid sebagai pembunuh Hussain di karbala itu berasal dari Abu Mikhnaf Luth bin Yahya. demikian disebutkan dalam kitab A'yaan al-syiah jilid 1 halaman 127. Tapi hal ini dibantah oleh sejumlah ahli sejarah lain Imam Adz Dzahabi dalam mizanul I'tidal menjelaskan ketika peristiwa karbala itu terjadi Abu Mikhnaf belum lahir. Ia meninggal pada tahun 170 H. serunya. Ia adalah seorang pembohong besar. Ungkap Imam as-Suyuthi dalam kitabnya Alaailu al-Masnu'ah.
Saudara - saudara, saya ingin meminta bantuan saudara - saudara, apa yang dibantah itu? Apakah yang dibantah itu ialah pihak Yazid sebagai pembunuh Imam Hussain, atau yang dibantah itu ialah bahwa berita itu hanya berasal dari Abu Mikhnaf Luth bin Yahya atau yang dibantah itu ialah kitab A'yaan al- Syiah jilid 1 halaman 127. Saya sebetulnya agak sulit memahami tulisan ini. Tapi kemudian saya mencari siapa Abu Mikhnaf Luth bin Yahya itu.
Dalam Mizan al-I'tidal Luth bin Yahya bin Abi Mikhnaf di dhaifkan oleh para ahli hadist dengan alasan "huwa syi'iyun mukhtariq" (Dia ini seorang Syiah Ekstrem). Dosanya kenapa riwayatnya tidak bisa dipercaya karena ia syi'iyun mukhtariq, dia syiah yang ekstrem. ‘La yu thaqu bihi' tidak bisa dipercaya. Tapi Mizan al-I'tidaltidak menyebutkannya sebagai pembohong yang besar. Cuma dia tidak bisa dipercaya. Begitu kata Adz Dzahabi. Saya kemudian mencari bahwa Abu Mikhnaf sebetulnya nama lengkapnya bukan Luth bin Yahya, tapi Yahya bin Said bin Mikhnaf, dan digelari Abu Mikhnaf, walaupun kakeknya juga bernama sama dengannya. Menurut para ahli sejarah tidak jelas apakah dia itu Sunni atau Syiah. Mungkin dia disebut sebagai Syiah karena dia menulis sebuah kitab khusus bercerita tentang peristiwa Karbala dan kitabnya itu, termasuk kitab - kitab awal yang bercerita tentang Karbala yang dikutip oleh para ulama lain sesudah itu.
Ada seorang penulis bernama Ursula Sezgin, dia menulis khusus tentang Abu Mikhnaf ini. Ia menulis Abu Mihnaf: Ein Beitrag zur Historiographie der Umaiyadischen Zeit. Sebelum Republika meributkan Abu Mikhnaf, Ia sudah menulis penelitian yang sangat terperinci. Karyanya diterbitkan di Universitas Leiden pada tahun 1971. Tapi menurut dia, Abu Mikhnaf itu bahkan adalah salah seorang diantara satu ahli sejarah pertama di dalam Islam [ ??????? ] .Kata Robinson di dalam Islamic historiography: Abu Mikhnaf itu sejarawan yang boleh kita sejajarkan sekelas ibnu ishak didalam periwayatan sejarah, malah disebutkan bahwa ia adalah sumber yang terpercaya baik oleh Ahlus Sunnah maupun Syiah. Jadi dia termasuk yang dipercaya ‘consided reliable'.
Sementara menurut Republika, yang meriwayatkan bahwa Yazid adalah pembunuh Imam Hussain adalah Abu Mikhnaf. Dan Abu Mikhnaf itu, katanya dengan mengutip as-Suyuthi - dia itu seorang pembohong besar. Artinya kita tidak bisa percaya. Tujuan dari penulisan Republika mungkin ialah, bahwa peristiwa Karbala itu tidak pernah terjadi. Bahwa ini riwayat bohong yang dibikin oleh seorang syiah, yang bernama Abu Mikhnaf. Dalam penelitian saya, ternyata kesyiahan Abu Mikhnaf pun diragukan. Misalnya dalam kitab - kitab rijal Syiah, Abu Mikhnaf tidak termasuk sebagai sahabat para Imam. Dia juga tidak dikenal meriwayatkan dari para Imam Ahlul Bait yang sezaman dengannya. Penggunaan kata "Syi'I" oleh Adz-Dzahabi juga tidak serta merta merujuk pada kesyi'ahan Abu Mikhnaf. Karena penisbatan pada orang Syiah waktu itu menggunakan kata "Rafidhi." Adapun kata "Syi'I" besar kemungkinan digunakan untuk orang yang cenderung mencintai Ahlul Bait Nabi Saw. Komentar Ibnu Abi al-Hadid dalam Syarh Nahj al-Balaghah 1:147 memperkuat pendapat bahwa Abu Mikhnaf bukan orang Syiah. Berikut tulisan Ibn Abi al-Hadid: Abu Mikhnaf termasuk muhadditsin yang berpendapat tentang sahnya imamah dengan pilihan. Dia bukan Syiah dan tidak dihitung sebagai rijal Syiah. Wa laisa min al-syiah wa laa ma'duudan min rijaaliha.

Di universitas Edinburgh, ada seorang dosen, A.K.A Howard namanya. Dia menulis khusus tulisan tentang buku - buku klasik yang meriwayatkan karbala. Dia sebut bahwa riwayat tentang karbala itu bukan hanya berasal dari Abu Mikhnaf, tapi juga berasal dari penulis lain, al Waqidi, al Mada'ini, Asybagh bin Nubata, al-Madaini, Awana bin Hakam dan sebagainya. Meminjam istilah hukum, ‘termasuk tapi tidak terbatas pada'. Jadi, ‘included but not limited to'. Tentang Karbala ini, al Waqidi menulis itu, at-Thabari juga mengambil dari Abu Mikhnaf. At-Thabari adalah penulis sejarah Ahlus Sunnah.
Kembali pada Abu Mikhnaf, ia juga ialah yang pertama menulis tentang Saqifah Bani Saidah. Di antara keberatan Republika tentang peristiwa Karbala adalah fakta bahwa Abu Mikhnaf tidak menyaksikan langsung peristiwa Karbala, Mengapa? Karena saat peristiwa karbala itu terjadi, Abu Mikhnaf belum lahir, danRepublika benar. Tetapi, bukan hanya Abu Mikhnaf, Sebagian besar ahli sejarah tidak menyaksikan peristiwa itu, bukan hanya Abu Mikhnaf. Kalau sekarang ini, setelah Indonesia merdeka, seseorang menulis sejarah tentang penjajahan Belanda. Apa hasil penelitiannya harus kita dhaifkan? Semua penulis sejarah besar dilahirkan setelah peristiwa yang ditulisnya lama berlalu.
Menurut Republika, salah satu bukti kebohongan peristiwa Karbala ialah penulisnya meninggal dunia pada tahun 170 H sementara peristiwa imam hussain terjadi pada tahun 60 H. Setelah saya cek, tahun meninggalnya juga keliru, Abu Mikhnaf meninggal tahun 157 H. jadi setelah kejadian Imam Hussain ada waktu kurang lebih sekitar 90 tahun hingga meninggalnya Abu Miknaf. Karena itu Abu Mikhnaf menulis wawancara dengan saksi - saksi mata yang pernah menyaksikan peristiwa itu dan masih hidup di zamannya. Jadi ada namanya dan dicatat secara terperinci. Ada nama - nama yang hidup pada zaman Abu Mikhnaf yang ikut menyaksikan peristiwa karbala. Misalnya, Muhamman bin Qays, Harits bin Abdillah bin Syarik al-Amiri dan sebagainya.
Kita mempelajari sejarah bukan hanya melalui dokumen tertulis. Tetapi juga lewat artefak atau peninggalan. Banyak data sejarah kita buat tidak berdasarkan tulisan apalagi jika kita berbicara tentang masa pra-sejarah. Ketika tidak ada tulisan. Kita mengetahui bahwa peninggalan - peninggalan Imam Hussain masih tersimpan utuh hingga saat ini.
Silahkan saudara berangkat ke Karbala. Pada 10 muharram ini, Seluruh peristiwa Karbala itu akan berulang kembali dihadapan kita, tidak dalam bentuk cerita atau tulisan. Tetapi dalam bentuk artefaks. Di sana terdapat tempat tangan Abu al-Fadl Abbas ditebas, tempat jatuhnya tangan kirinya, tempat kemah - kemah yang dibakar oleh Amr bin Jausyan dan balatentaranya [ ??????????] Semuanya masih tersimpan dengan baik dan semua orang berusaha merekonstruksi peristiwa itu sekali lagi. Saya sempat menyaksikan pada acara Karbala, diarak seekor kuda, melambangkan kuda Imam Hussain, Dzuljanah. Digambarkan seekor kuda putih yang berlumuran darah. Dan orang banyak mengambil berkah dari kuda yang hanya symbol itu, hanya untuk menyegarkan kembali ingatan dalam benak kita. Tentang peristiwa sejarah yang harus kita kenang, terutama apabila ada sekelompok orang yang berusaha untuk menghilangkan peristiwa bersejarah tersebut.
Jadi, terlihat bahwa memang kita memperingati Muharram ini hanya sebagai bagian dari upaya untuk tidak menghilangkan peristiwa bersejarah tersebut. Rupanya, ada upaya yang dilakukan secara terperinci untuk menghapuskan jejak sejarah tersebut. Jika peristiwa tersebut sudah tak dapat lagi dihapuskan - karena peristiwa karbala itu memang terlalu jelas untuk dapat dihapuskan - silahkan baca seluruh tarikh islam dalam bahasa apapun. Ada akan menemukan peristiwa Karbala disebut. Atau silahkan baca sejarah bangsa arab, sejarah itupun akan menyebutkan peristiwa Imam Hussain. Oleh karena itu kemudian ada cara yang kedua: menjadikan yazid bukan sebagai pembunuh Imam Hussain. Sebagaimana yang dikutip oleh Republika "Yang pertama kali mengatakan bahwa Yazid pembunuh Imam Hussain itu adalah Abu Mikhnat, dan dia adalah seorang pembohong besar! Menurut siapa? Menurut as-Suyuthi.." dia menyebutnya Imam as-Suyuthi.
Saya membuka kitab Tarikh Al-Khulafa, ditulis oleh al-hafizh al Jalaluddin as-Suyuthi. Saya tidak menemukan rujukan yang dimaksud oleh Syahrudin Elfikri. Kitab yang disebutkannya tidak saya temukan pada Maktabah Ahlil Bayt. Tetapi bila Elfikri menisbatkan rujukan itu pada Jalaluddin As-Suyuthi, sekarang mari kita cek peristiwa karbala sebagaimana yang ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi, apa betul menurut as-Suyuthi bahwa Yazid bukan pembunuh Imam Hussain. Saya bacakan langsung dari sumber aslinya: "Maka Yazid kemudian menulis surat kepada gubernurnya di Irak, yaitu Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuh Imam Hussain. Lalu dia kirimkan pasukan yang terdiri dari 4000 prajurit yang dipimpin oleh Umar bin Saad bin Abu Waqqash. Maka kemudian penduduk Kufah mengkhianati Imam Hussain sebagaimana telah mereka lakukan terhadap ayahnya (yaitu Imam Ali), dan setelah senjata - senjata dihunuskan. Imam Hussain mengajak mereka kepada perdamaian dan mengajak mereka kembali kepada keadaan semula. Dan mereka semua menolak dan bersikeras ingin membunuhnya. Lalu terbunuhlah Imam, dan membawa kepalanya di dalam sebuah wadah, sampai dihadapan Ibnu Ziyad." Perhatikan ucapan Jalaluddin as-Suyuthi setelah itu,"Maka laknat Allah, bagi pembunuhnya, bagi Ibnu Ziyad beserta dia, dan laknat Allah juga bagi Yazid." (Semua kutipan As-Suyuthi diambil dari Tarikh al-Khulafa, halaman 193, terbitan Darul Kutub al-Islamiyyah, Beirut)
Apabila kita membaca Republika, kita dapat pesan bahwa Jalaluddin as-Suyuthi tidak percaya bahwa Yazid memerintahkan pembunuhan Imam Hussain. Karena menurut as-Suyuthi, Abu Mikhnaf satu - satunya yang meriwayatkan bahwa Yazid adalah pembunuh Imam Hussain. Dan Abu Mikhnaf ialah pembohong besar. Dan saya tidak menemukan ucapan - ucapan dalam kitab bahwa Abu Mikhnaf ialah seorang pembohong besar kecuali dalam harian Republika. Yang saya temukan dari As-Suyuthi ialah bahwa as-Suyuthi melukiskan peristiwa karbala dengan sangat dramatis: "Terbunuhnya beliau itu ialah di Karbala, dan dalam kisah terbunuhnya itu, ada peristiwa yang panjang, yang hati tidak sanggup untuk menyimpan, hati ini tidak akan sanggup untuk mengenangnya. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." Kemudian ia bercerita pada waktu terbunuhnya Imam Hussain: "Matahari itu memudar selama tujuh hari terus menerus, dan langit menguning, kemudian gemintang dimalam hari seperti bertubrukan satu sama lain, dan terbunuhnya itu pada hari Asyura, dan matahari pun mengalami gerhana, dan ufuk - ufuk langit memerah enam bulan terus menerus setelah peristiwa tersebut, dan ada satu bagian kemerah - merahan dilangit yang tidak hilang sesudah itu, yang tidak pernah kelihatan sebelumnya. Pada hari itu, tidaklah dibalikkan bebatuan di Baitul Muqaddas kecuali orang - orang melihat dibawahnya darah kental mengalir." [ ?????????] Dan diceritakan oleh beberapa ahli tarikh, bahwa pada hari itu terjadi hujan merah. [?????]

Di internet saya pernah menemukan sebuah fotocopy scanning, sebuah dokumen dari perpustakaan di London, yang kebetulan sama dengan tanggal 10 Muharram 60 H, Penulis dokumen ini melingkari sebuah berita disitu bahwa pada tanggal yang sama di London pun terjadi hujan yang berair merah, seperti hujan darah.[ ??????????????? ]

Di sisi lain, di internet ada juga ceramah DR. Zakir Naik. Dia memberikan ceramah dalam bahasa inggris. Ketika dia mengucap Yazid, dia menyebut "may Allah be pleased with him." Ceramahnya itu mendapatkan reaksi bantahan dan penolakan keras dari para ulama, bahkan ulama - ulama Ahlus Sunnah. Dia pun menambahkan gelar Sayyidina kepada Yazid. dan ia mendapatkan banyak kecaman. Dia mengatakan bahwa Yazid bukan pembunuh Imam Hussain, bahwa yang bersalah ialah Imam Hussain sendiri karena ingin merebut kekuasaan yang sah. Dia berpendapat bahwa kita tidak boleh melaknat Yazid. karena ia adalah salah seorang amirul mukminin, dan banyak lagi alasan lainnya.
Dalam telaah kita, kita temukan bahwa as-Suyuthi pun melaknat yazid. As-Suyuthi ialah ulama besar Ahlus Sunnah, dari mazhab Syafi'i. Semua orang NU di Indonesia - dengan syarat Ia Kyai - pasti mengenal nama Jalaluddin as-Suyuthi. Ayah saya dulu seorang Kyai, dan dia ngaji di pesantren, belajar tafsir, namanya tafsir Jalalain. Salah seorang penulisnya ialah Jalaluddin as-Suyuthi. Jalaluddin as-Suyuthi adalah ulama besar Ahlus Sunnah dan dia melaknat Yazid, melaknat pembunuh Imam Hussain, melaknat Ubaidillah bin Ziyad, dan melaknat Yazid sekaligus. [ ?????????????? ][Islam Times/irib/on]





Keutamaan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu yang Lain


http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/06/keutamaan-abu-bakr-radliyallaahu-anhu.html
Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 18.19 
Label: Syi'ah

Al-Harbiy rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا عَلِيٌّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسٍ، قَالَ: قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَهَلْ أَنَا إِلا حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Muhammad Al-Mishriy : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Sa’iid Ar-Raaziy : Telah menceritakan kepada kami Hannaad bin As-Sariy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail, dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid, dari Qais, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy bin Abi Thaalibradliyallaahu ‘anhu : “Dan aku hanyalah satu bagian kebaikan dari kebaikan-kebaikan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaa” [Fadlaailu Abi Bakr no. 29].
Sanad riwayat ini hasan.

Berikut keterangan para perawinya :
a.     ‘Aliy, ia adalah ‘Aliy bin ‘Umar bin Ahmad bin Mahdiy Ad-Daaruquthniy, pemilik kitabAs-Sunan; seorang imam lagi haafidh.
b.     ‘Aliy bin Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan, Abul-Hasan Al-Waa’idh Al-Mishriy; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 338 H [Taariikh Baghdaad, 13/548-549 no. 6436].
c.      ‘Aliy bin Sa’iid bin Basyiir bin Mihraan Ar-Raaziy, Abul-Hasan Al-Haafidh; seorang yang tsiqah, kadang ragu, dan diperbincangkan para ulama atas sirahnya (w. 299 H) [Irsyaadul-Qaadliy, hal. 430-431 no. 679 dan Lisaanul-Miizaan 5/542-543 no. 5400].
d.     Hannaad bin As-Sariy bin Mush’ab bin Abi Bakr At-Tamiimiy Ad-Daarimiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, lahir tahun 152 H, dan wafat tahun 243 H.Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1025 no. 7370].
e.     Muhammad bin Fudlail bin Ghazwaan bin Jariir Adl-Dlabbiy, Abu ‘Abdirahmaan Al-Kuufiy; seorang yang shaduuq. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 195 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 889 no. 6267].
f.      Ismaa’iil bin Abi Khaalid Hurmuz/Sa’d/Katsiir Al-Ahmasiy, Abu ‘Abdillah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-4, dan wafat tahun 146 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 138 no. 442].
g.     Qais bin Abi Haazim Hushain Al-Bajaliy Al-Ahmasiy, Abu ‘Abdillah/’Ubaidillah Al-Kuufiy; seorang mukhdlaram yang tsiqah, usianya melampaui 100 tahun dan kemudian berubah hapalannya. Termasuk thabaqah ke-2, dan wafat tahun 84 H/97 H/98 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 803 no. 5601].
Di sini, riwayatnya yang berasal dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid dijadikan hujjah oleh Al-Bukhaariy dan Muslim, dan Ismaa’iil sendiri merupakan orang yang paling mengetahui riwayat Qais.
h.     ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu, salah seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.
Keutamaan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu adalah satu hal yang tidak diingkari oleh seorang pun, kecuali pendengkinya dari kalangan Syi’ah. Ia adalah orang yang paling utama di kalangan shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، ثنا بَقِيَّةُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كُنَّا نَتَحَدَّثُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ خَيْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، فَيَبْلُغُ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلا يُنْكِرُهُ
Telah menceritakan kepada kami ‘’Amru bin ‘Utsmaan : Telah menceritakan kepada kami Baqiyyah : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits bin Sa’d, dari Yaziid bin Abi Habiib, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Kami berkata di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘bahwasannya sebaik-baik umat setelah Nabinya (shallallaahu ‘alaihi wa sallam) adalah Abu Bakr, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Utsmaan’. Lalu sampailah hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau tidak mengingkarinya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Aashim no. 1193; shahih].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى. ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الصُّوفِيُّ، ثَنَا الْهُشَيْمُ بْنُ خَارِجَةَ، وَالْحَكَمُ بْنُ مُوسَى. ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، ثَنَا الْعَلاءُ بْنُ عَمْرٍو، قَالُوا: ثَنَا شِهَابُ بْنُ خِرَاشٍ، ثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: ضَرَبَ عَلْقَمَةُ هَذَا الْمِنْبَرَ، فَقَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ، فَقَالَ: " خَيْرُ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا عَلَيْهِ السَّلامُ: أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ أَلا وَإِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ رِجَالا يُفَضِّلُونِي عَلَيْهِمَا أَلا فَمَنْ وَجَدْتُهُ فَضَّلَنِي عَلَيْهِمَا فَهُوَ مُفْتَرٍ، عَلَيْهِ مَا عَلَى الْمُفْتَرِي .......
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah Al-Hadlramiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin Muusaa (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al-Hasan Ash-Shuufiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Husyaim bin Khaarijah dan Al-Hakam bin Muusaa (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Utsmaan bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami Al-‘Alaa’ bin ‘Amru; mereka semua berkata : Telah menceritakan kepada kami Syihaab bin Khiraasy : Telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaaj bin Diinaar, dari Abu Mi’syar, dari Ibraahiim, ia berkata : ‘Alqamah memukul mimbar ini dan berkata : Aku mendengar ‘Aliy berkhutbah di atas mimbar ini, lalu ia berkata : “Sebaik-baik umat ini setelah Nabinya ‘alaihis-salaam adalah Abu Bakr dan ‘Umar. Ketahuilah, sesungguhnya telah sampai kepadaku seorang laki-laki yang telah mengunggulkanku dari mereka berdua. Ketahuilah, barangsiapa yang aku jumpai mengunggulkanku di atas mereka berdua, maka dia adalah pendusta. Baginya hukuman sebagaimana berlaku bagi pendusta.....” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Fadlaailu Al-Khulafaa’ir-Raasyidiin no. 169; sanadnya hasan, dan shahih dengan keseluruhan jalannya].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا  جَامِعُ  بْنُ  أَبِي  رَاشِدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو يَعْلَى، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ، قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي: " أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ، قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ: عُثْمَانُ، قُلْتُ: ثُمَّ أَنْتَ، قَالَ: مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ "
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Katsiir : Telah mengkhabarkan kepada kami Sufyaan : Telah menceritakan kepada kami Jaami’ bin Abi Raasyid : Telah menceritakan kepada kami Abu Ya’laa, dari Muhammad bin Al-Hanafiyyah : Aku bertanya kepada ayahku (‘Ali bin Abi Thaalib radliyalaahu ‘anhu) : “Siapakah manusia yang paling baik setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Ia menjawab : “Abu Bakr”. Aku berkata : “Kemudian siapa ?”. Ia menjawab : “Kemudian ‘Umar”. Dan aku khawatir ia akan mengatakan (setelahnya) : ‘Utsmaan. Aku berkata “Kemudian engkau ?”. Ia menjawab : “Aku hanyalah seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3671].
Jika bermadzhab dengan madzhab ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu sebagai tolok ukur, maka Ahlus-Sunnah lah yang bermadzhab dengan madzhabnya. Bukan Syi’ah sebagaimana pengakuannya....
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – wonokarto, wonogiri, 21062012]. 
COMMENTS
Anonim mengatakan...
Muhammad bin Fudlail, dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid,????? wkwkwkwk...
Jika Muhammad bin Fudlail baru saja lahir (masih bayi usia 1 Hari) saat mendengar hadits ini di tahun wafatnya Ismail bin Abi Khalid (Tahun 146 H) darinya, itu berarti umur Muhammad bin Fudhail saat wafat di tahun 295 adalah 149 Tahun.
____________________________________
AAAAJiiib nih Hadits.! Cocok banget untuk orang2 bingung kayak ente!
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Maaf, salah tulis. Yang benar, wafatnya adalah tahun 194 H atau 195 H.
Ndak masalah, dan akan saya perbaiki. Kritikan Anda membangun. Dan itu tidak mengubah esensi tulisan di atas.
Anonim mengatakan...
Di dalam taqrib-atahzib-ibnu Hajar dan Mizan I'tidal dzahabi disebutkan bahwa Muhammad bin Fudhail adalah seorang yg shodduq dan SYIAH.
MENGAPA ANDA TERIMA HADITSNYA ORANG SYIAH?
Mezan al-A'tadal al-Dhahbi-[Hadith Narrator, Id:10825.-pg:Vol:4]
-
ابن فضيل . محمد بن فضيل بن غزوان ( 3 ) . صدوق شيع .
Taqrib al-Tahdheeb Ibn Hajr-[Hadith Narrator, Id:6227. - pg:502]
محمد بن فضيل بن غزوان بفتح المعجمة وسكون الزاي الضبي مولاهم أبو عبد الرحمن الكوفي صدوق عارف رمي بالتشيع من التاسعة مات سنة خمس وتسعين [ ومائة ] ع
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Bukan hanya saya yang menerima riwayat orang yang dituduh berpemahaman tasyayyu', tapi juga Al-Bukhaariy, Muslim, dan yang lainnya. Dan bukan hanya menerima riwayat orang yang berpemahaman tasyayyu', tapi juga riwayat orang yang dituduh berpemahaman irja', qadariy, dan yang lainnya. Oleh karena itu, Ahlus-Sunnah pertengahan dalam menyikapi para perawi hadits.
Para ulama telah memberikan syarat tentang riwayat orang-orang macam itu. Di antaranya :
a. Ia mesti kredibel, jujur, dan terpercaya.
b. Ia tidak membawakan riwayat yang mendukung bid'ahnya. Jika ia membawakan riwayat yang mendukung bid'ahnya, maka ia mesti punya mutaba'ah.
c. Bid'ahnya bukan jenis mukaffirah. Tidak semua perawi yang tertuduh berpemahaman tasyayyu' dari kalangan mutaqaddimiin itu kafir. Bid'ah yang mengkafirkan itu seperti bid'ahnya Raafidlah ekstrim. Nah, yang seperti ini para ulama tidak menerima haditsnya.
Ada ulama lain yang menambahkan syarat bahwa perawi tersebut bukan gembong ahli bid'ah atau yang mendakwahkan bid'ahnya.
NB : Para ulama hadits ketika menyebut tasyayyu', maka jangan diartikan seperti tasyayyu'-nya orang Syi'ah Raafidlah. Tasyayyu' yang beredar di kalangan mutaqaddimiin adalah dalam hal pengutamaan 'Aliy dibandingkan lainnya.
Anonim mengatakan...
Assalamu'alaikum, ustadz
Di software id.lidwa.com dituliskan bahwa memang Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir wafat 295 H. Negeri Hidup : Kufah.
Mohon penjelasan.
orang awam mengatakan...
To : Anonim, 25 Juni 2012 08:55
Assalamu'alaykum,
ahl-Sunnah adil di dalam menerima perowi hadits,
adapun Syiah~Rafidhah, maka masyhur, tuduhan-tuduhan jelek mereka terhadap perowi ahl-Sunnah.
"antek bani umayyah-lah, perowi bayaran muawiyyah-lah, dan lain-lain"
tapi itu dulu,
adapun sekarang, mereka (Syiah) berusaha untuk "Ilmiah & Obyektip",
dengan (mencoba) membawakan hadits ahl-Sunnah yang tahqiq maupun syarahnya di sesuaikan dengan selera dan hawa nafsu-nya sendiri.
hasilnya, kacau gan !
Wallohul Musta'an
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Anonim 25 Juni 2012 10:33,.....
Di Lidwa itu keliru. Yang benar adalah tahun 194/195 H. Lihat saja pada thabaqah perawinya, yaitu thabaqah ke-9.
[Referensi : Tahdziibul-Kamaal, biografi Muhammad bin Fudlail bin Ghazwaan, juz 26 hal. 298; Muassasah Ar-Risalah, Cet. 1/1413 H].
Anonim mengatakan...
Awalnya pun anda keliru mengatakan Muhammad bin Fudhail wafat tahun 295 H.
Mengapa demikian? Apakah salah ketik, ataukah anda menukil dari referensi lain?
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Saya memang keliru. Di atas telah saya katakan bahwa saya salah tulis = salah dalam menuliskan.
Dan agar lebih jelas, saya tegaskan, bahwa kekeliruan tulis di atas disebabkan saya tidak cermat dalam menukil yang ada dalam syamilah, tanpa melihat perinciannya. Dan di atas saya hanya copi paste dari apa yang saya tulis dulu agar lebih mudah. Oleh karena itu, kekeliruan penulisan tersebut bukan hanya sekali, karena kekeliruan yang berasal dari awal. Dan alhamdulillah, telah saya perbaiki semua. No problem. Jelas dan puas ?.
Anonim mengatakan...
si ahli taqiyye dg anonimnye berkate:
AAAAJiiib nih Hadits.! Cocok banget untuk orang2 bingung kayak ente!
hadehhh... nyang komeng malah nampakkan diriny bahlol...
kl pinter kagak mngkn girang ngecela org krn kesalahan pengetikn... pan maleh nunjukkin kl si komeng neh kagak tau ape2 ttg biografi orang nyang di maksd, sehingge dg girang komeng utk nelanjangi diri ndiri.
atu lg.. nyang ade si pengomeng nyang kate kagak konsisten krn ambik riwayeh syiah...
nah neh ude di jelaskn ame penulis artikel, selanjutnye nyang kudu di tanye ame madzhab sesat syiah nt tuh...
noh nyang bertebaran dalam syubhat2 nt n sekawanan nt pd pan juge asyik bgt noh nukilin riwayeh dr kitab sunni... ampe nyang lemah pun di embat n di pakse2 kuat dg menukil perkataan2 nyang dirase mendukung madzhab bahlol nt (bace; syiah).
ape madzhab syiah kagak pnye pegangan nyang bise di harapin ye? ampe bela2in curi2 riwayeh sunni utk nguatkan akidahnye!!!
la'alallah asy syii'atar rafiidatal ghabiyyah!!!
orang awam mengatakan...
Assalamu'alaykum
محمد بن فضيل بن غزوان بن جرير
Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir
الكنية
أبو عبد الرحمن
Kunyah : Abu Abdirrahman
9
الطبقة
thabaqat 9
195
سنة الوفاة
Tahun Wafat 195
Click here for further Information
Wallohu ta'alaa a'lam
orang awam mengatakan...
To : Anonim @ 25 Juni 2012 10:33
Assalamu'alaykum
[quote]
"Di software id.lidwa.com dituliskan bahwa memang Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir wafat 295 H. Negeri Hidup : Kufah"
..
maaf, link yang antum infokan, 
http://id.lidwa.com/app/
ketika tab "data perowi" di klik malah muncul pop up :
INFORMASI :
Maaf, fitur ini hanya tersedia pada versi desktop
maksudnya apa ya ?
apa harus beli dulu programnya ?
Jazakallahu khayr