Cuplikan
info terkait Rafidhah :
Ulama
Suriah : Seluruh Syiah sesat, Imam Zaid seorang Ahlus Sunnah
Selasa, 4 September 2012 18:28:15
Permasalahan kesesatan Syiah menjadi sorotan
sama, baik di Suriah maupun di tanah air, khususnya pada kasus
Sampang-Madura. Syaikh Mahir Al Munajib, ulama dari Suriah, memberikan
penjelasan mengenai kesesatan Syiah. Ungkapan yang menyebutkan tidak semua
Syiah sesat karena ada aliran bernama Zaidiyah, diluruskannya secara gamblang.
Menurut ia, kata Syiah Zaidiyah berasal dari
nama Zaid Bin Ali Bin Husein Bin Ali Bin Abu Thalib. Zaid cicit dari Ali Bin
Abu Thalib Ra.
Pada
faktanya Zaid bukanlah seorang Syiah. Ia penganut Ahlussunnah yang baik. Pada masa kekhalifahan
Umawiyyah, tepatnya saat umat Islam dipimpin Khalifah Nisab Ibnu Abdul
Malik, terjadi pemberontakan terhadap Khalifah. Hal ini karena
kondisi ketidakadilan pada masa itu.
"Saat
itu tidak ada fikroh-fikroh dalam Syiah. Syiah itu hanya satu, yaitu Syiah
saja. Syiah yang mengagungkan Ali Bin Abu Thalib ra dan melaknat dan
mengkafirkan para sahabat lainnya. Kaum ini cukup banyak, salah satunya di
Irak," jelas Shaikh Mahir dalam
kajian Islam di Masjid Muhammad Ramadhan, Bekasi Selatan, Ahad (2/9) dikutip hidayatullah.com.
Merasa ia keturunan Ali Bin Abu Thalib ra,
Zaid lantas pergi ke Irak untuk mencari dukungan dari kalangan Syiah di sana.
Setelah melakukan lobi di Iraq, kalangan Syiah pun setuju untuk membantu Zaid.
Adapun kesepakatan kerjasama itu adalah Zaid harus melaknat Abu Bakar As Shidiq
ra dan Umar Bin Khatab Ra. Mendengar
permintaan itu Zaid sebagai seorang ahlussunnah menolak melakukannya.
Dari situlah muncul kata Rafidhoh, dari kata
Rafado (menolak), karena Syiah saat itu menolak membantu Zaid. Di sisi lain
ulama-ulama Syiah menjadikan Zaid sebagai tokoh Syiah Zaidiyah, walaupun ia
seorang Ahlussunnah.
Pada kenyataannya Syiah Zaidiyah hanya
ungkapan yang dibuat oleh kalangan Syiah. Gagasan Zaidiyah merupakan manuver politik Syiah untuk
mengelabui Ahlussunnah.
Gambaran
Zaidiyah sebagai kelompok yang masih sama dengan Ahlussunah, justru sangat
menguntungkan pola taqiyah (berbohong) dari kalangan Syiah Rafidhoh. Kebanyakan
Syiah Rafidhoh dan golongan Syiah lainnya akan mengaku Zaidiyah ketika posisi
mereka lemah. Ketika mereka kuat, maka mereka akan menampakkan
wujud aslinya dalam menghina sahabat, bahkan membantai Ahlussunnah wal jamaah.
"Tidak ada Syiah yang tidak menghina
sahabat. Tidak ada Syiah yang tidak memiliki misi untuk menghancurkan Ahlussunnah.
Semua Syiah adalah satu, (mereka semua) adalah sama, apapun perbedaan nama di
antara mereka," tegas Shaikh Mahir .
Shaikh Mahir juga menambahkan, kelompok Syiah
memang selalu membuat masalah dan kekisruhan dalam sejarah Islam. Hal-hal
seperti di Suriah hingga di belahan bumi manapun mengenai pengkhianatan Syiah,
sudah dimulai lama, bahkan dari zaman Umawiyah, Abbasiyah hingga zaman
Ustmaniah.
"Mereka pernah menjual umat Islam kepada
bangsa Mongol dan Romawi. Pada era modern mereka menjualnya kepada
Zionis-Yahudi hingga hancurnya kekhalifahan Turki Utsmaniyah," katanya. (bilal/arrahmah.com)
Peneliti Iran: Permusuhan Syiah pada
Umar bin Khattab Dibungkus Baju Agama dan Mazhab
KIBLAT.NET,
Pati – Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Kabupaten Pati pada Selasa, (27/04)
mengadakan seminar “Membongkar Kesesatan Syiah”. Acara yang dihadiri sekitar
500 kaum muslimin itu digelar bersamaan dengan pelantikan pengurus DDII
Kabupaten Pati.
KH. Abdul
Wahid, salah seorang ulama dari Gemolong Sragen dalam seminar
itu menyampaikan bahwa syiah bukanlah bagian dari Islam. Bahkan, aliran
syiah dapat membahayakan akidah umat Islam.
“Agama syiah
bukan agama Islam, tetapi agama baru yang dibangun di atas kedustaan, kebencian
serta kedengkian para bangsawan dan pemuka agama Majusi-Persia (sekarang Iran,
red). Karena kerajaan mereka dihancurkan oleh tentara kaum muslimin pada masa
khalifah Umar bin Khattab pada tahun 14 H,” ujar KH. Abdul Wahid dalam
kesempatannya.
Beliau juga
mengutip pernyataan Dr. Lawrence Brown, seorang orientalis berkebangsaan Inggris
yang tinggal di Iran selama waktu yang panjang dalam penelitiannya tentang
sejarah bangsa Iran.
Dalam karyanya
yang berjudul “Tarikh Adabiyat Iran Juz I halaman 217, Brown menuturkan,
“Di antara faktor terpenting yang menyebabkan permusuhan bangsa Iran terhadap
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Khalifah Rasyidah II adalah karena beliau telah menaklukkan negeri
bangsa non Arab dan telah meruntuhkan kekuatan mereka. Hanya saja
permusuhan tersebut dibungkus dengan baju agama dan madzhab.”
Brown juga menjelaskan bahwa kebencian kelompok
syiah kepada Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bukan karena
merampas hak-hak Ali bin Abu Tahalib radhiyallahu ‘anhu, dan Fathimah radhiyallahu ‘anha, tetapi
karena beliau menaklukkan Iran dan menumbangkan Dinasti Sassaniyah.
Sementara, pembicara kedua adalah Ustadz Mas’ud Izzul
Mujahid, salah seorang relawan kemanusiaan Suriah. Beliau menceritakan
bagaimana kebrutalan dan kebiadaban syiah nushairiyah yang telah membantai umat
Islam di Suriah.
Ketika di temui reporter Kiblat.net, panitia
acara ini menegaskan bahwa seminar semacam ini diadakan untuk membangkitkan
kewaspadaan umat akan bahayanya gerakan syiah.
“Seminar ini kita adakan agar umat Islam di Pati
dan sekitarnya ini, waspada akan kesesatan syiah dan perkembangannya. Apalagi
di daerah Bangsri, Jepara yang tetangga kabupaten itu sudah ada komunitas syiah
yang sudah terang terangan dalam menjalankan Ibadah. Bahkan, sampe punya sekolah dan
masjid sendiri,” ujar salah seorang panitia acara yang tidak menyebutkan
namanya.
Dalam Kitab Syi'ah, Halal Membunuh Seorang Sunni dan
Merampas Hartanya
Perhatikan
riwayat yang disebutkan dalam kitab literatur Syi'ah,
Diriwayatkan
dengan sanad bersambung hingga Daud bin Farqad, ia berkata:
قلت لأبي
عبدالله ما تقول في قتل الناصب ؟ قال حلال الدم لكني أتقي عليك فإن قدرت أن تقلب
عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد به عليك فافعل قلت: فما ترى في ماله؟ قال
خذه ما قدرت
“Aku berkata pada Abu Abdillah: “apa
pendapatmu tentang membunuh seorang nashibi[1]?
Ia berkata: “darahnya halal, namun aku memperingatkanmu agar berhati-hati. Jika
kamu mampu melemparkannya ke dinding atau menenggelamkannya dalam air agar tidak
ada yang menyaksikan perbuatanmu, maka lakukanlah!!”. Aku berkata: “apa
pendapatmu tentang hartanya?”. Ia berkata: “ambillah selagi kamu mampu”. [Wasa’ilus Syi’ah, 18/463, Biharul Anwaar, 27/231]
Dalam
riwayat lain disebutkan,
خذ مال
الناصب حيثما وجدته وادفع إلينا الخمس
“Ambillah harta seorang nashibi dimanapun kamu
mendapatinya, lalu berikanlah pada kami seperlimanya” [Tahdziibul Ahkaam,
1/384, As-Saraa’ir karya Muhammad bin Idris Al-Hulliy hal. 484,Wasa’ilus
Syi’ah, 6/340”
Disebutkan juga
dalam literatur mereka riwayat berikut,
مال
الناصب وكل شيء يملكه حلال
“Harta milik seorang nashibi (baca sunni –pen)
dan seluruh apa yang ia miliki adalah halal” [Tahdziibul Ahkaam, 2/48, Wasaa’ilus Syi’ah, 11/60]
Hal ini pun
diakui oleh tokoh Syi’ah terkemuka di Jawa Barat, Jalaludin Rahmat yang akrab
disapa Kang Jalal, selaku ketua Dewan Syura Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia
(IJABI).
Pada 29 Agustus
2012 lalu, Jalaluddin Rahmat mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di
Nusantara atas bentrokan Sampang Madura.
“Orang-orang
Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah
bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar
Jalaluddin.[http://www.tempo.co/read/news/2012/08/29/173426259/Apa-Kata-Jalaludin-Rahmat-Soal-Sampang]. Bahkan
dirinya resmi telah mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI 2014 melalui Partai
PDIP…
Oleh karena
itu, sangat wajar jika Syi’ah berkuasa di suatu negeri, mereka akan membunuh
kaum Sunni dan merampas hartanya, baik di Suriah, Yaman dan di berbagai belahan
bumi. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah mereka...
Ditulis oleh
Abul-Harits di Madinah, 8 Jumadil Ulaa 1435
[1] Nashibi adalah kelompok yang
membenci ahlul-bait, namun Syi’ah memberikan julukan tersebut secara mutlak
kepada sunni, karena tuduhan mereka yang dusta bahwa kaum sunni membenci
ahlul-bait
Fahmi Salim, MA (Wasekjen MIUMI)
Hidayatullah.com— Majelis Intelektual dan
Ulama Muda Indonesia (MIUMI), membantah al-Qur’an surah An Nahl ayat 106
sebagai dalil dibolehkannya bertaqiyah terhadap sesama Muslim. Menurut MIUMI,
landasan yang dipakai taqiyah kaum Syiah itu jelas salah alamat.
“Sunni yang menganggap taqiyah itu sama
dengan nifaq (munafik) sebab taqiyah satu hal
dan nifaq adalah hal lain. Taqiyah dalam pengertian
‘menyembunyikan keimanan di hadapan orang kafir’ dengan menyatakan kalimat yang
sekilas mengandung kekafiran seperti dalam kasus yang dihadapi Ammar bin Yasir
Ra dan jadi sebab turunnya ayat 106 An Nahl, itu hanya boleh dilakukan
dalam keadaan darurat di hadapan orang kafir saja,” ujar Wakil Sekjen
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) dalam pernyataan yang
dikirim ke redaksi hidayatullah.com.
Pernyataan ini disampaikan menanggapi salah satu
kesimpulan seminar yang diselenggarakan Himpunan Pelajar Indonesia (HPI) Iran
periode 2012-1013 di Universitas Imam Khomeini Qom Iran, hari Kamis
(14/02/2013) dengan tema “Konsep Tabligh dalam Dimensi Keindonesiaan”. Di
mana kesimpulan salah satu pembicaranya Hendar Yusuf, yang membawakan
makalah berjudul “Konsep Taqiyah dalam Islam” menyatakan, al-Qur’an surah
An Nahl ayat 106 sebagai dalil naqli yang menunjukkan bolehnya
melakukan taqiyah terutama dengan tujuan menjaga diri dan jiwa dari bahaya.
Menurut Fahmi Salim, apa yang dipaparkan itu
jelas keliru. Tidak ada Sunni yang menganggap taqiyah itu sama
dengan nifaq (munafik) sebab taqiyah satu hal dan nifaq adalah hal
lain.
Taqiyah dalam pengertian ‘menyembunyikan
keimanan di hadapan orang kafir’ dengan menyatakan kalimat yang sekilas
mengandung kekafiran seperti dalam kasus yang dihadapi Ammar bin Yasir Ra dan
jadi sebab turunnya ayat 106 An Nahl, itu hanya boleh dilakukan dalam
keadaan darurat di hadapan orang kafir saja.
Jika Syiah ingin menerapkan itu dalam muamalah
dengan kaum Sunni, maka itu artinya Syiah memang menganggap orang Sunni itu
kafir sehingga dalam menghadapinya (dalam kondisi minoritas) harus
denganbertaqiyah untuk menghindari mara-bahaya yang mungkin timbul karena
perbedaan akidah/prinsip.
Say No To Syi
ah
“Dalam ajaran Islam, taqiyah yang dimaksudkan Syiah
hanya bias diterapkan di hadapan kafir tulen yang dzalim menindas seperti
kaum musyrikin quraisy.”
Lebih lanjut ia mengatakan, dalam kamus akhlak
Ahlul Bait tidak dikenal taqiyah karena memang tak ada hajat
untuk menyembunyikan keimanan/akidah di hadapan Muslimin umumnya, baik di
masa Sahabat apalagi sesudahnya karena prinsip keimanan yang diyakini Ahlul
Bait dan Sahabat itu sama bersumber dari Al-Quran dan Sunnah nabi. Tak
ada pula ajaran Islam yang khusus diajarkan kepada orang tertentu
tidak untuk yang lain. Kecuali mereka menganggap Sahabat Nabi semua itu
kafir alias murtad sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalm sehinggal
Ali dan Ahlul Bait bertaqiyah di hadapan mereka.
Menurut Fahmi Salim, Ibnu Taymiyah bernah mencatat,
“Allah Subhanahu wata’ala telah menyucikan Ahlul Bait
dari taqiyah seperti itu dan mereka tidak memerlukan taqiyah karena
mereka adalah orang yang paling jujur dan paling beriman. Agama mereka adalah
taqwa dan bukan Taqiyah.”
“Yang dilakukan Sayidina Hussain Radhiyallahu ‘anhu
adalah upaya islah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar kepada pemimpin
yang dzalim, bukan makar atau pemberontakan dan bukan pula dalam rangka
menuntut hak imamah Ahlul Bait Rasul. Apa yang dilakukan beliau murni
mengembalikan sistem syura dalam pemerintahan Islam, mengembalikan khilafah ala
minhaj nubuwwah dan menolak sistem kewarisan dan monarki absolut. Namun ini
rupanya yang disalahpahami oleh Syiah. Sementara kalangan Sunni sendri
kurang mengangkat pesan ini.”
بسم الله الرحمن الرhttp://nasihatonline.wordpress.com/2013/08/19/sesatkah-syiah-jafariyah/حيم
Pertanyaan: Sesatkah Syi’ah Ja’fariyah?
Jawaban:
Syi’ah adalah kelompok
sesat yang terpecah-pecah ke dalam beberapa sekte, dan seluruh sektenya sesat,
tidak ada yang benar, hanya saja kesesatan masing-masing sekte
bertingkat-tingkat, namun pada umumnya sampai pada derajat kekafiran.
Syi’ah Ja’fariyah adalah nama lain dari kelompok sesat “Syi’ah Imam Dua
Belas”dinisbatkan namanya
kepada Ja’far Ash-Shodiq, imam keenam menurut sangkaan mereka. Kedua belas imam yang
dimaksud adalah sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu dan keturunannya, padahal dua belas imam tersebut tidak pernah mengakui mereka
sebagai pengikutnya,
dikarenakan berbagai kesesatan mereka.
Bahkan di masa Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu’anhu, kaum Syi’ah yang mengatakan Ali lebih mulia
dibanding Abu Bakar dan Umar radhiyallahu’anhum, dicambuk oleh Ali dengan 80
kali cambukan karena telah berdusta, dan yang mengatakan Ali sebagai
sesembahan, dihukum mati dengan cara dibakar oleh Ali radhiyallahu’anhu,
sebagaimana yang diceritakan oleh As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa’ dan ahli
sejarah lainnya.
Syi’ah Ja’fariyah adalah
salah satu sekte sesat Syi’ah yang telah kafir kepada Allah ta’ala, diantara
bentuk kekafiran mereka:
- Meyakini bahwa dua
belas imamnya mengetahui perkara ghaib, dapat mengabulkan doa, dapat
menghilangkan kesusahan atau menangkalnya, dan berbagai sifat-sifat yang hanya
layak disandang oleh Allah ta’ala, namun mereka yakini ada pada diri imam-imam
mereka. Ini semua adalah kesyirikan kepada Allah ta’ala.
- Mengkafirkan dan
membenci istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat
(kecuali beberapa sahabat saja).
- Membolehkan nikah
mut’ah atau nikah kontrak (yang telah menyebabkan munculnya berbagai macam
penyakit kelamin di kalangan pengikut Syi’ah, terutama di negeri Iran, bahkan
pernah terjadi ayah nikah kontrak menikahi putrinya yang telah dewasa karena
tidak mengenali anaknya sendiri, sebagaimana diceritakan mantan ulama Syi’ah
yang telah bertaubat, mantan tangan kanan pimpinan Syi’ah; Khomeini Al-Khabits,
yaitu Sayyid Husain Al-Musawi dalam kitabnya “LiLlaahi
tsumma lit Taarikh”).
- Menghalalkan darah
(pembunuhan) terhadap Ahlus Sunnah, dan ini benar-benar terjadi sampai di zaman
modern ini, yaitu pembantain secara sistematis dan tersembunyi terhadap Ahlus
Sunnah di Iran oleh rezim Syi’ah yang berkuasa, dan yang terang-terangan adalah
pembantaian kaum muslimin Syiria oleh rezim Syi’ah Syiria dibantu oleh
pemerintah Iran, sekutu musyriknya; Rusia dan Syi’ah Libanon; Hizbussyaithon.
- Meyakini bahwa
Al-Qur’an sudah dirubah oleh para sahabat, padahal Allah ta’ala telah menjamin
keaslian Al-Qur’an sampai hari kiamat.
- Memalsukan hadits dan
menolak hadits-hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahlus Sunnah seperti
riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dan lain-lain masih SANGAT BANYAK kesesatan
mereka.
Semoga Allah ta’ala
menjaga kaum muslimin dari kejahatan Syi’ah dan kelompok-kelompok sesat
lainnya.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Kota Suci Bejat
Bernama Qom
Agustus 12, 2013
Kerusakan kota-kota suci Iran ternyata erat
kaitannya dengan para mollah. Sebab hanya para mollah itulah yang dapat masuk ke pusat-pusat pendidikan yang dikhususkan untuk gadis-gadis, meski pada dasarnya mengajar
di tempat-tempat tersebut terlarang bagi laki-laki di kota Qom. Begitu juga
dengan pusa-pusat kesehatan, rumah sakit dan tempat-tempat wisata yang
dikhususkan buat wanita, banyak dijumpai para mollah berjalan-jalan dengan
bebasnya seakan mereka adalah kelompok orang yang telah dihalalkan atas semua
wanita yang masuk ke tempat-tempat tersebut.
Bahkan kerusakan di kota Qom jauh melebihi
kerusakan kota Teheran yang merupakan kota yang lebih terbuka di banding Qom.
Angka bunuh diri di kalangan wanitanya dengan
jalan minum racun sangatlah tinggi, dan hal itu disebabkan oleh beban mental
yang banyak dirasakan oleh para wanita dan gadis-gadis yang tinggal di kota itu
sebagai dampak dari situasi yang telah memaksa mereka dan juga cara-cara yang
diterapkan oleh “syurthatul akhlaqil hamidah” yaitu polisi penegak akhlak terpuji di bawah kekuasaan para mollah.
Kondisi kejiwaan inilah yang di saat tertentu
dapat memicu tindak kejahatan dari kaum laki-laki Iran untuk melakukan
penculikan dan pemerkosaan, bahkan tak jarang berakhir dengan dibunuhnya sang
korban karena takut dilaporkan. Dan sebagian wanita dan gadis korban perkosaan
pun tak jarang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena malu
dengan apa yang menimpanya.
Nyatanya, wanita di kota Qom selalu dalam resiko
penghinaan dan pelecehan seksual, khususnya yang dilakukan oleh kalangan
pelajar agama di Hauzah. Setiap kali mereka melihat wanita atau gadis yang
sedang berada dijalan, maka buru-buru mereka membuka percakapan dengannya
tentang nikah mut’ah, bahkan sedikit pun mereka tidak membuka ruang tanya jawab
meski si wanita atau gadis tersebut merasa keberatan. Hal itu dikarenakan apa
yang mereka inginkan adalah perkara yang disyari’atkan dan telah ditegaskan
oleh pemerintah, di samping mut’ah dalam keyakinan mereka adalah perbuatan
terpuji dan telah diwasiatkan oleh para Imam mereka sebagaimana tertulis dalam
kitab-kitab Imam mereka.
Karena itulah wanita-wanita di Qom harus
menanggung penghinaan dan pelecehan seksual ini dari para mollah, pemuda dan
juga kaum laki-laki. Mereka hanya mempunyai dua pilihan; tetap tunduk dengan
aturan itu atau hidup dalam situasi kepahitan jiwa.
Sebagian besar kehidupan rumah tangga di kota Qom
juga mengalami kegagalan, karena sebagian besar dari mereka hidup dengan tetap
menjalani kebiasaan dan mengikuti adat yang menguasai di kota itu. Adat
kebiasaan ini kadang bertentangan dengan tingkat pengetahuan dan sosial mereka,
dan adat inilah yang sering kali mendorong kaum laki-laki untuk melakukan
mut’ah sebab mereka meneladani para mollah. Dan sebaliknya banyak para istri
yang kemudian membalas perbuatan suaminya dengan menjalin hubungan dengan laki-laki
lain. Inilah yang menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka berakhir dengan
kegagalan lalu dilanjutkan dengan perceraian. Menurut penelitian tentang
keadaan sosial di kota Qom, ternyata angka perceraian di kota itu menduduki
peringkat terbesar kedua di negara Iran.
Seperti diketahui bahwa pengadilan yang khusus
menangani kasus-kasus perdata di Iran dilaksanakan dengan perantara hakim-hakim
yang selalu memotivasi para wanita dan gadis untuk melakukan perceraian, dan
segera setelah perceraian itu mereka dipindahkan ke Yayasan-yayasan sosial
dengan dalih menolong mereka agar cepat mendapatkan pekerjaan, namun pada
kenyataannya mereka terjebak dalam perangkap para mollah untuk dijadikan budak
dengan alasan mut’ah.Yayasan Az-Zahra’ termasuk Yayasan paling terkenal yang menjadi tempat tinggal para janda dan
tempat bersenang-senangnya para mollah dan para pelajar agama di Hauzah yang
sangat menginginkan berbuat mesum atas nama mut’ah.
Sampai ada hal yang sangat sulit dipercaya, jika
dikatakan ada data yang tidak resmi menegaskan bahwa kota Qom telah mencatat
angka tertinggi dalam masalah aborsi dengan cara yang tidak diatur oleh
undang-undang. Sehingga sangat mustahil bila dalam sehari tidak ditemukan
janin-janin yang telah dibuang di tempat-tempat sampah atau selokan air.
Kerusakan kota Qom tidak hanya itu, sebab
kerusakan-serusakan lain juga telah mencatat angka yang sangat tinggi seperti
pertikaian dan perkelahian antar kelompok dan perorangan yang menyebabkan
menumpuknya korban luka-luka di rumah sakit Nakui di Qom setiap harinya. Salah satu jalan yang sering
terjadi perkelahian adalah jalan Bajik.
Kota Qom juga mencatat angka tertinggi kedua
penderita AIDS. Demikian juga dengan angka pecandu kokain jenis “crack”,
tercatat bahwa satu dari tiga orang di kota Qom adalah pecandu opium.
Kota Qom juga tercatat sebagai kota yang paling
banyak menggunakan minuman keras oplosan yang mengandung bahan kimia yang dapat
menyebabkan kematian atau hilangnya penglihatan, sebagaimana yang pernah
terjadi dalam peristiwa peringatan “Iedun Nairuz”.
Sedang kondisi mata pencaharian masyarakat dan
tingkat kemiskinan di kota Qom juga sangat memprihatinkan. Angka kemiskinan dan
kelaparan di kota ini sangat tidak bisa dipercaya. Banyak masyarakat di kota
ini yang sulit bahkan sekedar melindungi diri mereka dari cuaca dingin yang
ekstrim atau musim panas yang menyengat. Makanan mereka sehari-hari adalah roti
dan air, dan agak lebih baik sedikit adalah makaroni. Sering kali orang tua
mereka menyaksikan kematian anak-anaknya di depan mata mereka karena
ketidakmampuan berobat, bahkan mereka juga tidak memiliki kartu jaminan
kesehatan.
Di antara keluarga-keluarga miskin di kota Qom
juga sangat banyak yang mempekerjakan anak-anak kecil mereka di pabrik
pembuatan batu bata dari malam hingga siang hari untuk sekedar bertahan hidup.
Sedang pemandangan seperti ini berlangsung di
tengah banyaknya mollah yang hidup dalam kondisi serba mewah yang dihasilkan
dari kekuasaan mereka atas proyek-proyek ekonomi dan kepemilikan saham pada
banyak perusahaan-perusahaan besar. Mereka dapatkan bagian itu dari apa yang
dinamakan harta “humus” yaitu berhak atas 5% dari harta yang diambil dari para
pengikutnya. Harta humus ini bisa mencapai milyaran Tuman dalam setahunnya
sehingga memungkinkan para mollah memiliki bangunan-bangunan istana di kawasan
elit seperti Salarie, Amin Boulvare dan lain-lain di samping kepemilikan mereka
atas rumah-rumah mewah di kawasan Niavaran utara Teheran.
Sumber
:
Inilah 15 Ciri Pengikut Syi’ah di Indonesia
PERINGATAN
ASYURA NASIONAL. Ribuan rafidhah memperingati Hari Asyura yang jatuh
setiap hari ke-10 bulan Muharram di Balai Samudra, Kelapa Gading, Jakarta
Utara, Senin (26/11). Peringatan tersebut dalam rangka Asyura Nasional yang
berkabung atas kematian Imam Husein bin Ali pada pertempuran Karbala tahun 61 H
atau 680 Masehi.
Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi
besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah
Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Jumlah
penganut Syiah di Indonesia kata Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait
Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut
Syiah di Indonesia , “Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya,
sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah,
kata Kang Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan
Jakarta. Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan
Semarang; Garut; Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.
Diperkirakan,
kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri
dari kelompok Sunni. Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di
dalam batinnya tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus
Sunnah. Hanya saja menurut Ahlus Sunnah, taqiyah digunakan untuk menghindarkan
diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi
yang sangat membahayakan orang Islam.
Sementara itu
menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu
prinsip agama mereka. Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti
ungkapan bahwa Al Quran Syi’ah adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah.
Padahal ungkapan ini hanyalah kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah
dengan pura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syi’ah.
Menurut Ali
Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok
ajaran; Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam
hatinya. Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan
lawan-lawan Syiah. Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau
keyakinan yang dianut lawan-lawan. Keempat, digunakan di saat berada dalam
kondisi mencemaskan
Menurut Syaikh
Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat
mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
1. Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok
yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang
Arab hanya saja warnanya hitam.
2. Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia
langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia
mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat
raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali
bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
3. Pengikut Syi’ah juga tidak akan
mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin,
tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
4. Pengikut
Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu,
tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
5. Mayoritas pengikut Syi’ah selalu
membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala –
redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat
tidak didekat orang lain.
6. Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka
Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum
Muslimin.
7. Anda tidak akan mendapatkan
penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.
8. Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul
Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum.
9. Mereka juga tidak akan menunjukkan
penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul
Mukminin radhiyallahu anhum.
10. Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa
setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu
berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain
mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat
tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah)
11. Mereka
berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf
dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan
antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
12. Anda tidak akan mendapati
seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali,
itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang
benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang
ditunggu kedatangannya.
13. Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan
kesedihan di hari tersebut.
14. Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para
mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk
memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila
nantinya mereka menerima agama Syi’ah. Oleh sebab itu Anda akan dapati;
15. Orang-orang Syi’ah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak
putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan
leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan
sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang
ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis
telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka
berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan
terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para
pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.
Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan
di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk
menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah.
Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda
menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat
lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda
kegundahan di wajahnya.
Akhirnya, dengan
hati yang terang Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam
mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka
Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa
saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan para ibunda kaum Musliminradhiyallahu anhunn yang
dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah
kepada Allah untuk kita dan mereka semua.
Wallahu a’lam.
Pengkhianatan Syi’ah Kepada Al Hasan Dan Al Husain
Setelah Ali
bin Abi Tholib terbunuh,Al Hasan lebih
memilih berdamai dengan Muawiyah,namun orang-orang syi’ah terus menerus
mendesak Al Hasan untuk berperang melawan Muawiyah.
Dan pada
akhirnya Al Hasan menyutujui desakan mereka ini dan mengutus Qais bin
Ubaidah untuk memimpin dua belas ribu pasukan melawan pasukan Muawiyah.
Ketika Al
Hasan sedang berada di Al Madain,datanglah seorang penduduk Iraq dan
berteriak,bahwa Qais telah terbunuh.Timbulah kekacauan diantara orang-orang
syi’ah Iraq,watak asli mereka muncul (berkhianat),mereka tidak sabra dan justru
menyerbu kemah Al Hasan,dan merampas barang-barangnya.
Salah
seorang syi’ah Iraq,Mukhtar bin Ubaid Ats Tsaqofi memiliki rencana busuk ,yaitu
mengikat Al Hasan dan menyerahkannya kepada pamannya Saad bin Mas’ud Ats
Tsaqofi,dengan imbalan harta dan kedudukan karena tamaknya dia.
Sa’ad
adalah salah seorang pendukung Ali yang menjadi gubernur Al Madain,namun dia
juga mengkhianati putra Ali yaitu Al Hasan dengan menghinakannya dan
menyerahkannya kepada Muawiyah.
Sampai-sampai
Al Hasan berkata : “Aku memandang Muawiyah lebih baik kepadaku,dibanding
orang-orang yang mengaku sebagai pendukungku,mereka malah ingin mencelakakanku
dan merampas hartaku…”
Inilah
bentuk pengkhianatan orang syi’ah kepada Al Hasan,yang mana mereka mengklaim
cinta kepada Ahlul bait.
Adapun
pengkhianatan syi’ah kepada Al Husain adalah apa yang terjadi di karbala,yang
mengakibatkan Al Husain terbunuh.
Jadi
setelah Muawiyah wafat,orang-orang Iraq mendesak Al Husain untuk menjadi
kholifah.Dibawah tekanan mereka ini,Husain terpaksa mengirim muslim bin Aqil
untuk memantau kondisi yang terjadi pasca wafatnya Muawiyah.
Ia tidak mengetahui
kedatangan penduduk Iraq yang meminta berbaiat kepada Al Husain yang berjumlah
sekitar dua belas ribu orang,kemudian mereka mengirim perwakilan kepada Al
Husain untuk membaiatnya.
Akan tetapi
Al Husain tertipu dengan pengkhianatan mereka.Husain pergi menemui mereka
padahal sudah diperingatkan oleh orang-orang terdekatnya untuk tidak menemui
mereka,karena rekam jejak mereka yang sering berkhianat.
Sampai Ibnu
Abbas pun menasehati Al Husain : “Apakah engkau akan pergi ke kaum yang
telah membunuh pemimpin mereka,merampas negeri mereka.Sekalipun mereka berbuat
demikian apakah engkau tetap menemui mereka? Mereka mengajakmu ke sana,sedang
penguasa mereka bersikap tiran kepada mereka.Apa yang mereka
lakukan,hanya untuk negara mereka saja.Mereka hanya mengajak engkau menuju
medan perang dan pembantaian,dan engkau tidak akan aman bersama mereka.Mereka
akan berkhianat,menipu,dan menyerangmu dan nanti mereka akan menjadi orang yang
paling keras memusuhimu…”
Secara
jelas pengkhianatan Syi’ah Kufah tampak ketika Muslim bin Aqil terbunuh
ditangan pasukan bani Umayyah,dan orang-orang syi’ah diam membisu tidak
memberikan bantuan apa-apa,karena mereka telah menerima sejumlah uang dari bani
Umayyah.
Ketika
Husain keluar bersama keluarga dan pengikutnya yang berjumlah 70 orang,setelah
terjalin kesepakatan dan perjanjian,kemudian penguasa bani Umayyah
Ubaidillah bin Ziyad masuk untuk menghancurkannya di medan
peperangan,maka terbunuhlah Al Husain dan seluruh orang yang menyertainya.
Kata-kata
terakhirnya sebelum wafat adalah : “Ya Allah,berilah putusan di antara kami dan
diantara orang-orang yang mengajak kami untuk menolong kami,namun justru mereka
membunuh kami”.
Bahkan Al
Husain mendoa’akan keburukan untuk mereka : “Ya Allah,apabila Engkau memberi
mereka kenikmatan,maka cerai beraikanlah mereka,buatlah mereka menempuh jalan
yang berbeda-beda,dan janganlah restui pemimpin mereka selamanya…”
Jika
orang-orang syi’ah saja berkhianat kepada Ahlul bait apalagi terhadap umat
Islam ini.
(Dirangkum dari buku Pengkianatan-Pengkhianatan Syi’ah karya Dr. Imad Ali
Abdus Sami’)
“Syi’ah
adalah virus bagi umat Islam!”
M. Fachry
Ahad, 19 Februari 2012 19:52:
Syi’ah adalah virus yang menempati
urutan pertama yang merusak aqidah dan syari’at umat Islam. Demikian yang
disampaikan Ustadz Abu M Jibriel AR dalam kuliah umum yang digelar Majelis Ilmu
Ar Royan (MIAR), Ahad (12/2). Sementara itu Ustadz Farid Akhmad Okhbah dalam
kesempatan yang sama mengupas tuntas Syi’ah termasuk mengungkap para tokohnya
yang sudah malang melintang di negeri ini. Agama Syi’ah adalah agama para
pembohong dan pendosa, Waspadalah!
Syiah, virus nomer wahid
Ustadz Abu M Jibriel AR, dalam kuliah umum
MIAR, yang digelar di Masjid Ramadhan, Bekasi (12/2) menyatakan bahwa Syi’ah
adalah virus nomer pertama yang merusak aqidah dan syari’at umat Islam.
Dalam kesempatan pertama di acara rutin
yang diselenggarakan pada Ahad kedua setiap bulan tersebut, Ustadz Abu M
Jibriel AR juga menjelaskan bahwa Syi’ah sebenarnya merupakan ‘oplosan’ dari
tujuh agama di luar Islam, yaitu :
Agama Majusi
Agama Zoroaster
Agama Mazdaq
Agama Yahudi
Agama Nashrani
Agama Kebathinan
Agama Islam yang
syaria’tnya masih bisa di’oplos’
Ustadz Abu Jibriel
dalam kesempatan tersebut juga mengutip kitab suci agama Syi’ah yang ditulis
oleh Ayatullah Al Kulainy, yang dimata kelompok Syi’ah memiliki martabat yang
tinggi seperti tingkatan Imam al-Bukhari atau imam asy-Syafi’i di mata golongan
ahlussunnah wal jama’ah.
Keyakinan-keyakinan
di dalam kitab suci itulah yang menyebabkan kelompok sesat Syi’ah memposisikan
keberadaan mereka masuk kedalam golongan musyrik dan sekaigus keluar dari
Islam. Berikut diantaranya
;
Dunia dan segala
isinya adalah milik imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa
saja yang dikehendaki dan akan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki.
(Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulainy, cet. India)
Ali bin Abi Thalib
diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai zat yang pertama
dan yang terakhir, yang dzahir dan yang bathin sebagaimana termaktub dalam QS.
al-Hadiid, 57:3. (Rijaalul Kashi, hal. 138)
Para imam Syi’ah
merupakan wajah Allah, mata Allah, dan tangan-tangan Allah yang membawa rahmat
bagi para hamba Allah. (Ushulul Kaafi, hal.83)
Amirul mu’minin Ali
bin Abi Thalib dikatakan sebagai wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka,
memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui
yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci yang terjadi
dahulu dan yang ghaib. (Ushulul Kaafi, hal.84)
Keinginan imam
Syi’ah adalah keinginan Allah juga. (Ushulul Kaafi, hal.278)
Ustadz Abu Jibriel
AR di akhir penjelasan memberikan solusi untuk menghadapi virus agama sesat Syi’ah,
yakni dengan kembali kepada dua perkara yang sudah diwariskan oleh Rasulullah
SAW., yakni kembali kepada Al-Qur’an dan As Sunnah.
Ustadz Farid Okhbah,
membongkar Syi’ah dan tokoh-tokohnya
Dalam kesempatan
kedua, Ustadz Farid Akhmad Okhbah mengawali penjelasannya tentang Syi’ah dengan
menyatakan mahalnya harga sebuah kebenaran, melebihi oksigen dan air yang kita
pergunakan sehari-hari.
Menurut Ustadz
Farid, Syi’ah adalah kelompok sesat, menyimpang, karena mereka mengikuti jalan
orang-orang yang membuat dosa (sabilul mujrimien). Hal ini dikarenakan Syi’ah
menentang jalan para sahabat-sahabat Rasulullah SAW., dan mengikuti jalan
orang-orang mujrimin (orang-orang berdosa), sebagaimana firman Allah SWT.,
dalam Al Qur’an Surat An Nisa (4) : 115.
“Dan barangsiapa
yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali.”
Dalam kesempatan
tersebut, Ustadz Farid Akhmad Okhbah, juga mengulas awal terbentuknya kelompok
sesat Syi’ah, sejarah kelam kelompok yang sudah malang-melintang dalam merusak
dan mengikis aqidah umat Islam.
Kelompok Syi’ah
memiliki sederet aksi pengkhianatan di masa lalu yang mereka atur sedemikian
rupa sehingga kelompok mereka bisa berkembang sedemikian pesat hingga
hari ini. Sebut saja pengkhianatan yang dilakukan oleh Abu Lu’luah yang
digelari Baba Syujauddin(sang pembela agama yang gagah berani) yang telah
membunuh khalifah Umar bin Khattab r.a.
Lalu dilanjutkan
dengan aksi Abdullah bin Saba’ yang berpura-pura masuk Islam dan menyebarkan
fitnah kepada kaum muslim agar memberontak kepada khalifah Utsman bin Affan ra.
Kemudian ada Sanan bin Anas an-Nakhai dan Syammar bin Dzil Jusyan yang dipimpin
oleh Ubaidillah bin Ziyad, pengikut kelompok Syi’ah yang telah membunuh Ali bin
Abi Tholib ra, Hasan, dan juga Husein.
Hingga sampai pada
sejumlah pengkhianatan yang dilakukan oleh Khomeini, pengkhianatan oleh
Hizbullah yang telah membantai ribuan warga Sunni di Palestina, serta yang
patut untuk semakin diawasi adalah kerja-sama mereka dengan Amerika dan Zionis
Israel.
Dalam kesempatan
itu, Ustadz Farid juga membeberkan tokoh-tokoh Syi’ah di negeri ini, seperti
Haidar Bagir (pimpinan grup Mizan, dan Republika), Umar Shihab (MUI), dan
Jalaludin Rakhmat (IJABI). Awalnya menurut Ustadz Farid, Syi’ah di Indonesia
bermula dari Bangil, Jawa Timur, dimana pemimpin dan penggeraknya di sana
berbai’at langsung dengan Imam Khomeini, pimpinan spiritual Syi’ah Iran ketika
itu. Selain itu juga disampaikan penyusupan-penyusupan Syi’ah ke berbagai
media, seperti Republika, Rasil AM 720, dan yang paling baru Tabloid Jum’at
yang ikut-ikutan menyebarkan ide Syi’ah dalam salah satu terbitannya.
Para peserta kuliah
umum MIAR yang bekerja sama dengan DKM Masjid M Ramadhan, Bekasi sangat puas
dengan pemaparan dan ulasan nara sumber. Pekik takbir berulang kali terdengar
mengiringi semangat para peserta untuk membentengi aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah dari serbuan virus yang sangat berbahaya, yakni Syi’ah. Allahu Akbar!