Syi'ah Houtsy di yaman adalah mega
proyek Iran,jika yaman sudah dalam genggaman maka perjalanan selanjutnya ke
haramain mekkah-madinah(saudi) lebih mudah karena yaman berbatasan langsung
secara teritorial dengan saudi.
Kenapa
yaman menjadi master plan Iran yang dikerjakan melalui tangan houtsiyyin?!
Rudal-rudal
jelajah iran belum memiliki kapasitas yang menjangkau Saudi jika dilesakkan
langsung dari Iran,Pesawat-pesawat tempur Iran(sejak diembargo) tidak memiliki
daya jangkau yang cukup untuk menembak target di saudi jika dilepaskan dari
pangkalan udara militer di Iran..
Ketika
Yaman berhasil dikuasai,Yaman akan dijadikan jembatan dan benteng pertahanan
Iran menembus Saudi,Pangkalan Udara akan dibangun dan Rudal-rudal akan diboyong
ke Yaman..
Jika
yaman sudah underhand maka tidak perlu melewati Kuwait,Qatar,UEA dan Bahrain
yang pasti tidak akan mengizinkan Pesawat tempur Iran melewati wilayah udaranya
dan jika Iran memaksa pastinya akan dicegat dengan Misil Anti pesawat..
[Lihatlah
peta Iran-Saudi]
Ketika logistik
telah memadai,Iran akan mulai melakukan provokasi militer secara massif dan
bermain melalui Tangan-tangan kedua.
Apakah Engkau masih melihat serangan
koalisi pimpinan Saudi ke yaman merupakan suatu kekeliruan?
Raja
Salman berhasil membuat Iran Majusi sibuk,hal itu akan menguras Pikiran Iran
dan menguras dana iran..sehingga proyek-proyek syiahisasi diseluruh dunia Islam
akan terkendala pasokan dana karena Iran akan sekuat kemampuan menyuplai
senjata dan amunisi mahal untuk Anak laki-lakinya yang bernama Houtsy ini..
Alutsista
militer Koalisi Pimpinan Saudi adalah Alutsista upgraded dengan Tekhnolgi
modern,yang pasti tidak akan mampu dihadapi senjata konvensional besutan
Iran.,Maka Iran perlu merogoh kocek untuk membeli senjata yang sebanding dan
menyuplaikanya ke Houtsy..
Namun,Perairan
Yaman sudah berhasil di blokir oleh Koalisi,,Alhamdulillah,,
Sebenarnya,Kemampuan
militer saudi saja sudah sangat mencukupi untuk sendirian menggempur Houtsy di
Yaman,lalu kenapa Saudi merekrut Negara teluk?
Ini adalah
perjuangan diplomasi,semakin banyak sekutu maka tekanan internasional akan
melemah,,Beda jika saudi secara munfaridan menyerang Yaman tanpa disupport
sekutu,maka tekanan diplomatik Internasional akan menguat karena menilai saudi
tak punya kawan dan dukungan..
Silahkan
di fahami,semoga tercerahkan..
Oleh: Syu'aib
muslimworldjournal.com
Arab
Saudi dan Ikhwanul Muslimin mungkin memiliki hubungan yang tidak menentu, namun
hubungan mereka jauh lebih tua daripada kebanyakan kemampuan untuk mengingat.
Dengan pemikiran ini, Raja Arab Saudi Raja Salman bin Abdul Aziz telah
mengulurkan tangan secara ramah kepada Ikhwanul Muslimin untuk memperbaiki
perbedaan pendapat di antara mereka.
Ikhwanul Muslimin
memiliki secercah harapan pertama kali ketika Menteri Luar Negeri Saudi Saud
bin Faisal mengatakan, “Kami tidak memiliki masalah dengan Ikhwanul Muslimin,
masalah kita adalah dengan sekelompok kecil orang yang berafiliasi dengan
organisasi ini.” Komentar Menteri Luar Negeri lebih jauh ditunjukkan oleh suara
tunggal dari pemerintah Raja Salman, Wakil Putra Mahkota Saudi melakukan
kunjungan resmi pertamanya ke Qatar, sebuah negara yang memberikan dukungan
penuh bagi Ikhwanul Muslimin.
Kesempatan
persahabatan itu merupakan isyarat paling kuat oleh Raja Salman sendiri ketika
ia secara resmi mengundang Syaikh Al-Azhar Mesir untuk sebuah konferensi
bersejarah mengecam terorisme, meskipun ada perbedaan ideologi. Sementara
Ikhwanul Muslimin memiliki perbedaan ideologi politik dengan Arab Saudi, Raja
telah membuat suatu indikasi untuk mencoba hal ini untuk memberikan Ikhwanul
Muslimin peran di luar politik.
Sejarah yang Dilupakan
Perlu dicatat bahwa
pendiri Ikhwanul Muslimin, Imam Hassan al-Banna, memiliki hubungan baik dengan
Arab Saudi. Ketika beberapa anggota Ikhwanul Muslimin akan dibunuh pemimpin
Mesir Jamal Abdun Nasser, Arab Saudi mengizinkan anggota Ikhwanul Muslimin ke
Arab Saudi untuk perlindungan dan pemberian kewarganegaraan kepada para
pemimpin mereka. Arab Saudi bahkan mengizinkan anggota Ikhwanul Muslimin untuk
mengontrol beberapa lembaga swadaya masyarakat di Arab Saudi.
Sayangnya setelah
bertahun-tahun dibantu Saudi, Ikhwanul Muslimin memihak revolusi Iran. Hal-hal
semakin buruk ketika Ikhwanul Muslimin mendukung Saddam Hussein ketika dia
membuat ancaman melawan Arab Saudi selama perang Teluk. Bahkan baru-baru ini
ketika Ikhwanul Muslimin mendapatkan kekuasaan di Mesir, mereka mengundang
kepemimpinan Iran, musuh bebuyutan Arab Saudi, untuk melakukan kunjungan resmi
ke Mesir. Ini ternyata menjadi batu sejarah yang panas-ingin dan dari
perspektif Saudi dipandang sebagai memutuskan persahabatan lama.
Kesempatan Baru
Para ahli telah
mengatakan bahwa tampaknya Raja Salman siap untuk melupakan masa lalu dan
mendamaikan perbedaan lama. Mereka telah menyarankan bahwa Raja berkeinginan
agar kaum Sunni di seluruh dunia untuk bersatu meskipun ada perbedaan, sesuatu
yang di banyak negara Arab dan dunia Muslim melihat sebagai langkah bijaksana.
“Ada tumbuh rasa
harapan sekarang, hal-hal yang berubah di sekitar kita dengan pemimpin baru
berkuasa dan sudah saatnya kami memiliki suara lagi dan menjelaskan kepada dunia
siapa kami sebenarnya,” kata anggota Ikhwanul Muslimin yang tinggal di Qatar
Dalam beberapa
minggu terakhir Raja Salman juga telah bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan
Nawaz Sharif dan Presiden Turki Tayyip Erdogan. Kedua negara telah menyatakan
bahwa mereka tidak pernah merasa lebih dekat dengan Arab Saudi dibandingkan
saat ini.
Saudi Akan Segera Perbaiki Hubungan Dengan Ikhwanul Muslimin
zahid – Jumat, 3 April 2015 10:00 WIB
Kantor berita Associated Press menyebut Arab Saudi akan segera
memperlunak sikapnya dengan kelompok Ikhwanul Muslimin untuk mencegah pengaruh
Syiah Iran yang terus meluas di kawasan Timur Tengah.
Analisis ini dikeluarkan
Associated Press menanggapi pengaruh Iran yang terus meluas di kawasan paska
berhasil menguasai Irak dan Suriah.
Kantor berita kenamaan
asal Amerika Serikat ini memprediksi bahwa langkah perbaikan hubungan
Saudi-Ikhwan bukan tanpa halangan, tentunya langkah ini dapat menyebabkan
gesekan dalam koalisi regional dalam perang melawan pemberontak Syiah Houthi di
Yaman, khususnya dengan Mesir yang mencap kelompk tersebut sebagai organisasi
teroris.
Senada dengan kantor
berita Associated Press, seorang analis politik AS Brian Downing mengatakan,
“Alasannya adalah sederhana, pemerintah baru di bawah Raja Salman mungkin merasa
bahwa cara lama yang diterapkan Saudi lama tidak bekerja.”
Brian Downing menambahkan,
“Sudah saatnya hubungan Saudi-Mesir memasuki tahap baru.”
Sementara itu mantan
anggota Dewan Syura Saudi Muhammad Zulfa mengatakan bahwa hubungan Saudi-Turki
adalah yang terbaik, “Kedua negara memiliki tujuan yang sama yaitu mempersempit
pengaruh Iran di kawasan.”
“Ini berarti perbaikan
hubungan antara Saudi-Turki-Qatar, dan tentunya berimbas kepada Ikhwanul
Muslimin,” tambah Muhammad Zulfa. (Rassd/Ram)