Oleh: Abu Husein At-Thuwailibi
Hari Asyuro’ yang bertepatan dengan tanggal 9 dan 10 Muharram
yang di syari’atkan berpuasa di dalamnya untuk menyelisihi Kaum Yahudi yang
berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja,yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ.
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa
pada bulan Allah yakni Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah
shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim di nomor 1163 dari Sahabat Abu Hurairah
Radhiyallahu’anhu).
Hati-hati di hari Asyuro’, ada kelompok sesat yang mengajak ummat
Islam untuk melaksanakan sebuah ritual sejenis perayaan atau ibadah yang
menyerupai kaum Nashrani dan Majusi,yang didalamnya mereka memukul-mukul badan,
bersedih dan berduka, menangisi dan mengingat-ingat kematian cucu Rasulullah
Al-Husein Bin Ali Radhiyallahu’anhuma di padang Karbala’, mereka adalah
Ar-Raafidhatul-Majuus, yakni aliran sesat Syi’ah Rafidhah Neo Majusi.
Mereka mengutuk para Sahabat Nabi dan ummahatul-Mukminin sambil
membangkitkan duka lara serta kesedihan atas kematian Sayyid Husein Bin ‘Ali
Radhiyallahu’ahuma yang syahid di padang Karbala’ akibat pengkhianatan anak
cucu keturunan Abdullah Bin Saba’.
Sehingga, mengenai hari Asyuro'; di mana Al-Imam Husein Bin ‘Ali
Syahid di Karbala’ akibat di bunuh dan dibantai oleh Kaum Syi’ah, maka Habib
Abdullah Al-Haddad berkata:
اما عاشوراء فانما هو يوم حزن لا فرح فيه ، من ان قتل حسين كان فيه
، ولم يصح فيه اكثر من انه يصام ويوسع فيه على العيال ، ولكنه في نفسه يوم فاضل .
“Adapun Asyuro, maka hari itu hanya meniadi
hari sedih dan tidak ada kebahagian di dalamnya karena mengingat terbunuhnya
Sayyidina Husein di hari itu. Namun tidak dibenarkan pada hari itu ritual yang
lain melebihi dari berpuasa dan tausi’ah (memberi belanja lebih pada keluarga)
karena pada dasarnya hari itu sendiri adalah hari yang utama.” (Kitab Tatsbitul Fu’ad halaman 223).
Intinya, pada hari Asyuro’ (yakni tanggal 9 dan 10 Muharram)
yang bertepatan dengan Syahidnya Imam kami Imam Husein Radhiyallahu’anhu, maka
Kami para pengikut Ahlul Bait melakukan tiga ‘amalan didalamnya:
1. Berpuasa selama dua Hari pada tanggal 9 dan 10 sebagaimana
hadits baginda Nabi.
2. Tausi’ah, yakni memberi belanja lebih pada keluarga.
3. Mengenang syahidnya Sayyiduna Syabaabi Ahlil-Jannah Husein
Bin ‘Ali Radhiyallahu’anhuma yang dibunuh dan dibantai akibat pengkhianatan
Syi’ah Kufah di padang karbala’ dengan mengucapkan firman Allah “Innaa Lillahi
Wa Inna Ilaihi Raaji’uun”.
Adapun perayaan-perayaan dan ibadah-ibadah atau ritual-ritual
selain ini; seperti Ruwatan, kendurian, atau berteriak-teriak “Labbaika Yaa
Husein” sambil memukul-mukul badan sebagaimana yang dilakukan oleh anak cucu
Abdullah Bin Saba’ Al-Yahud, maka hal ini TIDAK KAMI KENAL SEBAGAI AJARAN AHLUL
BAIT DAN PARA HABAIB, melainkan adat dan tradisi kaum Majusi.
أشهد أن لا ﺎﻟہ الا اَللّهُ ۆأشهد أن محمدا رسۆل اَللّهُ
اللهم صل و سلم و بارك و كرم على سيدنا و حبيبنا و شفيعنا و قرة
اعيننا سيدنا محمد وعلى اله و صحبه و سلم
Allahu A’lam.
(arrahmah.com)