Monday, May 18, 2015

Tanggapan Atas Artikel “Distorsi Sejarah dalam Serial Muawiyah, Hasan dan Husein”

Saya menemukan artikel menarik dari situs Syiah IRIB atau Iran Indonesian Radio yang mengkritisi serial film Muawiyah, Hasan dan Husein.  Saya berharap artikel tersebut bisa menjadi bahan perbandingan dari artikel yang saya tulis juga tentang Serial Serial Muawiyah, Hasan dan Husein. Artikel tersebut terdiri dari dua bagian, bagian pertama saya dapatkan dari situs IRIB yang bisa anda lihat disini, dan bagian kedua saya dapatkan dari sebuah blog disini.
Berikut ini tanggapan saya untuk artikel tersebut:
Produsen film pada langkah awal berusaha membersihkan figur-figur jahat dalam sejarah seperti Muawiyah dan Yazid. Berbeda dengan yang digambarkan dalam film ini,  kedua figur yang ingin dibersihkan adalah orang-orang yang oleh sejarah dikukuhkan sebagai pembunuh dua cucu kesayangan Nabi Saw, perampas kekhalifahan umat Islam dan yang paling bertanggung jawab dalam perubahan alur sejarah umat ini.
Penulis naskah maupun sutradara film berusaha keras untuk menyembunyikan fakta permusuhan Muawiyah dan Nabi Umayyah terhadap keluarga Nabi Saw, padahal kisah permusuhan itu adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan. Mohammad Hoseein Rajabi Davani, peneliti sejarah Islam mengatakan, “Serial ini mengesankan Muawiyah yang telah menyimpangkan sistem kekhalifahan Islam dari jalurnya sebagai figur yang baik. Sementara, sumber-suber otentik sejarah tak pernah mengenal Muawiyah seperti yang digambarkan itu. Bahkan, serial ini melupakan peran utama Yazid dalam tragedi Karbala dan pembunuhan atas Imam Husein, keluarga dan para sahabatnya. Serial ini secara jelas telah melakukan distorsi sejarah untuk kepentingan kelompok dan aliran pemikiran tertentu.”
Tanggapan:
Seluruh kitab Ahlus Sunnah yang membahas aqidah pasti di dalamnya terdapat pembahasan mengenai Ahlul Bait Nabi saw. Hal ini menunjukkan pentingnya permasalahan ini, sehingga para ulama membahasnya dalam buku aqidah yang menyangkut keyakinan kaum muslimin. Sebagian ulama ada pula yang menyusun buku khusus yang membahas masalah Ahlul Bait.
 Inti keyakinan Ahlus Sunnah terhadap Ahlul bait adalah sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam Aqidah Washitiyyah melalui bahasan yang singkat. Dalam buku itu beliau menjelaskan: “Mereka mencintai Ahlul Bait Nabi saw. Mengangkat mereka pada kedudukan terhormat, menjaga wasiat Rasulullah saw mengenai diri mereka sebagaimana sabda beliau pada hari Ghadir Khum: “Kuperingatkan kalian kepada Allah berkaitan Ahlul Baitku”
 Rasulullah saw juga bersabda pada pamannya, al-Abbas ra. Ketika itu mengadu kepada beliau bahwa beberapa orang Quraisy bersikap kasar terhadap Bani Hasyim: “Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya, mereka belum beriman sehingga mereka mencintai kalian karena Allah dan karena (kalian adalah) kerabatku”.
Selain itu Ibnu Katsir juga menyebutkan dalam kitabnya Al-Bidayah wan Nihayah satu riwayat yang menyatakan kemesraan hubungan antara Muawiyah dan Ali yaitu ketika Muawiyah menangis dan bersedih atas kematian Imam Ali.
Jarir bin ‘Abdul Hamiid berkata dari Mughirah yang berkata “ketika kabar terbunuhnya Ali sampai kepada Muawiyah, maka ia menangis. Kemudian istrinya berkata “engkau menangisinya padahal engkau memeranginya”. Muawiyah berkata “celaka engkau, engkau tidak mengetahui bahwa orang-orang telah kehilangan seorang yang utama, faqih dan alim [Al Bidayah Wan Nihayah Ibnu Katsir 11/429]
Riwayat di atas juga disebutkan oleh Ibnu Asyakir dalam tarikh-nya dengan lengkap.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad Thaahir bin Sahl yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Hasan bin Shashraa telah menceritakan kepada kami Abu Manshur Al ‘Ammaariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Qaasim As Saqathiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ishaq As Suusiy yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’id bin Mufadhdhal yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Haasyim dari ‘Ali bin ‘Abdullah dari Jarir bin ‘Abdul Hamiid dari Mughirah yang berkata “ketika kabar terbunuhnya Ali sampai kepada Muawiyah maka ia menangis dan mengucapkan istirja’. Istrinya berkata “engkau menangisinya padahal engkau dahulu memeranginya”. Muawiyah berkata kepada istrinya “celaka engkau, engkau tidak mengetahui bahwa orang-orang telah kehilangan orang yang utama, faqih dan alim [Tarikh Ibnu Asakir 59/142]
                                                                      *****
Di sisi lain, serial ‘Muawiyah, Hasan dan Husein’ mengangkat sebuah kisah dusta dan riwayat palsu tentang Syiah dengan tujuan menciptakan perselisihan di tengah umat Islam. Dikisahkan dalam film ini bahwa Syiah adalah aliran yang kehadirannya dibidani oleh sosok manusia bernama Abdullah bin Saba’.
Tanggapan:
Alasan mereka menolak figur Abdullah bin Saba karena berita tentangnya dikutip dari buku sejarah tulisan Ath-Thabari melalui jalur Saif bin Umar At-Tamimi yang dikenal sebagai perawi lemah, suka berdusta dan tidak bisa dipercaya. Saif bin Umar At-Tamimi memang dinyatakan lemah dan haditsnya tidak dapat dipercaya oleh ulama, tetapi dalam masalah yang berhubungan dengan hukum syariah, bukan dalam bidang sejarah.
Dan berita tentang Abdullah bin Saba tidak hanya diriwayatkan melalui jalur Abdullah bin Saif At-Tamimi saja, Abu Amr Muhammad Ibnu Umar Al-Aziz Al-Kasyi telah meriwayatkan tujuh jalur tentang Abdullah bin Saba tanpa melalui jalur Saif bin Umar At-Tamimi yang dianggap lemah itu. Selain itu, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam bukunya Lisan Al-Mizan jilid III hal 289-290 yang terbit tahun 1330 H meriwayatkan enam jalur yang juga tanpa melalui jalur Saif bin Umar At-Tamimi. Maka berdasarkan keterangan di atas, alasan untuk menghilangkan figur Abdullah bin Saba dari panggung sejarah tidak dapat dipertahankan.
Di atas telah saya sebutkan salah seorang ulama Syiah yang bernama Murtadha Al-Askari, ia menulis buku berjudul Khamsuun wa Mi’ah Shahabi Mukahtalaq yang menyebutkan 150 sahabat yang dianggap dibuat-buat oleh Saif bin Umar.
Penulis buku ini menyebutkan seidaknya ada tiga sebab mengapa Saif bin Umar membuat-buat nama sahabat tersebut; pertama, ta’ashub kepada kabilah bani Tamim, yang mendorongnya membuat nama-nama palsu dari bani Tamim, lalu menyebutkan mereka sebagai pahlawan dan pejuang islam. Kedua, tuduhan Ibnu Hibban bahwa Saif bin Umar sebagai orang zindiq dan ketiga, Saif dinilai dhaif oleh kebanyakan krtikius hadits.
Tentang sebab kefanatikan Saif bin Umar kepada bani Tamim, memang terkadang Saif lebih mengutamakan riwayat yang berasal dari kabilahnya. Dalam hal ini ahli sejarah menerapkan kaidah التساهل في رواية الأخبار والتشدد في رواية الحديث terhadap Saif, terlebih ahli sejarah seperti Az-Zahabi dan Ibnu Hajar tidak menganggap dia sebagai pendusta dan penipu seperti yang digambarkan Murtadha Al-Askari.
Sekiranya ahli sejarah itu menerapkan syarat-syarat seorang perawi hadits kepada perawi sejarah niscaya akan banyak kekosongan dalam kajian sejarah islam, karena banyak dari mereka yang tidak sampai kepada derajat Tsiqah atau terpercaya.
Tentang tuduhan zindiq, hal itu disebabkan pandangan Ibnu Hibban ketika Saif bin Umar meriwayatkan berita Abdullah bin Saba’ secara sendirian (infarada), Abdullah bin Saba’ hanyalah bualan Saif bin Umar. Namun sebagaimana penjelasan di atas bahwa ada riwayat lain dari Al-Kaasyi dan Ibnu Hajar yang menyebutkan keberadaan Abdullah bin Saba’ dalam sejarah.
Terakhir, jika kita menolak riwayat-riwayat dari Saif bin Umar karena haditsnya dhaif atau karena ta’ashub kabilah dan riwayat perawi sejarah yang lain seperti Abu Mikhnaf dan Abu Ma’syar As-Sundi juga karena kedhaifan mereka. Lalu apa yang tersisa dari sejarah??? Sungguh metode salaf dalam merespon riwayat sejarah benar-benar agung.

Di akhir pembahasan ini perlu saya ingin menyinggung wawancara dengan surat kabar Mesir Al Masry Al Youm dengan ulama kontemporer zaman ini, Yusuf Qardhawi, ketika ditanya mana yang lebih berbahaya, Wahhabi atau Syiah. Qaradawi memberikan kritikan singkat namun pedas terhadap Islam Saudi, kemudian mengungkapkan bahaya Syiah.
“Mereka Muslim, namun mereka memasukkan (gagasan baru ke dalam Islam) dan yang membahayakan adalah upaya mereka menginvasi masyarakat Sunni. Mereka siap melakukannya karena mereka punya kekayaan miliaran dan banyak kader yang telah terlatih untuk menyebarkan ajaran Syiah di negara-negara Sunni,” katanya.
“Amat disayangkan, saya baru-baru ini menemukan ada Syiah di Mesir. Sepuluh tahun lalu mereka tidak akan berhasil melakukan penyebaran. Tapi, sekarang mereka ada di surat kabar, televisi, dan secara terang-terangan memperlihatkan keyakinan Syiah. Kaum Siah menyembunyikan keyakinan mereka, dan itulah yang harus kita waspadai. Kita harus melindungi masyarakat Sunni dari invasi Syiah.”
NB:
Kalangan Syiah membuat fans page untuk menolak serial Muawiyah, Hasan dan Husain. Bisa anda lihat di http://www.facebook.com/Crimes.Muawiyah