Pemerhati urusan Iran, Dr.
Nabil Atum, berpendapat bahwa persaingan dan konflik Iran dan negara-negara
Arab, ternyata tidaklah terjadi hanya di bidang militer, geografi dan keamanan
saja. Namun, juga terjadi di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Hal ini sejalan dengan kajian dilakukan oleh pengamat Yordania,
yang juga memperhatikan persamaan Iran dan Israel dalam sistem kurikulum
pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah negeri, dalam hubungannya dengan
bangsa Arab.
Dr. Nabil Atum, dalam kajiannya pada buku-buku sekolah di Iran
mendapati bahwa sistem pendidikan Iran, secara resmi menggambarkan bangsa Arab
itu pembohong, kurang akhlak dan tidak berbudaya luhur. Kajian beliau mencakup
lima buku yang memuat empat ribu halaman.
Kajian Dr. Nabil Atum ini didasari oleh besarnya perhatian
orang-orang Iran untuk mengkaji kepribadian bangsa Arab dan capaian yang telah
diperolehnya, dengan merujuk pada buku-buku yang di keluarkan pemerintah Iran.
Kaum muslim harus mengkaji dan mengkritisi buku-buku sekolah Iran,
dalam semua jenjang pendidikan(SD, SMP, SMA), terlebih bahwa materi yang
terdapat dalam buku-buku tersebut sudah diterima secara luas di Iran dan
negeri-negeri yang berada di bawah pengaruhnya.
Syiar-syiar revolusi Iran yang terdapat dalam buku tersebut, yakni
tentang wihdah islamiyah yang dicanangkan oleh Imam Khomaeni, 1979 tahun lalu,
ternyata justru upaya untuk memecah belah umat islam dan bukan menyatukannya.
Bukan persatuan islam yang dinginkan Khomaeni, melainkan persatuan Syiah
Rofidloh untuk memerangi muslim ahlus sunnah. Na’udzubillah mindzalik.
Permusuhan Iran pada bangsa Arab yang digambarkan dalam buku-buku
resmi ini bertujuan untuk memengaruhi dan membentuk pola pikir dan
perilakurakyat Iran, termasuk sikapnya dalam masalah politiknya regional maupun
global. Buku ini berusaha membentuk pemikiran pelajar Iran “Bangsa Arab
memiliki permusuhan yang sangat dalam pada bangsa Iran, Permusuhan abadi yang harus
selalu diwaspadai.” Ujarnya.
Masih menurut Dr. Nabil Atum, bahwa didalam buku tersebut Iran
sengaja menggambarkan bangsa Arab jelek, buruk perangai tidak berperadaban.
Namun, pada saat yang sama, pujian setinggi langit pada bangsa Persia begiitu
nampak nyata. Hal ini akan membentuk pola pikir pelajar yang akan sulit untuk
merubahnya di masa yang akan datang.
Iran sengaja dalam kurikulum pendidikannya mengabaikan hal-hal
positif bangsa Arab, barangkali itu dilakukan karena metode penyusunannya yang
berusaha agar isi buku tersebut sejalan dan tidak menyimpang dari semangat
revolusi Iran, agama syiah dan nasionalisme Iran.
Buku-buku sekolah di Iran penuh dengan kebohongan terhadap hakikat
sejarah, khususnya sejarah islam dan Arab, yang akan membuat pembacanya
disuguhi berbagai kebohongan tentang keburukan, kejahatan dan penghinaan
terhadap bangsa Arab. Mereka tiadak membuka ruang dialog pada rakyatnya, yang
memungkinkan terbukanya hakikat Arab dan agama Islam yang sebenarnya.
Pengaruh Negatif Pada Pelajar Iran
Sikap resmi pemerintah Iran dalam sistem pendidikannya berpengaruh
negatif pada para pelajar Iran dalam hubungannya dengan dunia Arab, yakni
membuat pemuda dan rakyat Iran memendam kebencian dan permusuhan pada bangsa
Arab.
Buku-buku ini banyak menyebutkan sejarah kelam hubungan Iran dan
Arab (Islam Ahlus Sunah). Ironisnya, prespektif buruk selalu diarahkan pada
Arab dan Ahlus Sunah dan yang baik ada pada bangsa Iran dan agama Syiah
Rofidlohnya.
Ditanamkan dalam benak pemikiran rakyat Iran bahwa bangsa Arab
dalam sejarahnya merupakan bangsa yang memerintah dan berkuasa dengan
menggunakan pedang (kekerasan), sebuah bangsa yang merendahkan wanita.
Gambaran buruk tentang Arab ini membuat darah pemuda Iran mendidih
sampai ke ubun-ubun, sehingga mereka berazam untuk siap mengorbankan segalanya
untuk negaranya dalam melawan kejahatan bangsa Arab.
Di forum internasional, para pemimpin Iran selalu mengumandangkan
semangat dialog dan mengedepankan maslahah, namun yang terjadi, dalam sistem
pendidikannya, kebencian dan penghinaan pada bangsa Arab (Islam Ahlus Sunah)
dilakukan secara sistematis.
Mungkinkah ini karena mereka menerapkan konsep taqiahnya pada
bangsa Arab yang umumnya kaum muslim ahlus sunah?Jika tidak ada perubahan, maka
menjadi jelas bagi kita bahwa sitem pendidikan Iran akan melanggengkan
pemahaman dan sikap permusuhan penuh kebencian pada bangsa Arab.
Para pelajar Iran umunya bersikap sesuai dengan apa yang mereka
pelajari di sekolahnya. karenanya, mereka gagal dalam berhubungan baik dengan
banga arab, perasaannya selalu resah, takut dan tidak memiliki tsiqoh, meskipun
arab itu muslim.
Sekolah-sekolah Iran hanya melahirkan orang-orang yang membenci
Arab, muslim ahlus sunah. Pandangan mereka bahwa bangsa Arab merupakan
sekumpulan kaum terbelakang, madzhabnya salah dan kebudayaanya tidak bisa
diharapkan.
Dr. Nabil Atum mengatakan bahwa bangsa Iran dalam kajian
sejarahnya berpegang pada dokumen yang menegaskan bahwa mereka berada di pihak
bangsa Portugis (katholik, ahlu kitab) dan Cina (musyrikin) dalam perang
melawan Arab (muslim ahlus sunah) sepanjang sejarah mereka.
Buku-buku sejarah Iran menegaskan bahwa bangsa Persia telah lebih
dulu berkorban untuk membela islam yang hakiki, mereka percaya bahwa mereka
faktor kunci perubahan dunia, yang akan membebaskan manusia dari kegelapan.
Para pelajar Iran selalu dicekoki dengan anggapan penuh kebohongan ini, bahwa
bangsa Arab, muslim ahlus sunah lah yang menjadi pengahalang utama keberhasilan
cita-cita mereka.
Penulis:
Anis Fatah