Kamis, 13 Agustus 2015 -
10:42 WIB
Dari sekian banyak guru
itulah beliau menimba ilmu dan menempa diri sampai sebagai seorang ‘alim yang
kaya karya.
Oleh: Qosim Nursheha
Dzulhadi
SYEIKH Wahbah ibn
Mustafa al-Zuhaili (1932-8 Agustus 2015) adalah salah seorang ulama’ Sunni yang
memiliki kontribusi besar terhadap Islam, khususnya di Suriah dan Timur Tengah.
Namanya harum mewangi di dunia Islam melalui kiprah, dakwah, dan karyanya.
Kiprahnya dalam bidang fiqh begitu hebat, karena dinobatkan sebagai
salah satu pakarnya: di Mekkah, Jeddah, India, Amerika, dan Sudan. Bahkan di
Universitas Damascus beliau adalah ketua Jurusan Fiqih Islam. Itu semua
menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang faqih yang mumpuni sampai
disegani.
Guru Syeikh Wahbah dan Karyanya
Kedalaman dan ketinggian
Syeikh Wahbah tidak dapat dilepaskan dari sosok guru-gurunya yang penting. Di
Damascus beliau belajar kepada: Syeikh Mahmud Yasin (guru Hadits), Mahmud
al-Rankusi (guru ‘Aqidah), Hasan al-Syatha (guru Fara’idh), Hasyim
al-Khathib (guru Fiqih Syafi’i), Luthfi al-Fayyoumi (guru Ushul
al-Fiqh dan Musthalah al-Hadits), Syeikh Ahmad al-Sammaq (guru Tajwid),
Abu al-hasan al-Qushab (guru Nahwu-Sharaf), Syeikh Hasan Habanakah dan
Syeikh Shadiq Habanakah al-Maidani (guru Tafsir), Syeikh Shalih al-Farfur
(guru Bahasa Arab,seperti: Balaghah dan Sastra), Syeikh
Hasan al-Khathib, Syeikh ‘Ali Sa’d al-Din, Syeikh Subhi al-Khaizuran, dan
Syeikh Kamil al-Qushar (guru Hadits), Syeikh Jawdat al-Mardini (guru Retorika),
Syeikh Rasyid al-Sathi dan Prof Hikmat al-Sathi (guru Sejarah dan Akhlaq),
Syeikh Nazhim Mahmud Nusaimi, Syeikh Mahir Hammadah, dan banyak lagi (guru Kimia,
Fisika, Bahasa Inggris, dan ilmu-ilmu kontemporer lainnya).
Sementara di Mesir beliau
belajar kepada ulama-ulama besar, seperti: Syeikh Mahmud Syaltut (mantan Grand
Sheikh Al-Azhar), Syeikh ‘Abdurrahman Taj, Syeikh ‘Isa Mannun Ramadhan (guruFiqih
Syafi’i), Syeikh Mahmud ‘Abd al-Dayim (guru Fiqih Syafi’i), Syeikh
Musthafa ‘Abd al-Khaliq dan saudaranya Syeikh ‘Abd al-Ghani ‘Abd al-Khaliq
(guru Ushul al-Fiqh), Syeikh ‘Utsman al-Maraziqi dan Syeikh Hasan Wahdan
(guru Ushul al-Fiqh), Syeikh al-Zhawahiri al-Syafi’i (guru Ushul
al-Fiqh), Syeikh Musthafa Mujahid (guru Fiqih Syafi’i), Syeikh Muhammad
Abu Zahrah, Syeikh ‘Ali al-Khafif, Syeikh Muhammad al-Banna, Syeikh Muhammad
Zafzaf, Syeikh Sallam Madkur, Syeikh Faraj al-Sanhuri (guru Studi
Islam/Dirasat Islamiyyah, dan Fiqih Perbandingan (Fiqh Muqaran),
Ushul al-Fiqh).
Dari sekian banyak guru
itulah beliau menimba ilmu dan menempa diri sampai sebagai seorang ‘alim yang
kaya karya. Karena dia, secara umum diakui, merupakan seorang ulama’ yang pakar
dalam tiga cabang ilmu penting: fiqih, hadits, dan tafsir. Menurut hitungan
sementara, beliau telah menulis 75 buku. Diantaranya 4 ensklopedi. Dan terbitan
lainnya, yang mencapai 120 jilid, dan 5000 halaman. (http://www.islamist-movements.com/30764,
Rabu, 12/08/2015).
Dalam bidang Fiqh dan Ushul
al-Fiqh seorang ‘alim yang mendapat gelar “Imam al-Suyuti abad ini”
menulis beberapa buku penting, seperti: Atsar al-Harb fi al-Fiqh
al-Islami, al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, Ushul al-Fiqh al-Islami, al-Fiqh
al-Islami wa Adillatuhu (11 Jilid), Mausu’at al-Fiqh al-Islami
al-Mu’ashir (8 Jilid), Masu’at al-Fiqh al-Islami wa al-Qadhaya
al-Mu’ashirah (14 Jilid), Qadhaya al-Fiqh wa al-Fikr al-Mu’ashir (3
Jilid), al-Fiqh al-Islami fi Uslubihi al-Jadid, Tajdid al-Fiqh
al-Islami, Nazhariyyat al-Dhaman fi al-Fiqh al-Islami, al-Kitab al-Fiqhi
al-Jami’i, Ushul al-Fiqh al-Hanafi, al-Fiqh al-Syafi’i al-Muyassar, al-Fiqh
al-Hanafi al-Muyassar, al-Fiqh al-Hanbali al-Muyassar, al-Fiqh al-Maliki
al-Muyassar, al-Wasith fi Ushul al-Fiqh, Nazhariyyat al-Dharurah fi
al-Syari’ah, al-‘Uqubat al-Syar’iyyah wa Asbabhuha (bersama Dr. Ramadhan
‘Ali al-Sayyid), al-Dhawabith al-Syar’iyyah li al-Akhdz bi Aysar
al-Madzahib, al-Rukhash al-Syar’iyyah: Ahkamuha wa Dhawabithuha, al-Ahkam
al-Dharuriyyah wa al-Qath’iyyah fi al-Islam, Qawa’id al-Fiqh al-Hanbali, pengantar
dan tahqiq kitabNayl al-Authar karya Imam al-Syaukani, Hiwar
Haula Tajdid al-Fiqh al-Islami, al-Usrah al-Muslimah fi al-‘Alam al-Mu’ashir,
al-Masharif al-Islamiyyah, al-‘Uqud al-Musammah fi Qanun al-Mu’amalat
al-Madaniyyah al-Imarati wa al-Qanun al-Madani al-Urduni, al-Mu’amalat al-Maliyah
al-Mu’ashirah, al-Iqtishad al-Islami, Fatawa Mu’ashirah, al-Wudhu’ wa al-Shalah
‘ala al-Madzhab al-Maliki, danAhkam al-‘Ibadat li al-Nasyi’ah.
Dalam bidang hadits
karya-karya beliau sangat banyak, yaitu: Takhrij dan Tahqiq hadits-hadits
dalam kitab Tuhfat al-Fuqaha’ karya Imam al-Samarqandi, Tahqiq dan Takhrij hadits-hadits
kitabJami’ al-‘Ulum wa al-Hikam karya al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, Tahqiq,
Takhrij, dan Iktishar kitabal-Anwar fi Syama’il al-Nabiy
al-Mukhtar karya Imam Muhy al-Sunnah al-Baghawi, Taqdim danTahqiq kitab Syarh
Muslim karya Imam al-Nawawi, al-Ahadits al-Nabawiyyah li al-Nasyi’ah.
Sementara dalam bidang tafsir
dan Ulum Al-Qur’an karyanya sangat luar biasa, seperti: al-Qisshah
al-Qur’aniyyah, al-Qur’an al-Karim Bunyatuhu al-Tasyri’iyyah wa Khasha’ishuhu
al-Hadhariyyah, al-Mausu’ah al-Qur’aniyyah al-Muyassarah, al-Tafsir al-Munir fi
al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj (16 Jilid), al-Tafsir
al-Wajiz, al-Tafsir al-Wasith (3 Jilid), al-Muwazanah bayna al-Qur’an
wa al-Sunnah fi al-Ahkam, dan Qawa’id al-Akhlaq fi al-Qur’an al-Karim (2
Jilid).
Selain tiga bidang ilmu yang
beliau pakar di dalamnya, karyanya dalam bidang yang lain tidak dapat
dinafikan. Dalam perbandingan agama dapat dibaca karyanya yang berjudul al-Ushul
al-‘Ammah li Wahdat al-Din al-Haqq. Dalam Aqidah, Syeikh Wahbah menulis buku
penting yang bertajuk Ushul al-Iman wa al-Islam. Sedangkan dalam
biografi, beliau menulis kitab al-Imam al-Syafi’i dan al-Mujaddid
Jamaluddin al-Afghani.*
DALAM wacana-wacana
kontemporer, seperti dalam masalah politik dan HAM, karya-karyanya adalah: al-Islam
Din al-Jihad La al-‘Udwan, al-Istinsakh Jadal al-‘Ilm wa al-Din wa al-Akhlaq,
Huquq al-Insan fi al-Islam, al-Qanun al-Duali al-Insani fi al-Islam (bersama
penulis yang lain),al-‘Alam al-Islami fi Muwajahat al-Tahaddiyyat
al-Gharbiyyah, al-Islam wa al-I’aqah, Musykilat fi Thariq al-Nuhudh, al-‘Ilaqat
al-Dawliyyah fi al-Islam: Muqaranat bi al-Qanun al-Dauli al-Hadits, Haqq
al-Hurriyyah fi al-‘Alam, dan Nizham al-Islam.
Maka, dapat dikatakan bahwa
Syeikh Wahbah adalah seorang ulama yang benar kaya karya. Karena beliau
tercatat sebagai salah seorang penulis yang amat produktif. Maka sangat wajar
beliau mendapat gelar “Imam al-Suyuthi Abad Ini”. Akhirnya, beliau wafat pada
hari Sabtu, tanggal 23 Syawwal 1436 H/8 Agustus 2015 M dengan meninggalkan
warisan Nabi itu: ilmu. Sehingga Syeikh ‘Aidh al-Qarni memberi doa dan pujian, “Semoga
Allah mengampuni beliau. Saya telah banyak bertemu dengannya di berbagai
muktamar dan diskusi ilmiah. Sungguh, beliau adalah seorang alim, muhaqqiq,
berwibawa, cinta kebaikan bagi umat Islam dan tidak pernah menyakiti siapapun.” Sementara
Syeikh Dr. Salman al-‘Audah menyatakan pula, “Saya mengenalnya sebagai
seorang penulis. Saya pun ikut majelisnya dan menyertainya dalam berbagai acara
(program). Sungguh, beliau adalah seorang yang “ensiklopedik”, tenang, sangat
pencemburu terhadap umat ini. Ya Allah, angkatlah derajatnya di surga.”
Syeikh Wahbah dan Syi’ah
Jika Syeikh Wahbah adalah
seorang ulama Sunni yang dikenal luas ilmunya, lantas apakah beliau punya sikap
tegas terhadap Syi’ah? Jawabannya adalah: Ya. Sikapnya sangat tegas.
Pertama, kritiknya yang
begitu pedas terhadap pemerintahan diktator di Suriah. Sementara Syi’ah memang
dikuasai oleh Syiah.
Kedua, kritiknya
terhadap Syi’ah beliau lancarkan di Muktamar Doha yang mengulasa tentang ‘Dialog
antara Mazhab Islam’ pada tahun 2007, di Qatar. Beliau ketika itu mengkritik
selah seorang dewan penasehat kebudayaan Iran di Damascus. Beliau meminta
supaya Iran berhenti untuk menyebarkan “tasyayyu’ (paham Syi’ah) di
negara-negara Sunni” (muthaliban bi dharurat tawaqquf Iran ‘an nasyr “tasyayyu’
fi al-bilad al-sunniyyah”.
Beliau menguatkan
pandangannya dengan peristiwa penting yang terjadi di kota Tel Abidh, sebelah
utara al-Raqqah. Ketika itu terjadi perselisihan penduduknya dengan kaum Sunni
dengan sebagian penganut Syi’ah. Ketika itu kaum Syi’ah meminta Hasan Nasrallah
untuk ikut campur dalam masalah tersebut. (http://www.enabbaladi.org/archives/40887,
Rabu, 12/08/2015). Bahkan, etua aliansi nasional Suriah, Khalid Khaujah juga
menyatakan bahwa Syeikh Wahbah memiliki sikap tegas dalam menghadang gerakan
Iran-Syi’ah di Suriah. (https://www.zamanalwsl.net/news/63230.html,
Rabu, 12/08/2015).
Beliau juga mengkritik bahwa
Iran telah “merayu” penduduk di sana untuk masuk ke dalam Syi’ah. Buktinya,
ratusan orang Suriah di Dir al-Zur, al-Ruqqah, Dar’a, daerah al-Ghutah, dekat
Damascus, telah terjebak dalam “iming-iming” Syi’ah dan masuk ke dalam Syi’ah.
Ini dapat dibuktikan dengan laporan jurnalis pada 31 Oktober 2006 di London.
Karena kritik “pedas” yang
dilancarkannya kepada aktivitas Iran-Syi’ah di Suriah, Syeikh Wahbah sampai
dipanggil dua kali melalui intelijen Suriah: Pertama, pertama ke
kantor intelijen militer dan kedua,dipanggil ke kantor Kemananan Politik (al-Aman
al-Siyasi). Kemudian beliau diperingatkan dengan keras (tahdzir) oleh
pemerintah Suriah. (http://www.islamist-movements.com/30764,
Rabu, 12/08/2015).
Dari sana kemudian dapat
dipahami bahwa kesunnian Syeikh Wahbah tak dapat diragukan. Kritiknya terhadap
pemerintah Suriah membuktikan bahwa beliau adalah seorang ulama sejati. Karena
menjaga jarak dengan pemerintah adalah salah satu sifat ulamarabbani. Sementara
kritiknya terhadap Syi’ah menjadi kebenaran‘aqidah beliau sebagai Sunni.
Dimana ‘aqidah Sunni mustahil dipertemukan dengan Syi’ah. Wallahu
a’lam bi al-shawab.*
Penulis adalah staf
pengajar di PP. Ar-Raudhatul Hasanah, Medan-Sumatera Utara
Info lainnya :
Syeikh Wahbah Az-Zuhaili Menulis Lebih 200
Kitab