Membantu Kaum Muslimin Suriah adalah Jihad fie
Sabilillah
Sekjen Ikatan Ulama Islam
Internasional (Rabithah Ulama Muslimin), Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman Al Umar,
atau lebih akrab disebut Syaikh Nashir kembali menyerukan kepada seluruh kaum
muslimin agar peduli dan turut membantu saudara mereka, kaum muslimin di bumi
Syam (Suriah). Terlebih perkembangan terakhir semakin menghajat perhatian yang
lebih besar lagi dari kaum muslimin, karena kaum muslimin Syam, Suriah
khususnya menghadapi ancaman kelaparan, dibawah ancaman dan kejaran rezim Syiah
Nushariyah dengann dukungan sekutunya dari Timur dan Barat.
Syaikh Nashir juga menegaskan
bahwa, saudara kita kaum muslimin Syam kini sedang ditimpa berbagai ujian;
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, buah-buahan dan dan kehilangan jiwa,
ditambah lagi musuh bengis dan zalim yang selalu mengintai, serta negara-negara
kafir yang telah bersengkongkol untuk memusnahkan mereka. Karena itu bantuan
kaum muslimin kepada kaum muslimin Suriah akan sangat berarti untuk meneguhkan
hati mereka menghadapi musuh yang telah bertekad untuk menghancurkan Islam dan
kaum muslimin.
Seruan ini kembali
disampaikan oleh Syaikh Nashir di tengah-tengah keadaan yang semakin
menyedihkan, dimana negara-negara yang menjadi tujuan pengungsian kaum muslimin
Suriah, seperti Libanon, Yordan, dan Falistina serta Turki sedang dilandang
musim salju yang hebat. Keadaan yang menyebabkan banyak rakyat Suriah yang
meninggal dunia; laki-laki, perempuan, dan khususnya anak-anak.
Dalam kajian pekanan di
Masjid Khalid bin Walid -sebelah timur Kota Riyadh- itu Syaikh Nashir
menjelaskan bahwa “Apa yang kita berikan kepada saudara-saudara kita di Syam
hakikatnya bukanlah pemberian kita. Sebab mereka adalah orang-orang yang sedang
berjuang melindungi akidah, agama dan negara kita.”
Syaikh Nashir dalam kesempatan
tersebut juga mengingatkan bahwa jika aliansi negara-negara kafir Timur dan
Barat di satu sisi dan Syiah di pihak lain berhasil menguasai Suriah, maka itu
akan menjadi ancaman serius bagi Mekah dan Madinah. “Negara-negara Timur dan
Barat telah bersengkongkol dengan Iran untuk mendukung dan mempertahankan rezim
Nushairiyah. Sekali lagi kita diperlihatkan sejarah berulang. Sementara itu
para mujahidin melawan musuh-musuh kaum muslimin yang tidak akan berhenti hanya
mengusai negeri Syam, akan tetapi pada saatnya mereka juga akan berusaha
menguasai Al-Haramain (Mekah dan Madinah)”, Syaikh Nashir menjelaskan.
Sembari mengutip hadits
Rasulullah –Shalallahu’alaihiwasallam- yang berbunyi, “Seseorang tidak disebut
mukmin jika ia bisa kenyang akan tetapi tetangganya kelaparan.” Beliau
menjelaskan, “Kaum muslimin Syam memiliki hak persaudaran dan ikatan agama
dengan kita, mereka juga memiliki hak sebagai tentangga kita. Tetangga yang
dimaksud bisa tentangga rumah, bisa daerah, bisa pula tetangga negeri. Dan Mereka
adalah tetangga kita (Saudi). Mereka adalah keluarga kita karena meraka adalah
kaum muslimin. Mereka ditimpa ujian ketakutan, kelaparan, pembunuhan,
kedinginan, maka kita wajib membantu mereka dengan segala daya kemampuan yang
kita miliki.”
Dalam kesempatan ini Syaikh
Nashir menjabat sebagai pembina umum dari sebuah yasan ‘Yayasan Diwanul Muslim’
memperingatkan agar jangan sampai seorang muslim melakukan penggembosan atau
memandang remeh upaya untuk membantu kaum muslimin di Syam. Lalu beliau
mengutip firman Allah ketika menyebutkan keadaan penghuni nereka, “Mengapa
kalian menjadi penghuni nereka saqar? Mereka menjawa, “Karena kami tidak
termasuk orang-orang yang shalat. Tidak pula memberi makan kepada kaum muikin.”
Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan, “Tahukah kamu orang yang mendustakan
hari pembalasan? Yaitu orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menyuruh
untuk memberi makan kaum miskin.” Syaikh Nashir menjelaskan “Dalam ayat ini
Allah memperingatkan dengan keras sikap meremehkan sehingga tidak mau memberi
bantuan kepada kaum miskin. Bahkan dalam ayat kedua Allah mengecam sikap tidak
mengajak orang lain untuk memberi bantuan kepada kaum miskin.
Lebih lanjut Syaikh Nashir
meperingatkan siapa saja yang menebar syubuhat dengan tujuan melemahkan
semangat atau menghalangi orang lain untuk membantu kaum muslimin Syam.
Tindakan yang demikian itu adalah kebiasaan kaum munafikin. Allah menyebutkan
tentang sikap mereka ini dalam firmanNya, “Mereka (orag-orang munafik itu)
berkata, “Janganlah kalian berindak kepada orang yang bersama Rasulullah.”
“Para penggembos –jihad
harta- hari ini beralasan bahwa kaum fakir miskin di dalam negeri lebih
membutuhkan bantuan. Benar bahwa yang terdekat lebih layak diutamakan, akan
tetapi ada perbedaan ketika ketika di sana ada kaum muslimin –disamping mereka
fakir- juga sedang menghadapi musuh, rasa takut, ditimpa kelaparan dan
kedinginan. Sementara fakir miskin yang di dalam negeri hanya menghadapi satu
jenis kesulitan saja.” Beliau menegaskan bahwa sangat tidak tepat membenturkan
kedua situasi ini karena kedua-duanya memiliki hak untuk mendapatkan
pertolongan. Di sisi lain kaum fakir miskin dalam negeri sudah ada yang
memenuhi kebutuhan mereka, sudah ada yayasan-yayasan, pemerintah, dan LSM-LSM
dalam negeri. Sebaliknya dengan kaum muslimin Syam,” ungkapnya.
Menurut beliau, ada sebagian
orang yang menggembosi penggalangan bantuan kepada kaum muslim Syam dengan
menebar keraguan, bahwa bantuan yang disalurkan tidak sampai di tangan
orang-orang yang berhak di Suriah. Ya, bahwa setiap yang hendak memberikan
bantuan hendaknya mencari lembaga yang terpercaya dan amanah. Namun tidak
berarti hal itu boleh menjadi alasan untuk tidak memberikan bantuan. Siapa yang
mengingikan kebaikan maka Allah akan menyampaikannya pada kebaikan itu.
Kemudian Syaikh Nashir kemudian menyebutkan beberapa badan kemanusiaan dan LSM
yang terpercaya dan amanah.
Diakhir statemen Syaikh
Nashir kembali menekankan bahwa tidak ada alasan bagia siapapun untuk beriam
diri dan tidak peduli membantu anak-anak Syam. Setiap orang akan memperoleh
balasan sesuai dengan perbuatan. Jangan sampai memadang remeh apa yang kita
berikan untuk saudara kita kaum muslimin di Syam, meski sedikit. Sedikit lebih
baik daripada tidak sama sekali. Allah Maha Mengetahui ketulusan setiap hambaNya.
Dan bisa jadi yang sedikit mengalahkan yang banyak di sisi Allah, karena
ketulusannya. Berinfak untuk membantu saudara kaum muslimin syam adalah
termasuk jihad fi sabilillah.
“Siapa yang menanggung
keluarga orang yang ditinggal untuk berperanga maka dia telah turut berperang.”
Apa yang kalian infakkan akan kalian jumpai hasilnya semasa hidup kalian, dan
Allah akan memberi balasan di akhirat dengan balasan yang berlipatganda. Infak
fi sabilillah termasuk amal shalih yang agung, amal taqarrub kepada Allah,
sehingga bisa dijadikan wasilah untuk bertawasul kepada Allah.” (Ibnu Syarqi)
Source: almoslim.net
Syaikh Qardhawi: Perang di Suriah Adalah Perang
Terhadap Islam dan Kaum Muslimin
Dalam memandang konflik
Suriah, masyarakat dunia, khususnya masyarakat muslim Indonesia, masih
mengangap konflik yang telah merenggut nyawa puluhan ribu warga sipil Suriah
tersebut adalah perang saudara. Namun, anggapan tersebut dibantah
presiden persatuan ulama internasional Dunia, syaikh Yusuf Qardhawi.
“Perang (di Suriah) bukanlah perang saudara, akan tetapi perang terhadap Islam
dan Ahlu Sunnah. Seruanku ini kepada seluruh ummat Islam di seluruh Dunia untuk
ikut serta melindungi saudara-saudara mereka (di Suriah)” tegas syaikh Yusuf
Qardhawi dalam acara muktamar luar biasa Asosiasi Ulama Muslim Internasional di
Kairo dengan tema “Peran Ulama dalam Mendukung Suriah” pada Kamis 13/6/2013.
Ulama asal Mesir tersebut
mengajak masyarakat Arab dan Islam di seluruh dunia untuk ikut andil melawan
Rusia yang terus membantu rezim membantai rakyat Suriah.
“Saya menyerukan bangsa Arab
dan Islam untuk mengambil sikat tegas melawan Rusia” tegasnya.
“Saat ini sudah waktunya
menyerukan jihad sampai ummat dapat membela hak-hak mereka” tegasnya lagi.
Beberapa waktu sebelumnya, di
Doha, Qatar, syaikh Qardawi menyerukan kepada setiap muslim di seluruh dunia
yang mempunyai keahlian perang dan memiliki kemampuan, untuk ikut terjun
membantu pejuang oposisi Suriah. “Iran telah membantu senjata dan tentara (pada
rezim Suriah), apakah kita hanya berpangku tangan?” kata beliau bertanya-tanya
mengajak pendengar untuk ikut perperang membantu rakyat Suriah.
Beliau bersama ulama dunia
lainnya Kamis kemaren, menggelar muktamar luar biasa untuk membahas konflik
yang terjadi di Suriah. Dalam muktamar tersebut, persatuan ulama muslim
internasional menyimpulkan bahwa jihad melawan rezim Suriah hukumnya wajib dan
menyeru seluruh ummat Islam untuk berperan membantu rakyat Suriah baik dengan
jiwa, harta, pikiran, doa dan semua yang dimampui.
Muktamar tersebut dihadiri
ulama-ulama terkemuka dunia, seperti syaikh Al Arifi, Ahmad Hasan, Hasan Al
Syafi’i dan ulama-ulama lainnya termasuk dari Indonesia. [hunef/kiblat.net]
Ustadz Ferry Nur: Peduli Terhadap Syam Bukti
Keimanan
Ketua Komite Indonesia untuk
Solidaritas Palestina (KISPA), Ustadz Ferry Nur mengatakan iman bagi seorang
Muslim tidak hanya diucapkan di lisan, tetapi harus dibuktikan dengan
perbuatan.
Salah satu bentuk pembuktian
keimanan adalah peduli dengan penderitaan kaum Muslimin, terutama umat Islam di
Syam yang tengah diserang koalisi Assad dan Rusia.
Namun, dia mengaku heran
masih banyaknya umat Islam yang belum memberi perhatian kepada permasalahan di
Syam.
“Masih ada orang yang mengaku
Islam tidak peduli dengan penderitaan kaum Muslimin di Syam,” katanya saat
berorasi pada Aksi Munashoroh Suriah yang diselenggarakan pagi ini di Masjid
Al-Furqon DDII Jl. Kramat Raya 45 Jakarta.
Padahal, kata ustadz Ferry,
di Syam banyak keturunan para sahabat Nabi SAW mengalami serangan bersenjata
rezim Syiah Nushairiyah dan membutuhkan perhatian kaum Muslimin.
“Para keturunan Sahabat
Rasulullah saat ini dibombardir. Waktu empat tahun itu tidak sedikit, mereka
menghadapi perang,” ungkapnya.
Kendati demikian, ustadz
Ferry berharap dan mendoakan kaum Muslimin lainnya diberikan petunjuk oleh
Allah untuk peduli dengan penderitaan umat Islam di Syam
Menurut ustad Ferry,
peperangan yang dimunculkan Bashar Assad di Suriah juga memberi pengaruh
negatif pada perjuangan pembebasan Palestina.
“Akibat ulah Bashar Assad,
fokus pembebasan Al-Quds menjadi bias,” cetusnya.
lebih dari itu, ustadz Ferry
menekankan bahwa kaum Muslimin di Syam membutuhkan sejumlah bantuan utama.
Bantuan pertama adalah doa.
Karena doa merupakan senjata orang beriman. Bantuan dalam bentuk ini tidak
boleh dianggap remeh.
“Melalui doa Allah turunkan
karomah dan kemenangan kepada mujahidin di front-front terdepan,” bebernya.
Selain itu, kaum Muslimin di
Syam juga memerlukan bantuan dana dari kedermawanan kaum Muslimin. Dari bantuan
tersebut diharapkan akan mengundang pertolongan Allah bagi penduduk dan
mujahidin Syam.
Dalam kesempatan itu, nampak
hadir di antaranya Ustadz Abu Jibril (MMI), Ustadz Bahtiar Nasir (AQL), Ustadz
Abdul Wahid Alwi (Dewan Penasehat FIPS), dan tokoh muda Muhammadiyah, Mustafa
Nahrawardaya.
Reporter: Bilal
Editor: Rudy
Ustadz Ferry Nur: Inilah Mengapa Umat Islam
Harus Peduli Suriah
Jumat 25 Zulhijjah 1436 / 9 October 2015 09:29
SURIAH adalah bagian dari
negeri Syam yang diberkahi. Rasulullah saw pernah berdoa kepada Allah
memberkahi Syam dan Yaman. Diantara negeri yang banyak dikunjungi sahabat Nabi
untuk berdakwah dan jihad adalah negeri Syam.
“Syam itu terdiri dari
Suriah, Lebanon, Yordania dan Palestina. Syam ini adalah suatu negeri yang
pernah didoakan Rasuluallah Saw, Ya Allah berkahilah Syam dan Yaman kami,” kata
Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina, Ustadz Ferry Nur, S.Si
kepada Islampos di kediamannya di Jakarta, Kamis (8/10).
Dikatakan Ferry Nur, di
Suriah, tepatnya di Camp Pengungsian Yarmuk, banyak para pengungsi
Palestina yang menetap disana. Sebelum revolusi terjadi, jumlah pengungsi
Palestina di Suriah mencapai 500.000, kemudian setelah revolusi meningkat
menjadi 18.000 jiwa.
“Ketika itu para pengungsi
kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. Mereka makan daun dan apa yang bisa
dikonsumsi. Melihat keprihatian itu, KISPA ambil bagian untuk peduli terhadap
penderitaan rakyat Suriah. Bukankah sebagai sesama mukmin itu bersaudara. Maka
kita tolong dan bantu mereka. Rasulullah mengajarkan, sebaik-baik kamu adalah
yang memberi manfaat kepada orang lain,” ungkap Ferry.
Syam dalam catatan sejarah,
merupakan tempat tujuan para saudagar dalam aktivitas perniagaan. Termasuk
Rasulullah Saw pun pernah berniaga ke Syam. Kebiasaan orang terdahulu, ketika
musim panas mereka pergi ke Syam, dan ketika musim dingin mereka berkunjung ke
Yaman.
“Yang tak boleh dilupakan
adalah, Masjidil Aqsha berada di negeri Syam, tepatnya di Palestin, atau di Al
Quds. Disinilah Rasululullah melakukan tempat mi’raj ke Sidratul Muntaha untuk
menerima perintah shalat lima kali semalam,” tandas Ferry Nur.
Sebelum kolonialisme
penjajahan yang menghancurkan khilafah Islam, Syam menjadi Pusat Pemerintahan
Islam. Karena penjajahan lah, negeri islam itu dipangkas, dikotakkan menurut
kepentingan masing-masing.
“Syam adalah tempat
bersejarah, tempat orang terdahulu melakukan aktivitas dakwah dan jihad. Itulah
sebabnya, kenapa umat Islam harus peduli peduli pada Suriah atau Syam, negeri
yang diberkahi Allah dan didoakan oleh Rasulullah Saw,” tukas Ustadz Ferry Nur.(Desastian/Islampos)