Senin, 8 Zulhijjah 1436 H /
21 September 2015 09:30 WIB
Rabu kemarin
(16/9), tigaratus ribuan pribumi Malaysia, puak Melayu, turun memadati
jalan-jalan di Kuala Lumpur. Pemimpin aksi “Kaus Merah”, Jamal Yunos memaparkan
bahwa aksi tersebut digelar untuk beberapa tujuan, salah satunya adalah sebagai
bukti persatuan etnis Melayu di Malaysia.
“Perhimpunan ini diadakan
sebagai bentuk solidaritas yang membuktikan Melayu masih bersatu,” kata Jamal
ketika dihubungi CNN Indonesia (17/9).
Jamal memaparkan bahwa selama
ini etnis Melayu sebagai pribumi Malaysia kerap kali dihina dalam berbagai
kesempatan dan laporan media. Jamal menyebutkan pengunjuk rasa anti-pemerintah
pada aksi Bersih bulan lalu telah menghina pemimpin Melayu di Malaysia. Bersih
merupakan kelompok pro-demokrasi yang sebagian besar anggotanya etnis Cina. [ Serumpun sependeritaan !]
“Agama kami, agama Islam,
dihina oleh yang bukan Islam. Kami ingin membuktikan bahwa kami pantang dihina.
Agama, bangsa dan negara kami pantang dihina,” kata Jamal.
Ketika ditanya bentuk
penghinaan semacam apa yang ditujukan kepada etnis Melayu, Jamal menyebutkan
bahwa dalam aksi Bersih para demonstran yang terdiri dari Koko dan Cici itu
kerap kali mengusung spanduk-spanduk bernada rasial.
“Dalam aksi Bersih 1-4 yang
mereka sebut membawa suara rakyat, kaum Cina membawa spanduk-spanduk yang
biadab, bertuliskan perkataan yang biadab, menginjak-injak gambar pemimpin
Melayu,” kata Jamal.
“Bersih benar-benar
menyingung perasaan orang Melayu,” ucap Jamal.
Oleh karena itu, Jamal
melanjutkan, sebanyak 300 ribu etnis Melayu memutuskan untuk turun ke
jalan-jalan di Kuala Lumpur dengan mengenakan kaus berwarna merah yang menjadi
simbol kebangkitan etnis Melayu.
Jamal mennyebutkan bahwa aksi
“Kaus Merah” kemarin bertujuan untuk memberikan dukungan dari etnis Melayu
kepada pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak.
“Kami sukarela menyokong
kerajaan yang dipilih lewat pemilu. Kami menyokong kelembagaan negara Malaysia
yang selama ini aman dan damai,” kata Jamal. (ts)