Bachtiar Nasir: Seluruh Kekuatan Komunis
Bersatu di Suriah
Kamis 1 Muharram 1437 / 15 October 2015 13:37
KETUA Forum Indonesia Peduli
Syam (FIPS) Bachtiar Nasir, mengatakan saat ini di Suriah seluruh kekuatan
musuh bersatu untuk menghancurkan umat Islam di Suriah.
“Kita memiliki musuh bersama,
Ateis, Komunis, Syiah, dan orang-orang kafir bersatu ingin meluluhlantakkan
Suriah, yang hak akan semakin terlihat, ini merupakan nikmat dari Allah,“
terang Bachtiar Nasir dalam Aksi Munashoroh Suriah bertema ‘Negeri Syam Digempur,
Umat Islam ke Mana’ di Masjid Al-Furqon, DDII, Jakarta, Rabu (14/10).
Bachtiar mengatakan,
bersatunya negara komunis dunia seperti Rusia, Cina, Korea Utara, Vietnam,
terang-terangan ingin menghancurkan umat Islam di Suriah.
Namun anehnya, kata Bachtiar,
Syiah Iran masih saja malu-malu. Mereka sebenarnya berada di balik Rusia dan
pemerintah Basyar Asad, namun opini publik mereka bentuk agar citra Iran tidak
buruk.
“Saya anjurkan justru agar
Syiah Indonesia untuk tidak malu ikut bersama orang-orang nista agar dikubur
bersama di tanah Suriah,“ ujar Bachtiar membuat gelak tawa para jamaah yang
memadatai aksi Munashoroh.
Sekjen MIUMI ini memprediksi
perang yang terjadi di Suriah akan berlangsung lama dan dimenangkan oleh
kelompok Mujahidin. Sejumlah pakar hadits menyebut perang di Suriah (Bumi Syam)
ini akan merembet dan kelak akan menghadapkan kaum Muslimin dengan Zionis
“Israel”, tak hanya umat Islam Palestina saja.
“Saya yakin insya Allah para
Mujahidin dapat memenangkan perang di Suriah ini dengan izin
Allah,“ tegasnya. [rn/Islampos]
https://www.islampos.com/bachtiar-nasir-seluruh-kekuatan-komunis-bersatu-di-suriah-221209/
Perangi Ahlusunnah, Tentara Komunis Kuba
Dikirim Ke Suriah Membantu Assad, Syiah dan Rusia
Personil militer Kuba
dilaporkan telah terlihat di Suriah, di mana sumber menyatakan bahwa mereka
bertugas sebagai penasehat militer tentara Bashar al-Assad dan juga ditugaskan
sebagai operator tank buatan Rusia untuk membantu Damaskus dalam memerangi
pasukan oposisi Suriah.
Dilansir Middle East Update,
Jenderal Leopoldo Cintra Frias, kepala Angkatan Bersenjata Kuba, baru-baru ini
mengunjungi Suriah untuk memimpin sekelompok personil militer Kuba yang
bergabung dengan pasukan Rusia untuk mendukung Assad, menurut informasi yang
diterima oleh University of Miami’s Institute for Cuban and Cuban-American
Studies.
Pada hari Rabu, seorang
pejabat AS menegaskan kepada Fox News bahwa unit paramiliter dan pasukan khusus
Kuba telah tiba di Suriah, mengutip bukti dari laporan intelijen. Pejabat, yang
berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pasukan Kuba mungkin telah dilatih di
Rusia dan telah tiba di Suriah dengan pesawat Rusia.
Seorang perwira militer rezim
Assad di Damaskus melaporkan telah menyaksikan dua pesawat Rusia tiba di
bandara dengan penumpang personil militer Kuba. Ketika petugas bertanya pada
personil dari Kuba, mereka mengatakan bahwa mereka berada di sana untuk
membantu Assad karena mereka adalah para ahli dalam mengoperasikan tank Rusia,
menurut Jaime Suchlicki, direktur eksekutif lembaga itu.
“Ini tidak mengejutkan saya,”
kata Suchlicki pada FoxNews, mencatat sejarah panjang Rusia yang memasok
peralatan militer ke Kuba serta bantuan Kuba dalam operasi yang dipimpin Soviet
di Afrika tahun 1970-an.
“Mereka memiliki hubungan
yang sangat dekat,” kata Suchlicki. “Rusia telah melatih militer Kuba selama
bertahun-tahun dan memasok mereka dengan segala macam peralatan militer.”
Militer Kuba berada di
peringkat 110 dalam daftar militer paling kuat didunia menurut situs
globalfirepower.com. Meskipun sedikit, militer Kuba “sangat terlatih,” menurut
Suchlicki, yang mengatakan kehadiran mereka di Suriah sudah diprediksi AS.
Presiden Obama awal tahun ini
menghapus Kuba dari daftar negara yang mendukung terorisme dan berusaha untuk
menormalkan hubungan kedua negara. AS memutuskan hubungan diplomatik dengan
Kuba pada tahun 1961 setelah revolusi Fidel Castro. AS menghabiskan puluhan
tahun berusaha secara aktif menggulingkan pemerintah Kuba atau mengisolasi
negara tersebut, termasuk sanksi embargo ekonomi pertama yang diberlakukan oleh
Presiden Dwight D. Eisenhower. Kedutaan AS di Havana dibuka kembali pada Juli
2015.
“Ya, ada orang-orang yang
ingin memutar kembali waktu dan merevisi kebijakan isolasi,” kata Obama pada
saat itu, “tapi itu masa lalu yang lama bagi kita untuk menyadari bahwa
pendekatan ini tidak berhasil. Ini tidak ada hasil setelah 50 tahun.”
“Ini adalah langkah maju
bersejarah dalam upaya kita untuk menormalkan hubungan dengan pemerintah Kuba,
dan memulai bab baru dengan negara tetangga Amerika,” kata Obama pada bulan
Juli di Rose Garden, Gedung Putih .
Pejabat AS menggambarkan
keterlibatan Kuba di Suriah mirip dengan “Cuba-Angola arrangement”- intervensi
pasukan Kuba atas nama Soviet di beberapa negara Afrika Tengah di tahun
1970-an. Kuba juga mengirim pasukan ke Suriah pada 1973 untuk mendukung Suriah
dalam Perang Yom Kippur melawan Israel dan menyebarkan agen khusus untuk
mengamati taktik militer Israel.
Pejabat itu tidak bisa
mengkonfirmasi apakah jenderal Kuba juga dikirim di Suriah, atau hanya pasukan
Kuba yang mengoperasikan tank Rusia yang dikirim kepada Assad oleh Rusia.
“Jika informasi tentang
kehadiran pasukan Kuba di Suriah sekarang dikonfirmasi, itu akan menunjukkan
bahwa Jenderal Raul Castro lebih tertarik mendukung sekutunya, Rusia dan
Suriah, daripada melanjutkan usaha untuk menormalkan hubungan dengan AS,”
Institute for Cuban and Cuban-American Studies mengatakan dalam sebuah
pernyataan hari Selasa.
“Raul Castro telah menyatakan
secara terbuka dukungannya bagi rezim Suriah dan solidaritas dengan Rusia dan
Iran di Timur Tengah,” kata kelompok itu. “Internasionalisme Kuba menegaskan
sekali lagi bahwa Castro bersaudara lebih tertarik dalam peran mereka sebagai
oposisi AS daripada modernisasi Kuba dan membantu rakyat Kuba lepas penderitaan
mereka saat ini.”
Red : Maulana Mustofa