Ustadz Anung Al-Hamat,
Dalam konferensi pers di
LBH Jakarta pada Rabu, (29/10) aktivis Syiah Emilia Renita menyatakan upaya dia
dalam mengadvokasi kasus-kasus Syiah ialah untuk menuntut keadilan. Karena,
bagi dia, keadilan (Al-Adalah) merupakan rukun iman Syiah yang pertama.
“Di kita itu harus adil. Adil, Al-Adalah itu rukun iman yang
pertama. Ukuran orang Syiah, kalau dia tidak adil berarti dia tidak beriman,”
kata Renita. Baca juga: Beda dengan Islam, Emilia Renita Sebut Rukun Iman Pertama Syiah
adalah Al-Adalah
Pengakuan mantan istri Jalaluddin Rakhmat ini akhirnya
membuka kedok Syiah yang selama ini mengaku bagian dari mazhab Islam. Bagaimana
mungkin Syiah bagian dari Islam jika pokok ajaran, rukun Iman dan rukun
Islamnya saja berbeda. Lantas apa pendapat para ulama mengenai keadilan versi
syiah dan ajaran Islam?
Di akhir pekan ini, Kiblat.net berhasil mewawancarai
Direktur Forum Studi Sekte-sekte Islam (FS3I) DR Anung Al-Hamat. Berikut hasil
wawancara Ahmad Furqon, reporter Kiblat.net kepada Ustadz Anung terkait
pernyataan Emilia Renita di kediamannya pada Sabtu, (31/10).
Kiblat.net: Beberapa waktu
lalu, aktivis OASE Emilia Renita menyatakan bahwa advokasi yang dia lakukan
merupakan upaya untuk memperjuangkan keadilan, karena keadilan merupakan rukun
iman Syiah yang pertama. Apa tanggapan ustadz?
Pernyataan Emilia mengatakan keadilan merupakan rukun iman
Syiah yang pertama ini ada dua kemungkinan. Yang pertama, mungkin dia lupa
dengan buku yang dia susun dengan mantan suaminya Jalaludin Rakhmat, yang
berjudul ’40 Masalah Syiah’.
Di dalam buku ’40 Masalah Syiah’ tulisan
Emilia Renita sendiri dijelaskan rukun iman pertama Syiah adalah Tauhid, bukan
Al-Adalah.
Padahal dalam buku tersebut dijelaskan rukun iman
(Syiah) yang pertama adalah tauhid, lalu keadilan (Al-Adalah), Nubuwah, Imamah,
Al-Ma’ad. Walapun dalam perincianya jelas terjadi banyak perbedaan dengan
(Ahlusunnah, red).
Tauhid (Syiah) jangan dibayangkan sama
seperti tauhidnya Sunni. Bila dikaitkan dengan keadilan versi Syiah, itukan
yang keadilannya Allah SWT. Secara ringkas saja, percaya keadilan Illahi. Ini
nanti dalam ajaran Syiah itu mirip dengan ajaran Mu’tazilah, mengingkari adanya
takdir.
Jadi, yang pertama komentar saya
mengenai pernyataan dia, kemungkinan dia lupa dengan buku yang ia susun. Yang
kedua, atau memang bisa jadi Emilia ini terpengaruh dengan ajaran Mu’tazilah.
Dan itu memang, dalam rumusan rukun iman Syiah itu mengadopsi rumusan rukun
iman Mu’tazilah.
Kiblat.net: Apa persamaan dan perbedaan keduanya?
Mu’tazilah ini merupakan aliran yang
digagas Wasil bin Atha, mereka memang meletakkan rukun iman pertamanya,
keadilan. Maka, di sini dikatakan “Wabanaa madzhabahum ala ushulil
khomsah al qisamuha al ‘adl wattauhid”. (Dan madzhab mereka dibangun atas
lima hal yang pokok, termasuk (bagian dari lima pokok tadi) adalah Al-Adl dan
tauhid).
Jadi kalau Mu’tazilah bedanya dengan
Syiah, Muktazilah meletakkan rukun iman yang pertama keadilan terus baru
tauhid. Tapi kalau Syiah, Tauhid dulu baru Al-Adalah. Jadi, antara Mu’tazilah
dengan Syiah ada kemiripan dari sisi masalah rukun iman.
Berkaitan dengan adil, lalu dia harus
memperjuangkannya kemudian kalau tidak adil itu dianggap kafir, itu adalah
(keyakinan) Syiah. walaupun semuanya tidak tepat. Sebab keadilan illahi itu
kan, dalam keyakinan Syiah berarti Allah tidak boleh menzalimi dan tidak
mungkin Allah itu melakukan keburukan, lalu Allah menyiksa seseorang yang
melakukan keburukan itu.
Jadi, barometer keadilan versi Syiah dan
Mu’tazilah intinya bahwa, Allah tidak boleh melakukan kezaliman dan di antara
bentuk kezaliman itu adalah Allah menyiksa seseorang yang melakukan keburukan
dan dengan keburukan itu kemudian Allah menciptakannya, itu adalah tidak adil.
Kiblat.net: Berarti keadilan yang dimaksud dalam prinsip ajaran
Syiah sendiri salah dipahami oleh Emilia Renita?
Kalau kaitannya dengan ia memperjuangkan
keadilan dan kemudian ia melakukan (upaya perlawanan hukum, red) kepada
Walikota Bogor Bima Arya, lantas Bima dikatakan zalim dan tidak adil, itu
nantinya persis dengan ajaran Mu’tazilah. Di Mu’tazilah ada ajaran Al-Amru wal
Ma’ruf, itu ajaran Mu’tazilah yang menjadi rukun iman Mu’tazilah. Di antaranya
ialah memerangi para pemimpin yang tidak kafir tapi melakukan kezaliman,
istilahnya boleh memberontak. Padahal mungkin masih ada kebaikan yang ada pada
dirinya.
Mungkin dalam pernyataan Emilia, pertama
dia lupa. Kedua, bisa jadi dia sudah terkena pemikiran Mu’tazilah. Kemudian ia
menggunakan alasan memperjuangkan keadilan itu, padahal sebenarnya tidak tepat
juga dengan alasan Al-Adalah itu.
Kiblat.net: Emilia juga mengatakan
dalam ukuran orang Syiah kalau tidak adil maka dia tidak beriman. Apakah dalam
ajaran Syiah memang dimaksudkan seperti itu, jika tidak adil maka dia kafir?
Masalahnya dari awal dia membangun pola
pikirnya terkait Al-Adl ini sudah keliru. Keadilan itu kan keadilan Allah,
bukan keadilan manusia. Kalau kemudian dikaitkan orang yang tidak adil itu
dikatakan kafir itu sudah menjadi pembicaraan tersendiri.
Memang, itulah ciri khas di kalangan
Syiah. Bagi Syiah, seluruh hadist-hadis tentang Khawarij itu berlaku.
Khawarij itu mudah mengkafirkan. Nah, Syiah itu dengan Khawarij sama-sama mudah
mengkafirkan. Misalkan, ada orang yang tidak adil langsung divonis kafir.
Divonis tidak beriman. Itu adalah gaya-gaya Syiah. Mudah mengkafirkan. Dan
Syiah jauh lebih dahsyat dan lebih berbahaya jika dibandingkan dengan Khawarij.
Kiblat.net: Emilia juga sesumbar akan membuat aliansi tandingan
ANNAS, yaitu Aliansi Anti Sunni, bagaimana tanggapan ustadz?
Itu sah-sah saja, hanya nanti umat Islam
tidak boleh diam. Yang kita harapkan kalau memang itu betul, Emilia membuat
aliansi anti sunni, itu berarti langkah umat Islam harus lebih riil lagi dalam
menghadapi aliran Syiah. Itukan berarti permusuhannya sudah terang-terangan.
Yang kedua, nanti semakin jelas kalau
terbentuk aliansi anti sunni. Akan semakin jelas siapa-siapa saja orang di
belakang Emilia, di lembaga apa, yayasan-yayasan apa. Kalau itu benar terjadi,
itu akan semakin merapatkan kaum Muslimin dan harapannya Islam akan bisa
semakin bersatu dan melawan kekuatan syiah. Karena kita tidak ingin apa yang
terjadi di Suriah terjadi juga di Indonesia. Umat Islam intinya harus melakukan
pencegahan dini agar api itu tidak semakin membesar dan kita bisa memadamkannya
terlebih dahulu.
Reporter: Ahmad Furqon
Editor: Fajar Shadiq
http://www.kiblat.net/2015/11/01/dr-anung-al-hamat-lupanya-renita-dan-salah-kaprah-rukun-iman-syiah/