KH. Abdushomad, Ketua MUI Jatim
Tentang Syiah, kami menyerukan bahwa Syiah adalah ancaman
bagi NKRI. Demikian yang diucapkan oleh KH. Abdushomad selaku ketua MUI Jatim
dalam Musda (Musyawarah Daerah) ke-IX MUI Jawa Timur ke-9 di Asrama Haji
Sukolilo Surabaya pada Sabtu 18/12/2015.
“Tentang
Syiah, kami menyerukan bahwa Syiah adalah ancaman bagi NKRI”, ungkapnya
sebagaimana di wartakan nugarislurus.com, 21/12/2015.
Kiai
Abdus Shomad berharap sinergitas antara MUI dan Pemprov tetap terus terjalin
demi menjaga stabilitas Jatim. Sinergitas itu sudah terwujud dalam bentuk
Pergub tentang pembinaan aliran sesat.
Menurutnya,
MUI Jatim mengeluarkan fatwa kesesatan di Jatim dan Pemprov memerbitkan Pergub
itu dalam rangka menjaga keamanan.
“Syiah
kalau besar, mereka akan membuat makar”, tegas Kiai Abdus Shomad.
(nisyi/syiahindonesia.com)
http://www.syiahindonesia.com/2015/12/tentang-syiah-mui-jatim-kami-menyeru-bahwa-syiah-adalah-ancaman-bagi-nkri.html
http://www.syiahindonesia.com/2015/12/tentang-syiah-mui-jatim-kami-menyeru-bahwa-syiah-adalah-ancaman-bagi-nkri.html
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Rais ‘Amm
Nahdlatul Ulama (NU) KH. Makruf Amin mendukung penuh fatwa bahwa sekte syiah
adalah sesat dan menyimpang.
Demikian
dikatakan KH. Makruf Amin, dalam sambutan Musda (Musyawarah Daerah) ke-IX MUI
Jawa Timur ke-9 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada Sabtu 18/12/2015.
“Fatwa kesesatan Syiah oleh MUI Jatim sudah benar secara
subtansi dan prosedur. Bahkan menguatkan fatwa MUI pusat. Malah dikuatkan oleh
keputusan incrah Mahkamah Agung, bahwa Syiah menyimpang dan menodai agama, ”
Kata Kyai Makruf.
Sementara
itu, Dalam sambutan Musda yang dihadiri 250 peserta dari seluruh kabupaten se-
Jawa Timur, Ketua MUI Jatim KH. Abdus Shomad mengucapkan terima kasih kepada
pemerintah, khususnya pemerintah Provinsi Jawa Timur atas dukungannya dalam
menangani aliran sesat dan kemaksiatan di Jatim.
“MUI
Jatim bertekad akan terus membasmi aliran sesat di Jatim”, tegasnya.
Kiai
Abdus Shomad berharap sinergitas antara MUI dan Pemprov tetap terus terjalin
demi menjaga stabilitas Jatim. Sinergitas itu sudah terwujud dalam bentuk
Pergub tentang pembinaan aliran sesat.
“Tentang
Syiah, kami menyerukan bahwa Syiah adalah ancaman bagi NKRI”, tambahnya.
Menurutnya,
MUI Jatim mengeluarkan fatwa kesesatan di Jatim dan Pemprov memerbitkan Pergub
itu dalam rangka menjaga keamanan.
“Syiah
kalau besar, mereka akan membuat makar”, tegas Kiai Abdus Shomad. (nugarislurus.com)
http://www.syiahindonesia.com/2015/12/rais-amm-nu-dukung-fatwa-syiah-sesat.html
http://www.syiahindonesia.com/2015/12/rais-amm-nu-dukung-fatwa-syiah-sesat.html
Ketua MUI Jatim:
Cermati Secara Jernih Kenapa Muncul Radikalisme
Semua pihak
setuju untuk menolak radikalisme, tetapi kebanyakan hanya mengutuk saja tanpa
pernah mencermati secara jernih kenapa muncul radikalisme bahkan terorisme.
Demikian disampaikan Ketua Majelsi Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur
periode 2010-2015, KH. Abdushomad Bukhori, saat memberikan sambutan pada
pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) MUI Jatim di Asrama Haji Sukolilo,
Surabaya, Sabtu, (19/12/2015).
”
Radikalisme sebetulnya hanya akibat saja, memang persoalan pemahaman agama ikut
menentukan, tapi banyak faktor lain yang dapat memicu radikalisme,” paparnya.
Kiai
Somad mencontohkan fenomena Natal yang setiap tahun menjadi kontroversi
dikarenakan ada kesengajaan para pemilik toko maupun perusahaan yang memaksa
karyawan Muslim untuk mengenakan atribut sinterklas.
“Ini
adalah tindakan yang mencederai hak dan kebebasan beragama, karena seorang
muslim adalah haram menggunakan atribut dari agama lain, sikap aparatur negara
yang kurang tanggap dalam mengambil sikap melihat fenomena seperti ini, lalu
masyarakat yang tidak sabar kemudian bertindak sendiri-sendiri, nah jadilah
kekerasan dan radikalisme,” jelasnya.[Baca: Pemaksaan Atribut
Natal Bagi Karyawan Muslim Dinilai Bentuk Intoleransi]
“Jadi
kalau ingin aman, jangan ada pihak yg memicu,” tambah Kiai Somad.
Karenanya,
Ia menegaskan pluralisme agama itu tidak boleh. Dalam artian orang harus
konsekuen menjalankan aktivitas agamanya sendiri dan kerukunan, lanjutnya,
tidak perlu didramatisir.
“Kerukunan
itu ada aturannya, dan MUI telah memberikan petunjuk-petunjuk melalui
fatwanya,” ungkap Kiai Somad.
Ia
juga menambahkan, bahwa yang menjadi sumber utama radikalisme adalah
ketidakadilan global.
“Namun
opini yang berkembang sudah kadung. Artinya, kalau yang bertindak itu umat
Islam semua langsung menyorot sebagai perilaku radikal bahkan teroris. Tapi
tidak ada yang menyebut tindakan Israel yang membuat orang Palestina menderita
sebagai tindakan terorisme,” ungkapnya.
“Tindakan
Amerika misalnya, yang memberangus Iraq dengan alasan yg dibuat-buat. Juga
tidak ada yg mengutuk sebagai tindakan terorisme, ini ketidakadilan sebenarnya.
Saya mengikuti kasus Tolikara dan Singkil juga pemberitaannya lebih memojokan
Islam,” pungkas Kiai Somad.*
Rep: Yahya G. Nasrullah
Editor: Cholis Akbar