December 2, 2015
Alhamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
Kaum
munafikin memiliki modus dan aksi yang berbeda-beda di setiap zaman dan tempat.
Tapi mereka memiliki satu tabiat yang sama: banyak berdusta, malas beribadah,
suka mencari muka, mencela pelaku kebaikan, mencibir orang-orang shalih dan
yang berbuat baik, benci terhadap Islam dan menunggu-nunggu kehancurannya
sehingga mereka menyangka Allah tidak akan menolong tentara-tentara-Nya (para
mujahidin) dan tak akan memenangkan agama-Nya.
Allah
menyingkap rahasia mereka di zaman Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang
akan tetap terulang di zaman-zaman sesudahnya. Allah berfirman,
بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى
أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ
السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا
“Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak
sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah
menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah
menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa”. (QS. Al-Fath 48 : 12)
Karenanya,
kaum munafikin menjadi kaum yang sangat semangat dan getol menggembosi jihad
dan menyudutkan mujahidin. Menyampaikan kritik-kritik pedas yang melemahkan
jihad dan melabeli aktifitas jihad dengan label-label negatife; teroris,
khawarij, bughat, dan semisalnya. Mereka melarang kaum muslimin menyampaikan
infak mereka untuk kegiatan jihad (perang) fie sabilillah sehingga Islam
melemah dan kebangkitan Islam terkubur.
Ibnu
Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa mencibir orang-orang
yang beramal untuk Allah itu termasuk sifat munafik. “Tak seorangpun lepas dari
kritikan dan celaan kaum ini dalam semua kondisi. Sampaipun orang-orang yang
bersedekah akan selamat dari (celaan) mereka. Jika ada orang yang datang
(bersedekah) dengan harta yang banyak maka mereka berkata: ini orang riya’
(pamer dan berharap pujian,-terj). Jika datang (bersedekah) dengan harta
sedikit maka mereka berkata: Sesunguhnya Allah tidak butuh sedaqoh ini,” kata
Ibnu Katsir dalam tafsirnya, QS. At-Taubah ayat 79.
Kaum
munafikin absen dari amal-amal kebaikan untuk dien ini. Mereka tidak mau
berkontribusi memberi manfaat untuk Islam dan kaum muslimin. Perhatikan ayat
berikut ini yang turun berkaitan dengan Jadd bin Qais, manakala Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya, “Wahai Jadd, maukah engkau memberi pelajaran kepada Bangsa Romawidi
tahun ini?”.
Lantas
Al-Jadd menolak sambil mengungkapkan alasannya, “Wahai Rasulullah, alangkah
baiknya engkau beri izin aku (untuk tidak berperang) dan tidak menjerumuskanku
ke dalam fitnah. Demi Allah, kaumku mengenalku sebagai laki-laki yang tidak
kuat terhadap wanita, aku takut jika aku melihat wanita Bani Ashfar
(Romawi/Eropa) aku tak tahan.” Kemudian terhadap Al-Jadd ini turun ayat,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي
أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
“Di antara mereka ada orang yang berkata: Berilah saya keizinan
(tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam
fitnah”. Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan
sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubah 9 : 49)
Kekhawatirannya
terhadap godaan wanita Romawi tidaklah seberapa. Bukan itu masalah utamanya.
Tapi mentalitasnya yang ingin berpaling dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dan sikap egoisnya daripada agama
Allah dan Rasul-Nya.
Abu
Ja’far al-Thabari dalam menafsirkan QS. At-Taubah ayat 45 berkata, “ini adalah
pemberitaan dari Allah kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang
tanda orang munafikin: di antara tanda-tanda mereka yang dapat diketahui adalah
tidak mau ikut berjihad fi sabilillah. Mereka meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tidak ikut keluar bersama beliau
jika mereka diseru berjihad dengan menyampaikan alasan-alasan palsu”.
Allah
berkata Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam: Ya Muhammad, jangan sekali-kali kamu beri izin
untuk tidak ikut bersamamu jika kamu pergi untuk memerangi musuhmu kepada siapa
siapa yang telah meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad tanpa ada
udzur. Karena tidaklah meminta izin kepadamu dalam masalah itu kecuali ia
seorang munafik yang tak beriman kepada Allah dan hari akhir. Sementara orang
yang membenarkan Allah dan mengakui keesaan-Nya, beriman dengan hari
kebangkitan dan negeri akhirat, pahala dan siksa; maka ia tak akan meminta izin
untuk tidak ikut berperang dan berjihad melawan musuh-musuh Allah dengan harta
dan jiwanya”.
Hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan tentang sifat mereka
yang enggan berjihad fi sabilillah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ
بِهِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
“Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah
berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka dia mati di atas satu
cabang dari kemunafikan”. (HR. Muslim)
Imam
Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarah-nya atas shahih
Muslim, “Maknanya: siapa yang melakukan ini maka dia menyerupai orang-orang
munafik yang meninggalkanjihad dalam sifat ini. Sebab meninggalkan jihad adalah
satu cabang kemunafikan”.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam al-Fatawa, “yang dimaksud dengan nifak
kecil adalah nifak dalam amal dan yang serupa, seperti berbohong ketika bicara,
ingkar ketika berjanji, berhianat ketika diberi amanat, atau berlebihan ketika
bertengkar. Termasuk dalam masalah ini adalah berpaling dari jihad. Sikap ini
termasuk karakter orang-orang munafik. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau
meniatkan diri untuk berperang, maka dia meninggal di atas satu cabang
kenifakan”.
Semua
ini menjadi peringatan bagi kaum muslimin agar waspada terhadap kaum munafikin
dari tipu daya, makar dan berbagai bentuk permusuhan mereka; di mana hal
tersebut sulit diendus dan dideteksi. Juga agar mereka menjauhi sifat-sifat
orang-orang munafik yang benci kepada perjuangan Islam dan suka mencela para mujahidin.
Lalu mereka mengambil peran dalam perjuangan jihad ini, walau minimalnya masih
dalam hati mereka berupa niat. Semoga Allah tolong tentara-tentara-Nya dan
menganugerahkan kemenangan untuk mereka serta meninggikan agama-Nya di atas
isme dan agama-agama yang ada. Aamiin… [AH/Khobarun-News]