Abu Hamzah al-Sanuwi
28 December 2015
Siapa yang tidak mengenal sosok Syaikh Muhammad Yasin
al-Fadani rahimahullahu (w. 1410 H/ 1990 M)?.
Sebagian ulama riwayah menggelari beliau
“musnid dunya”, gelar yang sangat tinggi bagi seorang ahli riwayat, padahal beliau keturunan Padang, Indonesia. [1]
Syaikh
Hammad bin Muhammad al-Anshori as-Salafi berkata tentang al-Fadani, “
“إن
الفاداني خدم فن الأسانيد – ولا أعرف أحداً أعلم منه في هذا العلم”
“Sesungguhnya
al-Fadani, penjaga ilmu isnad, dan aku tidak mengetahui seorang pun yang lebih
‘alim darinya dalam ilmu ini”.[2]
Dijuluki
“musnid dunya” oleh sebagian ulama, karena apa yang ada pada al-Fadani berupa
sanad-sanad periwayatan yang ‘aliy (tinggi) dari guru yang sangat banyak.
Alhamdulillah saya meriwayatkan hadits dari jalur beliau
yaitu: Guru saya Syaikh Dr. Muhammad Nashir al-Ajmi musnid al-Kuwait
memberitahukan kepada kami dari Syaih Muhammad Yasin al-Fadani, dari Syaikh
Umar Hamdan al-Mahrasi dari Syaikh Muhammad Mahfuzh al-Termasi dst.1
Yang perlu diketahui adalah, Guru Syaikh al-Fadani dalam riwayah memang
terhitung sangat banyak, ini mengingatkan kita kepada banyaknya guru-guru ahli
hadits lampau seperti apa yang kita temukan dalam biografi Imam Bukhori, Imam
Thabrani dan lain-lainnya. Diantara yang menyebutkan guru-guru Syaikh al-Fadani
yang tidak kurang dari 700 orang itu adalah muridnya Syaikh Dr. Yusuf
al-Mar’asyali dalam kitab Mu’jam al-Ma’ajim wa al-Masyikhat wa al-Faharis
wa al-Baramij wa al-Atsbat. Dan apa yang disebutkan oleh beliau ini, diduga
tidak mencakup semua guru riwayat Syaikh al-Fadani, karena ada sebagian guru
yang tidak disebut al-Mar’asyali tapi disebutkan dalam kitab lain seperti
Bulugul Amani dan lainnya.
Para guru
itu selain berasal dari Nusantara, juga berasal dari berbagai negeri seperti
Maghrib, India, Syam, Yaman, Hijaz dan lainnya. Juga berasal dari berbagai kelompok
dan pemikiran seperti sufiyyah, asya’irah dan lain sebagainya termasuk ulama
salafiyah yang dijuluki sebagian orang dengan “Wahabi”. Istilah Wahabi sering
dinisbatkan kepada siapa saja yang berdakwah kepada pemurnian tauhid dan sunnah
walaupun kadang kala tidak memiliki hubungan dengan nisbat istilah yaitu Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu.
Sedikitnya
ada tiga hal yang membuat penulis yakin bahwaSyaikh Muhammad Yasin Fadani tidak
membenci Dakwah Salafiyyah (Wahhabiyah) :
Pertama, pujian beliau kepada
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu dalam tulisan-tulisannya.
Seperti
apa yang beliau tulis dalam ringkasan Tsabat gurunya Syaikh Umar Hamdan
al-Mahrasi[3] yang berjudul Ithaful
Ikhwan (hal. 76), disana
beliau memuji Syaikh Ibn Abdul Wahab dengan “Syaikhul Islam”, kata beliau:
“(Syaikh Muhammad Abid As-Sindi meriwayatkan) dari Syaikh Abdullah bin Muhammad
an-Najdi[4] dari Bapaknya Syaikhul Islam Muhammad
bin Abdul Wahab an-Najdi dengan riwayatnya dari al-Bashri[5]”.
Pujian itu
serupa beliau tulis kembali dalam ijazah untuk Syaikh Abdullah bin Abdul Karim
al-Jarafi hal. 70-71. Disana beliau bahkan menyebut Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab dengan, ”Syaikhul
Islam, al-Imam, al-Mujadid”. Ini tentu pujian yang sangat tinggi bahkan
sebuah derajat tertinggi yang pernah diketahui penulis dari pujian untuk para
ulama.
Kedua, Syaikh Muhammad Yasin
Fadani rahimahullahu telah mengkhatamkan berbagai kitab Salafiyyah yang menjadi
ciri khas seorang “Wahabi”, seperti al-Aqidah al-Washitiyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Kasyfusy
Syubhat karya Syaikhul Islam
Muhammad bin Abdul Wahab dan jugaManzumah
Aqidah As-Safarini. Diantaranya kepada gurunya yang juga seorang ulama
keturunan Nusantara : Syaikh al-Allamah al-Fardhi Zubair bin Haji Ahmad Ismail
al-Indunisi al-Ghulfulani. Seorang Pengajar asal Indonesia di Madrasah
ash-Shaulatiyah, dan juga Mudir di Darul Ulum ad-Dinniyah dan Pengajar di
Masjidil Harom. Sebagaimana dikisahkan muridnya Syaikh Mukhtaruddin
al-Falimbani dalam Bulughul Amani hal 27. Syaikh al-Ghulfulani ini
memang diketahui kerap mengajarkan kitab-kitab salafiyyah di madrasahnya.
Syaikh
al-Fadani juga membaca al-Ibanah karya Imam al-Asy’ari dan kitab Tauhid
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab kepada ulama Haramain Syaikh Umar Hamdan
al-Mahrasi, hal itu disebutkan juga pada halaman 10, Bulughul
Amani.
Al-Fadani
juga telah mengkhatamkan Ushul Tsalatsah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
dan al-Itiqad karya Imam Ibnu Qudamah kepada gurunya
Sayyid Hasyim bin Abdullah bin Umar bin Muhammad Syatha bin Mahmud al-Makki
asy-Syafi’i (w. 1380 H), sebagaimana dalam Bulughul Amani hal 24.
Dalam Ijazah untuk Syaikh Abdullah yang telah
lalu, juga disebutkan bahwa Syaikh Fadani meriwayatkan Kitab Tauhid dan
Kitab-Kitab lain karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab lewat jalan gurunya yang
lain yaitu Syaikh Ali bin Ali al-Habsyi al-Madini, Syaikh Abdullah bin Muhammad
al-Ghazi dan Syaikh Abdussattar ad-Dihlawi al-Atsari dengan sanadnya yang
muttasil. Al-Fadani juga meriwayatkan kitab Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan alu
Syaikh[6], cucu dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
lewat jalan gurunya Syaikh Baqir bin Muhammad Nur al-Jukjawi (w. 1363 H)[7] seorang ulama Nusantara tepatnya Yogyakarta,
yang meriwayatkan dari jalan gurunya Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa an-Najdi[8], seorang salafi masyhur sebagaimana kata
Syaikh Abdul Hayy al-Kattani dalam Fihras al-Faharis hal. 125, “an-Najdi, al-‘Alim
as-Salafi al-Musnid”. Syaikh Ahmad ini, meriwayatkannya langsung dari
penulisnya Syaikh Abdurrahman bin Hasan. Sedangkan bagi Syaikh Baqir, selain
dari Syaikh Ahmad, beliau meriwayatkan pula dari seorang salafi lainnya yaitu
al-Allamah Maghrib Abu Syu’aib bin Abdurrahman ad-Dukkali. [9]
Ketiga, Syaikh
Muhammad Yasin Fadani rahimahullahu memiliki banyak guru dari kalangan
Salafiyyin, terkhusus lagi dari Najd, seperti yang akan kami sebutkan sebentar
lagi. Memang, Syaikh al-Fadani diyakini sebagian kalangan beraqidah Asya’irah,
sebagaimana telah umum dipegang oleh kalangan umat Islam Indonesia di masa itu.
Namun, sudah maklum pula sejak beberapa abad yang lalu, ulama salafiyah saling
meriwayatkan dengan ulama asyairah, dan disukai atau tidak oleh kedua belah
pihak, begitulah faktanya. Disinilah kedua belah pihak dituntut bersikap adil
dalam menyingkapi kesalahan ulama. Apalagi menyangkut sikap kepada para ulama
yang dikenal dengan kebaikan dan jasanya, tanpa berta’ashub kepada salah satu
diantara mereka.
[1] Lihat biografi beliau dalam Mu’jam al-Ma’ajim
(3/18-68).
[2] Majmu fi Tarjamah al-Allamah al-Muhadits
Hammad bin Muhammad al-Anshari hal. 611, no. 116.
[3] Melalui jalur gurunya ini, Syaikh Yasin
menyebutkan riwayatnya, yakni dari jalur Syaikh Umar Hamdan al-Mahrasi dari
Syaikh Abdul Ghani bin Abu Sa’id al-Mujadidi dari Syaikh Muhammad Abid as-Sindi
dari Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi …dst.
[4] Lihat Masyahir Ulama Najd karya Syaikh
Abdurrahman bin Abdul Latif alu Syaikh hal. 48 dst,
[5] Memang riwayat Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab dari Syaikh Abdullah al-Bashri wujud diantara nash sebagian ijazah ulama
riwayat, namun keshahihannya masih jadi perdebatan. Syaikh Abdul Hayy
al-Kattani dalam Fihras al-Faharis wa al-Atsbat wa Mu’jam al-Ma’ajim wa
al-Mashyakhat wa al-Musalsalat hal. 365 berkata, “Seandainya shahih riwayat
Muhammad bin Abdul Wahab dari al-Bashri, hal ini menjadikan beliau merupakan
akhir muridnya didunia”.
[6] Lihat Masyahir Ulama Najd hal. 78
[7] Lihat A’lam Al-Makkiyyin (I/349-350).
[8] Lihat Masyahir Ulama Najd hal. 260,
[9] Lihat Bulughul Amani hal. 63
Sumber: Abu Abdillah al-Surianji, Masyayikh Salafi yang
meriwayatkan dari mereka syaikh al-Fadani, http://as-surianji.blogspot.co.id/2014/11/masyaikh-salafi-yang-meriwayatkan-dari.html, Sabtu,
26 Dsesember 2015
1 Lihat
sanad saya yg lain, http://www.binamasyarakat.com/ijazah-sanad-hadits-mudir-mahad-al-aimmah-dari-syekh-dr-yusuf-al-kattani/;
Syaikh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al Fadani, Ulama
ASWAJA Yang Di hormati Dan Di Kagumi Wahabi
http://www.nugarislurus.com/2015/03/syaikh-muhammad-yasin-bin-muhammad-isa-al-fadani-ulama-aswaja-yang-di-hormati-dan-di-kagumi-wahabi.html
Syeikh Yasin Al-Fadani
Syeikh Yasin Al-Fadani