Monday, January 11, 2016

Kelakuan Jendral-Jendral Tengik Majusyiah Iran Terhadap Saudi/Muslim. Jendralnya Banyak Yang Tewas Di Suriah (Silahkan Googling “Jenderal Iran Tewas” )

Hasil gambar untuk jenderal iran tewas di suriah

Jenderal Iran “Serang” Arab Saudi

Jenderal Garda Revolusi Iran, Muhammad Ali Jakfari, untuk pertama kalinya menyerang Arab Saudi secara tegas di hadapan publik. Ia sesumbar, rezim Saudi akan runtuh dalam waktu dekat.

Serangan keras itu dikeluarkan dalam pidato di festival ilmiah di Universitas Baqiyatullah di Teheran pada Senin (27/04). Acara itu juga dihadiri para pejabat dan komandan militer Iran.
“Pemerintah Iran jangan berkompromi lagi dengan rezim Saudi, karena dalam waktu dekat rezim Ali Suud akan lengser,” sesumbar Jakfari di hadapan para pejabat Iran.
Ia menyeru para pejabat meninggalkan pernyataan-pernyataan yang mengkritik rezim Saudi. Hal itu sudah tidak berguna, oleh karenanya saat ini kita harus tegas bersikap kepada mereka.
Ditambahkannya, para pejabat juga harus meninggalkan upaya-upaya diplomatik  terhadap rezim Saudi. Operasi yang digulirkannya di Yaman sangat tegas menunjukkan jati diri mereka.
Seperti diketahui, Iran menentang keras operasi Teluk untuk menggempur Syiah Hautsi di Yaman. Hubungannya dengan saudi pun menegang seiring operasi itu.
Sementara Saudi menyikapi berbagai kritikan tajam Iran dengan santai. Saudi mengatakan, Yaman bukanlah bagian dari Iran, kenapa harus marah. Di sisi lain, yang ditargetkan adalah pemberontak yang membuat kekacauan.
Sumber: arabi21.com

Penulis: Hunef Ibrahim


Sebuah pernyataan mengejutkan dilontarkan oleh salah seorang jenderal Iran. Morteza Ghorbani, nama jenderal itu, mengatakan pihaknya telah menyiapkan 2000 rudal yang siap ditembakkan ke Arab Saudi kapan saja.


“Semua tinggal tunggu perintah Pimpinan Tertinggi Revolusi,” kata Ghorbani yang saat ini menjabat Kepala Lembaga Museum Revolusi Iran.

Lebih jauh Ghorbani mengatakan, Iran tidak perlu takut menghadapi ancaman dari pihak musuh, karena memiliki pengalaman dalam perang Irak yang kala itu mampu bertahan dengan persenjataan terbatas.

“Namun hari ini, apabila ada perintah dari pimpinan tertinggi Revolusi, Khomeini untuk menyerang Saudi, maka sudah ada 2000 rudal yang siap ditembakkan dari Asfahan,” tambahnya baru-baru ini seperti dikutip Dakwatuna.

Ghorbani menambahkan, saat ini Garda Revolusi Iran telah berada di Yaman, Suriah, Irak dan Lebanon. Ia mengklaim sangat mudah untuk melakukan hal yang sama ke Saudi, semuanya tinggal menunggu perintah Khomeini sebagai pemimpin tertinggi revolusi dan representasi dari Imam Mahdi. [Ibnu K/Bersamadakwah/syiahindonesia.com]


Jenderal Iran Sebut Kudeta Yaman Bagian dari Revolusi Iran

Jenderal Garda Revolusi Iran, Muhammad Ali Jakfari, Senin (27/04), menyebut kudeta pemberontak Syiah Hautsi di Yaman merupakan bagian dari revolusi Iran. Operasi Teluk yang dipimpin Saudi di negara itu sama saja memerangi revolusi Iran.
“Rezim Saudi hari ini mencengkeram untuk memerangi revolusi Iran dan membiarkan Israel, melalui agresinya menargetkan Yaman dan rakyatnya yang memerangi kezaliman,” demikian ungkap Jakfari dalam pidato di festival ilmiah di Universitas Baqiyatullah di Teheran.
Ia menjelaskan bahwa revolusi Iran tidak sebatas hanya di dalam negeri, akan tetapi melebar ke negara-negara Timur Tengah dan Barat. Revolusi itu diklaim untuk menghapus rezim-rezim tirani menurut pandangan Iran.
Dalam kesempatan itu, Jakfari juga “menyerang” rezim Arab Saudi. Ia menegaskan bahwa melengserkan rezim Saudi adalah target kedua revolusi Iran.
“Target pertama revolusi Iran meruntuhkan Uni Soviet. Target kedua akan menghancurkan rezim Ali Suud di Timur Tengah,” kata Jakfari.
Jakfari mendesak para pejabat Iran tidak lagi hanya mengkritik Saudi dalam berbagai pernyataan. Namun, tegasnya, saat ini kalian harus bersikap tegas terhadap negara tersebut.
Sumber: arabi21.com

Penulis: Hunef Ibrahim

Jenderal Iran: Ekspor Revolusi Syiah Iran Masuki Babak Baru

Seorang jenderal Iran menyatakan bahwa ekspor revolusi Syiah Iran telah memasuki babak baru. Dia menyebutkan sejumlah wilayah yang telah menjadi sasaran penyebaran paham politik Syiah yang ujungnya merebut kekuasaan seperti di Bahrain, Yaman dan Afrika Utara.
“Revolusi ‘Islam’ melaju dengan kecepatan yang baik, ini menjadi contoh ekspor revolusi yang terus meningkat,” Komandan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, Rabu (11/03).
Pernyataan jenderal itu disampaikannya di hadapan Dewan Ulama Syiah Iran, di tengah sorotan berbagai pihak terkait keterlibatan Iran dalam mendukung rezim Syiah Suriah pimpinan Bashar Assad, yang telah membantai ratusan ribu rakyatnya. Jafari juga menyatakan bahwa pasukan Garda Revolusi Iran telah dikerahkan untuk mendukung Baghdad dan Damaskus.
“Tahap ekspor revolusi telah memasuki babak baru,” imbuh Jafari.
Pernyataan Jafari ini kembali mempertegas pernyataan seorang Jenderal Iran yang lain yaitu, Qassem Suleimani. Suleimani yang merupakan pemimpin Pasukan Al-Quds, sayap militer Garda Revolusi Iran, yang telah ditempatkan di Irak untuk membantu memerangi pejuang ISIS.
“Hari ini kita melihat tanda-tanda revolusi ‘Islam’ yang diekspor di seluruh wilayah, dari Bahrain sampai Irak dan dari Suriah hingga Yaman dan Afrika Utara,” imbuhnya.
Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini terjadi pada tahun 1979. Dengan mengatasnamakan ‘revolusi Islam’, revolusi yang pada hakikatnya revolusi Syiah Imamiyah itu telah mengecoh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia. Revolusi yang bermuara pada upaya merebut kekuasaan tersebut terus dikampanyekan oleh Iran ke berbagai wilayah, salah satu yang telah terbukti adalah kudeta pemberontak Syiah Hautsi di Yaman.
Sumber : Al-Arabiya

Penulis : Imam Suroso

Jenderal Iran : Perang Terhadap Suriah, Perang Terhadap Iran

khoirunnisa-syahidah.blogspot.com - Perang terhadap Suriah saat ini, hakekaktnya perang terhadap Iran, kata  seorang jenderal Iran atas seperti dikutip kantor berita setengah resmi ILNA, Jum'at.Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran,  Jenderal Hassan Feiruzabady, yang melakukan pertemuan dengan Presiden Presiden Suriah Bashar al-Assad,  dan disertai Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi di Damaskus awal pekan ini, Bashar al-Assad mengatakan, perang terhadap Suriah, hakekatnya perang terhadap Iran, ujar Bashar. "Suriah bukanlah target sebenarnya,  tetapi targetnya adalah mengakhiri kekuatan seluruh perlawanan," kata Assad kepada Salehi."Bashar al-Assad mengatakan, karena Suriah merupakan garis terdepan dalam melakukan perlawanan menghadapi pendudukan Yerusalem. Hal ini karena Suriah berada di garis depan depan selama bertahun-tahun, "kata pejabat tinggi Iran. Bashar al-Assad merujuk pada pendudukan Israel oleh "penjajah Yerusalem."Feiruzabady, dikenal karena hubungan dekatnya dengan Ayatullah Ali Khamenie, dan mengatakan bahwa  "menghadapi agresi Israel  sebagai salah satu tujuan utama dan ambisi revolusi Islam Iran, maka Iran dan Suriah harus bergandengan tangan dalam mencapai tujuan ini. "Oposisi Suriah sering menuduh Teheran mendukung rezim Suriah dengan senjata. Beberapa hari terakhir telah menyaksikan beberapa pernyataan oleh pejabat Iran mengenai campur tangan Iran di Suriah.Anggota Barat Dewan Keamanan PBB mengecam Iran yang membantu Assad dengan senjata dalam skala besar yang bertujuan menghancurkan para pejuang oposisi, yang sudah berlangsung selama 18-bulan yang bertekad  menggulingkan pemerintahannya."Pengiriman senjata Iran kepada rezim Assad Suriah menjadi perhatian khusus," kata Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice, di depan anggota Dewan Keamanan PBB, selama berlangsugnya pertemuan, yang membahahs terhadap rezim Iran badan.Pengiriman senjata secara besar-besaran ke Iran melalui Irak itu, dilakukan oleh pasukan Pangawal Revolusi dan Garda Republik. Iran bukan hanya saja mengirimkan senjata kepada Suriah, tetapi juga mengirimkan pasukan reguler, terdiri dari Pengawal Revolusi dan Garda Republik, guna menyelamatkan Bashar al-Assad.
Sementara itu, Bashar al-Assad menegaskan bahwa pasukan oposisi (FSA), tidak akan pernah memenangkan perang di Suriah, dan menyerukan pasukan FSA meletakkan senjata, dan melakukan dialog dengan pemerintah Suriah, tegasnya.Duta Besar Inggris Mark Lyall Grant bergema kecaman Rice transfer senjata ke Suriah."Ini tidak bisa diterima dan harus dihentikan," katanya. "Ini sangat kontras dengan kehendak rakyat Suriah dan pengingat kemunafikan Iran dalam mengklaim untuk mendukung kebebasan di dunia Arab."Jerman Duta Besar Peter Wittig mengatakan kekhawatiran tentang dukungan Iran untuk Assad "yang diperburuk oleh laporan terbaru mengganggu menunjukkan bahwa Iran adalah pengiriman senjata ke Suriah di bawah dalih kemanusiaan."Baik Rusia maupun China, yang telah bergabung dalam veto tiga resolusi yang akan mengutuk serangan Assad terhadap oposisi,dan menolak tuduhan tentang pengiriman senjata ke Suriah.
Sejatinya, Suriah tidak pernah menjadi garda terdepan melawan Zionis-Israel, justeru ayahnya, Hafez al-Assad, berkhianat telah menyerahkan Dataran Tinggi Golan kepada Zionis-Israel dalam perang "Enam Hari", tahun l967, di mana pasukan Hafez al-Assad, meninggalkan begitu saja palagan perang,dan kemudian Dataran Tinggi Golan, dicaplok oleh Zionis. af/ab

Jenderal Iran: Bashar Al-Asad Berperang Atas Nama Iran

Kantor berita Iran, Fars News Agency, baru-baru ini menulis laporan pernyataan seorang Jenderal Iran yang sangat mengejutkan. Laporan itu mengungkap bahwa Iran mengaku akan mengirim ratusan pasukan dan membentuk brigade Hizbullah kedua, setelah Hizbullah Lebanon.
Jenderal Husain Hamdani, mantan komandan Garda Revolusi mengatakan dalam pertemuannya di Komite Andiminstrasi di provinsi Hamdan bahwa Bashar Al-Asad berjuang di Suriah atas nama Iran. Ia mengungkapkan bahwa negaranya telah siap mengirim 130 pasukan ke Suriah. Tidak hanya itu, ia juga berbicara akan membentuk brigade Hizbullah Suriah.
Hamdani menjelaskan dalam pernyataannya, para komandan militer tinggi Iran menegaskan akan membentuk Hizbullah Suriah yang diungkapkan sebagai Hizbullah kedua, setelah Hizbullah Lebanon. “Dengan bantuan Allah bangsa Iran membentuk Hizbullah kedua di Suriah,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa Iran hari ini bertempur di Suriah untuk membela kepentingan ‘Revolusi’. Ia mengatakan bahwa perang di Suriah lebih penting dari pada perang Irak.
Atas berita ini, seperti dilaporkan kantor berita Al-Arabiya, Selasa (06/05), Lembaga dekat dengan Garda Revolusi dan Dinas Keamanan Iran segera menghapus berita tersebut. Belakang diketahui, berita itu diposting oleh media lokal di Iran, sebagaimana dilansir dari kantor BBC bahasa Persia.
Perlu diketahui, beberapa waktu lalu Hamdani yang merupakan mantan komandan brigade Syiah Muhammad Rasulullah telah menyatakan atas situasi di Suriah baru-baru ini. Menurutnya, ia senang melihat Bashar Al-Asad hidup lebih baik dari pada para penentangnya (kubuh oposisi). [hunef]

Jenderal Iran Akui Negaranya Memimpin Perang Melawan Mujahidin di Suriah

Penasehat milter pemimpin tertinggi Syiah Iran, Yahya Rahim Safavi, mengungkapkan bahwa militer Iran adalah pemimpin sebenarnya dalam perang suci melawan mujahidin di Suriah.
Pernyataan ini dikatakan Yahya Rahim Safavi dalam kunjungannya ke rumah keluarga almarhum Jenderal Hossein Hamadani, yang tewas saat memimpin perang melawan mujahidin Suriah di kota Aleppo pada bulan Oktober kemarin.
“Iran akan selalu berusaha mencegah jatuhnya rezim Syiah Assad dari kekuasaan melalui pembentukan Front Internasional untuk melawan mujahidin Suriah,” ujar Yahya Rahim Safavi seperti dilansir kantor berita Farsi.
Yahya Rahim Safavi melanjutkan, “Kami tahu bahwa mereka (Islam Sunni) telah merencanakan serangan jangka panjang yang dimulai dengan Bashar Al Assad di Suriah, kemudian Syiah Hizbullah di Lebanon, lalu bergerak menuju Irak dan sasaran terakhir adalah Iran.”
Perlu diketahui bahwa Front Internasional yang dimaksud oleh Yahya Rahim Safavi adalah koalisi Syiah Timur Tengah seperti milisi Syiah Irak, Hizbullah Lebanon, Syiah Pakistan dan Afghanistan, ditambah dengan Rusia. (Alarabiya/Ram)

Garda Revolusi: Kami Akan Perangi Negara Arab yang Musuhi Revolusi Khomeini

Pasukan Garda Revolusi Iran, Selasa (09/09), menyatakan negaranya akan menggulirkan pertempuran habis-habisan melawan negara-negara Arab yang memusuhi revolusi Khomeini. Hal itu disampaikan komandan Garda Revolusi, Mayor Jenderal Muhammad Ali Jafari, di depan anak buahnya komandan baris pertama di markas Quds.
“Perang ini akan bergulir di Timur Tengah. Kita harus menghadapinya dengan gagah berani, sebagaimana kita juga ikut dalam pertempuran suci di Irak,” kata Ali Jafari seperti dinukil dari situs online yang berafiliasi pada Garda Revolusi, Umriyun.
Jafari menekankan bahwa prestasi paling penting yang harus diraih dari Revolusi Iran adalah mengekspornya ke negara-negara Arab. Ia menunjukkan, hal itu telah dicoba dan berhasil di negara-negara Arab sekutu Iran, Suriah dan Irak.
Ia juga mengatakan dalam pembicaraannya tersebut, brigade Asyura dan brigade Imam Ali (satuan khusus di Garda Revolusi) hari ini tengah menjalani tingkat tertinggi pelatihan militer untuk siap menggulirkan pertempuran regional. Mereka disiapkan jika Iran benar-benar bertempur dengan negara-negara Arab.
Dalam berita lain, Humas pasukan Garda Revolusi Iran melaporkan sekelompok orang yang diungkapkan sebagai “penjahat dan teroris” Selasa pagi menyerang pos perbatasan di daerah Sarwan. Para gerilyawan tidak dikenal itu berusaha merebut dan menduduki pos tersebut.
Garda Revolusi mengaku, pasukannya berhasil menggagalkan serang tersebut dan memukul telak para penyerang. Militer Iran tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang serangan terbaru itu.
Editor: Hunef

Sumber: dawaalhaq.com/youm7.com