Dunia Kecam Iran atas
Serangan pada Misi Diplomatik Saudi di Teheran
Kecaman terhadap Iran atas serangan oleh
para penganut Syi'ah terhadap misi diplomatik Saudi di Teheran dan Mashhad
terus berlanjut hari Selasa (5/1/2015).
Serangan itu, yang tampaknya
seperti "dibiarkan" terjadi oleh Iran, menyebabkan Saudi dan beberapa
negara lainnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan diplomatik dan juga bisnis
dengan Teheran.
Anggota Dewan Keamanan PBB, Turki, Pakistan, Malaysia dan Kuwait menambahkan
suara mereka menggemakan kecaman atas serangan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin malam, anggota Dewan Keamanan PBB
mengutuk serangan dan mengatakan Iran berada di bawah kewajiban untuk
melindungi semua misi diplomatik, menurut laporan yang dibawa oleh SPA.
Pernyataan ini juga mendesak semua pihak untuk masuk ke dalam pembicaraan untuk
meredakan ketegangan yang tumbuh di kawasan itu, SPA melaporkan.
Turki menggambarkan serangan itu sebagai "tidak dapat diterima" dalam
sebuah pernyataan yang disiarkan oleh SPA. Dikatakan Teheran diwajibkan oleh
Konvensi Wina sebagai negara tuan rumah untuk melindungi semua misi diplomatik
asing yang ada di wilayahnya.
Pakistan mengecam pemerintah Iran dan mengatakan mereka harus bertanggung jawab
atas serangan di misi Arab. Mereka harus memberikan perlindungan bagi semua
diplomat, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Qazi Khalilullah.
Malaysia juga mengutuk serangan itu dan menyerukan Teheran untuk mengambil
semua langkah untuk melindungi misi asing di Iran. Menteri Luar Negeri Datuk
Seri Anifah Aman, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Selasa, mengatakan
ini adalah sesuai dengan Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik.
Dia juga menyerukan untuk tindakan hukum yang harus diambil terhadap para
pelaku serangan. "Malaysia mengecam keras tindakan massa yang menyerang
kedutaan dan konsulat Arab Saudi di Teheran dan Mashhad," katanya.
Kuwait telah menarik duta besarnya untuk Iran, kantor berita negara KUNA
melaporkan. Sebuah sumber resmi di Kementerian Luar Negeri Kuwait mengatakan
bahwa kementerian memanggil duta besar pada Selasa pagi karena serangan
tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Negara Kerjasama Teluk (GCC) diperkirakan
untuk mengadakan pertemuan luar biasa di Riyadh untuk membahas peristiwa
terbaru, dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir.
Menteri luar negeri Liga Arab akan bertemu pada hari Ahad di Kairo, dan
diperkirakan akan mengutuk peristiwa di Iran.
Bahrain hari Selasa menghentikan penerbangan ke dan dari Iran, Menteri
Transportasi negara itu mengumumkan. Hal ini akan mempengaruhi semua operator,
kementerian menyatakan.
Maskapai nasional akan mengambil prosedur yang diperlukan untuk memastikan
penumpang dengan pemesanan tidak terpengaruh, kata SPA.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan negaranya
memutuskan hubungan dengan Iran 27 tahun lalu karena situasi pada saat itu.
"Kami menolak campur tangan Iran dalam urusan internal Kerajaan. Kami
telah menekankan berkali-kali bahwa kita berdiri tegak dengan saudara-saudara
kita di Kerajaan dan negara-negara Teluk lainnya, "katanya.
Pangeran Alwaleed bin Talal, ketua Kingdom Holding, mengatakan pada hari Selasa
di Twitter bahwa ia menolak permintaan duta besar Iran untuk pertemuan. Dia
memerintahkan pembatalan semua penerbangan Flynas ke Iran. Alwaleed sendiri
memiliki saham 34 persen di maskapai penerbangan murah tersebut. (st/AN)
http://m.voa-islam.com/news/world-news/2016/01/06/41518/dunia-kecam-iran-atas-serangan-pada-misi-diplomatik-saudi-di-teheran/
http://m.voa-islam.com/news/world-news/2016/01/06/41518/dunia-kecam-iran-atas-serangan-pada-misi-diplomatik-saudi-di-teheran/
Indonesia Diminta Damaikan
Iran dan Arab Saudi
Selasa, 5 Januari 2016, 13:16 WIB
VIVA.co.id - Indonesia
sebagai negara Islam terbesar di dunia diminta proaktif dalam mendamaikan
konflik antara Iran dan Arab Saudi yang kembali memanas. Masukan tersebut
disampaikan berbagai pihak kepada Presiden Joko Widodo termasuk dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang diterima Presiden hari ini.
"Agar pemerintah bisa lebih aktif dalam mendamaikan
konflik yang sekarang di hadapan mata antara Saudi dengan Iran," kata
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin di kompleks Kepresidenan, Jakarta,
Selasa, 5 Januari 2016.
Lukman mengatakan, Indonesia juga punya sejarah aktif dalam
perjuangan perdamaian, termasuk sebagai penggerak negara-negara Nonblok. Maka
pemerintah saat ini juga bisa melakukan langkah-langkah menyuarakan perdamaian.
"Dan Presiden juga sangat menyambut baik karena tidak
hanya pada dirinya tapi semua aspirasi yang ada di Indonesia semua menghendaki
bahwa memang seharusnya konflik itu diredakan, ditiadakan," kata Lukman
yang mendampingi Presiden menerima MUI.
Konflik di Timur Tengah menurut menteri agama memang
memiliki kompleksitas dan sejarah panjang. Namun demi kepentingan kawasan dan
dunia maka konflik diharapkan tidak semakin besar. Apalagi Indonesia juga
memiliki jalinan kerja sama dengan kedua negara tersebut.
"Apalagi sekarang ini kan globalisasi sehingga
kemudian dampaknya itu luar biasa besarnya."
Sementara,
Ketua MUI Ma'roef Amin menilai, konflik Iran dan Arab Saudi tersebut sangat
mengkhawatirkan. Apalagi negara-negara itu masing-masing memiliki koalisi di
kawasan. Namun, MUI meyakini Presiden Joko Widodo akan menyuarakan agar kedua
belah pihak bisa menahan diri.
"Kelihatannya
Beliau (Jokowi) serius sekali mendamaikan itu," kata Ma'roef usai bertemu
Jokowi.
(mus)
© VIVA.co.id
Indonesia Prihatin Konflik
Saudi-Iran
Selasa, 5 Januari 2016, 10:05 WIB
VIVA.co.id - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan
keprihatinan dengan situasi yang terjadi di kawasan Timur Tengah, termasuk
situasi yang saat ini sedang terjadi antara Iran dan Arab Saudi.
Kemlu mengatakan, pemerintah Indonesia mengikuti
dengan prihatin perkembangan hubungan antara Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan
Republik Islam Iran. "Pemerintah Indonesia menyerukan kepada semua pihak
untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya
eskalasi keadaan serta membahayakan stabilitas dan keamanan kawasan,"
demikian keterangan tertulis dari Kemlu RI yang diterima VIVA.co.id, Selasa, 5
Januari 2016.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi segera menghubungi Sekjen OKI, Menlu Kerajaan
Arab Saudi, dan Menlu Republik Islam Iran untuk membantu mencari solusi
terbaik secara damai.
Senada dengan Kemlu RI, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengatakan, konflik yang
terjadi antara Saudi Arabia dan Iran sangat tidak layak dan
mengkhawatirkan. "Kami mengharapkan, baik Saudi maupun Iran dapat
mengendalikan diri masing-masing demi wihdatus shaf (menyatukan barisan) umat
islam dalam menghadapi musuh-musuh Islam dan mereka yang tidak senang kalau
melihat umat Islam bersatu, umat Islam kuat," tulis Ketua Umum PBNU, KH
Said Agil Siroj, melalui siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Selasa, 5
Januari 2015.
Said Agil mengajak agar Iran dan Saudi untuk berjiwa besar dan berlapang dada
membangun persaudaraan muslim yang kuat, persaudaraan yang kokoh demi
menyatukan barisan umat Islam.
Konflik Saudi Arabia dan Iran pecah menjadi konflik terbuka setelah Saudi
mengeksekusi Nimr al Nimr, ulama terkemuka Iran. Keputusan Saudi membuat warga
Iran marah. Mereka mengepung dan membakar kedubes Saudi di Teheran.
Saudi marah, dan mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik.
Saudi juga segera menarik pulang staf diplomatiknya, dan meminta staf
diplomatik Iran meninggalkan Saudi dalam hitungan 48 jam. (one)
© VIVA.co.id
© VIVA.co.id
Indonesia
dengan Iran, Jalin Kerjasama Berantas Terorisme
Kerjasama Indonesia dengan Iran
ibarat seperti palu godam bagi program syiahisasi di Indonesia. Apalagi kerjasama ini dalam bentuk
pemberantasan terorisme. Padahal, definisi terorisme itu belum jelas. Namun,
kalau definisi terorisme itu nanti mengikuti Iran akan berbahaya sekali bagi
pergerakan islam di Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani di Jakarta Convention Center, Kamis (23/4). Dalam pertemuan itu disepakati kedua negara akan bekerjasama dalam memberantas terorisme.
“Kekerasan yang dilakukan atas nama agama oleh kelompok teroris harus diberantas dengan kerjasama yang erat antarnegara,” kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto yang ikut mendampingi Presiden Jokowi selama pertemuan.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim yang moderat, Indonesia dan Iran juga akan memperkuat kerjasama dalam bidang kebudayaan.
Tak hanya soal terorisme dan kebudayaan, Indonesia dan Iran juga sepakat meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi. Andi menjelaskan, beberapa tahun terakhir tren perdagangan kedua negara menurun. Sehingga, dalam pertemuan tadi Presiden Jokowi dan Presiden Hassan berkomitmen untuk meningkatkan volume perdagangan di kedua negara.
“Kemudian dari sektor swasta Iran bidang infrastruktur dan energinya siap masuk Indonesia,” kata Andi.
Namun menurut anggota Komisi Hukum & Perundang-undangan MUI Pusat Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, SH kerja sama ini dinilai sangat terburu-buru dan akan membawa banyak mudharat (mendatangkan keburukan) dibanding kebaikan.
Sebab menurut penulis buku “Syiah Menurut Sumber Syiah, Ancaman Nyata NKRI” ini, defenisi radikalisme yang dipahami Iran (dalam hal ini Syiah, red) tidak sama dengan yang dipahami Indonesia.
“Kita harus paham dulu, apa pengertian radikalisme dalam pikiran Iran. Bagi Iran yang Syiah, semua yang melawan usaha-usaha syiahisasi dinilai intoleran dan takfiri. Jika takfiri akan melahirkan gerakan radikal. Dan gerakan radikal bisa berujung tindakan terorisme, begitu cara pikir Iran,” ujar Abdul Chair Ramadhan.
“Nampaknya, istilah radikalisme, akan dijadikan palu godam bagi Syiah-Iran untuk menghalangi sekaligus mengamankan usaha syiahisasi di Indonesia.” Ungkapnya. (annajah/rol/hidayatullah/ +ResistNews Blog )
http://blog.resistnews.web.id/2015/04/indonesia-dengan-iran-jalin-kerjasama.htmlPresiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani di Jakarta Convention Center, Kamis (23/4). Dalam pertemuan itu disepakati kedua negara akan bekerjasama dalam memberantas terorisme.
“Kekerasan yang dilakukan atas nama agama oleh kelompok teroris harus diberantas dengan kerjasama yang erat antarnegara,” kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto yang ikut mendampingi Presiden Jokowi selama pertemuan.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim yang moderat, Indonesia dan Iran juga akan memperkuat kerjasama dalam bidang kebudayaan.
Tak hanya soal terorisme dan kebudayaan, Indonesia dan Iran juga sepakat meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi. Andi menjelaskan, beberapa tahun terakhir tren perdagangan kedua negara menurun. Sehingga, dalam pertemuan tadi Presiden Jokowi dan Presiden Hassan berkomitmen untuk meningkatkan volume perdagangan di kedua negara.
“Kemudian dari sektor swasta Iran bidang infrastruktur dan energinya siap masuk Indonesia,” kata Andi.
Namun menurut anggota Komisi Hukum & Perundang-undangan MUI Pusat Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, SH kerja sama ini dinilai sangat terburu-buru dan akan membawa banyak mudharat (mendatangkan keburukan) dibanding kebaikan.
Sebab menurut penulis buku “Syiah Menurut Sumber Syiah, Ancaman Nyata NKRI” ini, defenisi radikalisme yang dipahami Iran (dalam hal ini Syiah, red) tidak sama dengan yang dipahami Indonesia.
“Kita harus paham dulu, apa pengertian radikalisme dalam pikiran Iran. Bagi Iran yang Syiah, semua yang melawan usaha-usaha syiahisasi dinilai intoleran dan takfiri. Jika takfiri akan melahirkan gerakan radikal. Dan gerakan radikal bisa berujung tindakan terorisme, begitu cara pikir Iran,” ujar Abdul Chair Ramadhan.
“Nampaknya, istilah radikalisme, akan dijadikan palu godam bagi Syiah-Iran untuk menghalangi sekaligus mengamankan usaha syiahisasi di Indonesia.” Ungkapnya. (annajah/rol/hidayatullah/ +ResistNews Blog )
Indonesia dan Iran Meningkatkan Kerja Sama Pertahanan
Iran-Indonesia Perkuat Kerjasama Militer
Kerjasama
militer Iran dan Indonesia terus meningkat
Indonesia-Iran Jalin Kerja
Sama Perangi Terorisme
http://garudamiliter.blogspot.co.id/2015/04/indonesia-iran-jalin-kerja-sama-perangi.html
Kapal Tempur Negara Syi’ah Iran ke Jakarta Untuk Latihan Perang Bersama
Kapal Tempur Negara Syi’ah Iran ke Jakarta Untuk Latihan Perang Bersama
Tolak Ajakan Saudi Lawan Teroris, Jokowi
Ternyata Sudah Berkoalisi Dengan Iran