Presiden
Iran Hassan Rouhani meninggalkan acara
Media massa Iran mengecam habis-habisan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam (OKI)
ke 13 yang berlangsung di Istanbul pada tanggal 10-15 April 2016.
Kecaman
datang, khususnya setelah Iran menerima tamparan hebat pada saat KTT
berlangsung, dimana Iran dianggap bertanggungjawab terhadap berbagai
tindakan teroris yang terjadi di kawasan; seperti yang tersebut dalam resolusi
akhir dari KTT, yang mengakibatkan Presiden Iran dan delegasinya mangkir hadir
pada saat pembacaan resolusi yang dikeluarkan pada Jumat 15 April kemarin.
Sebelumnya, kantor berita Anadolu
Agency Turki menyatakan sudah membaca
draft resolusi KTT yang didalamnya terdapat beberapa point penting antara lain
adalah ajakan kerjasama dalam menghadapi kejahatan teroris yang menimpa banyak
dunia Islam, dan ajakan agar kerja sama OKI dan Iran harus dengan dasar saling
menghormati antar sesama negara-negara jiran tanpa ada intervensi terhadap urusan
internal negara-negara kawasan.
Juga
terkait dengan kebijakan negara-negara yang tergabung dalam OKI diharapkan
dapat menyelesaikan berbagai sengketa dengan cara damai tanpa kekerasan maupun
ancaman-ancaman, demikian dinukil situs cairoportal, Sabtu (16/04/2016).
Sementara
itu, saluran televisi Syiah Iran, Al-Alam dalam
laporannya pada Sabtu (16/04/2016) juga menyerang KTT OKI 13 -yang ditutup pada
Jumat (15/04/2016) di Istanbul dengan menyebut sebagai KTT organisasi
yang lemah perannya dan tidak berdaya dalam menghadapi berbagai tantangan yang
sedang dihadapi oleh umat Islam saat ini.
Dalam
laporan tersebut, TV Syiah ini menyatakan ketidaksetujuan Iran terhadap 4 point
resolusi yang dinilai merugikan Iran sebagai negara pendiri OKI dan point lain
yang dinilai merugikan Hizbullata Libanon.
Iran
juga mengkritik cara-cara yang digunakan oleh negara-negara OKI dalam
memaksakan beberapa keputusan yang berdasarkan kepada ancaman-ancaman dan
janji-janji palsu, sebagaimana Iran juga mengingatkan OKI akan menyesal kelak
karena telah membuat keputusan yang merugikan Iran dan Hizbullata.
Teheran menilai bahwa
yang berlangsung pada KTT OKI yang ke 13 kali ini adalah “kampanye
kebencian” terhadap Iran dengan menuduh Saudi sebagai sumber masalah. Menurut
Iran, Saudi ingin membawa isu kebencian ini ke Dewan Kemananan PBB dengan cara
terlebih dahulu mempromosikan proyek pelabelan Hizbullata sebagai organisasi
teroris.
Dalam konteks yang sama, mantan anggota
Hizbullah mengatakan bahwa apa yang terjadi di KTT OKI -dimana Iran dijadikan
sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai tindakan teroris
dikawasan- baru hanya permulaan saja, dalam rangka mengembalikan Iran ke
habitat aslinya agar Iran kembali tau diri dan dapat menakar dirinya agar tidak
besar kepala di kawasan.
Menurutnya,
apa yang terjadi di KTT -menurutnya- adalah pukulan telak buat Iran.
Dalam
pernyataannya kepada situs cairoportal,
mantan anggota Hizbullah Libanon yang tak disebutkan namanya ini mengatakan,
“bahwa yang telah terjadi di KTT adalah pengungkapan fakta bahwa dunia Islam
berada di belakang Saudi dan sama sekali tidak berniat membela Iran”.
Mantan
Hizbullata ini juga menegaskan bahwa sikap Saudi sangat kuat dan didukung oleh
banyak pihak, didukung oleh negara-negara Arab dan didukung oleh dunia Islam.
Sementara
Iran, posisinya sangat lemah layaknya seperti seorang pencuri yang ketangkap
basah dan tidak dapat membela diri.
Menurutnya,
kaburnya Presiden Iran Hassan Rouhani pada sidang akhir dan pada saat penutupan
KTT layaknya seperti pelaku kriminal yang lari karena takut menjadi
tertuduh dan dikecam didepan umum. Iran hanyalah “tong kosong” yang dibenci
oleh seluruh dunia Islam.
“Sangat
memalukan sekali, Iran yang mengaku dirinya sebagai negara Islam, dan kepala
negaranya Si Rouhani itu mengaku sebagai ahli agama dan bersorban besar, namun
tertuduh sebagai pelaku kejahatan dan dikecam karena telah melakukan kekacauan
di berbagai belahan dunia Islam dan negara-negara OKI,” lanjutnya dalam situs
tersebut.
Mantan
anggota Hizbullata -yang meminta agar namanya tidak dipublish demi keamanan ini-
juga menegaskan bahwa KTT OKI kali ini adalah kemenangan bagi “politik Saudi”
dan kekalahan telak Iran. Karena sangat tidak logis jika Iran berada di pihak
yang benar sedangkan seluruh negara-negara Islam sepakat mengecamnya. Masak
seluruh negara-negara Islam itu salah semuanya? ujarnya.*/Kivlein Muhammad
"[CATATAN] KTT OKI di
Istanbul dan Hubungan Turki-Saudi-
Iran" by @hasmi_bakhtiar
by
Hasmi Bakhtiar
S2 Hub. Internasional Lille Prancis
1. Sedikit komentar tentang KTT dan isi deklarasi OKI yang diselenggarakan di
Istanbul, 14-15 April 2016.
2. Ini pertama kalinya Turky menjadi tua rumah sejak OKI berdiri pada akhir
tahun 1969.
3. Yang menarik dari KTT OKI kali ini adalah kondisi negara OKI sedang terlibat
konflik, bahkan konflik antar sesama negara anggota.
4. Seperti Saudi sedang konflik dengan Iran, Turky juga terlibat konflik dengan
Mesir. Ini semua negara kuat di dalam OKI.
5. Suasana 'panas' sudah terasa dari awal KTT berlangsung.
6. Bagaimana Erdogan maju ke panggung dari sisi berlawanan dengan menlu Mesir
agar tidak mengharuskannya berjabat tangan.
7. Begitu pula Saudi, bahkan sebelum acara dilangsungkan Saudi sudah menyiapkan
isi deklarasi menyerang Iran.
8. Saudi berupaya menjadikan moment tersebut untuk 'menghabisi' Iran atas nama
OKI.
9. Dan upaya tsb berhasil. Dalam deklarasi akhirnya OKI mengutuk pemerintah
Iran atas insiden penyerangan kedutaan Saudi di Teheran silam.
10. Ga cukup sampai di situ, OKI juga mengutuk teror bersenjata yang dilakukan
Hizbullah di negara arab.
11. Dan yang paling membuat Iran marah adalah desakan dari OKI agar Iran tidak
ikut campur urusan dalam negeri negara arab, spt Yaman dll.
12. Ini di luar dugaan Iran, maka dari itu Rouhani percaya diri menghadiri KTT
tsb. Dalam fikiran Iran hubungan mereka dg Turky cukup baik.
13. Agak kurang masuk akal Erdogan
malah ikutan raja Salman 'menghabisi' Rouhani. Tapi itulah kenyataannya.
14. Pertanyaannya sekarang, apa benar Erdogan
beneran bersekutu dengan raja Salman? Mendukung usaha Saudi menjadi 'raja'
dikawasan?
15. Kalau melihat perseteruan Saudi-Iran, gw yakin
Turky akan lebih memilih berpihak kepada Saudi. Ini sudah jelas dalam KTT OKI
kemarin.
16. Tapi gw agak ragu hubungan dua negara tsb
bakal langgeng. Perbedaan prinsip antar kedua negara tsb selalu menjadi
penghalang.
17. Pertama, Turky dan Saudi berbeda pandangan
tentang IM, yang menjadi aktor penting di perpolitikan negara timteng.
18. Dari dulu konflik Mesir selalu menjadi batu
sandungan hubungan Turky-Saudi. Berkali-kali raja Salman merayu Erdogan selalu
gagal.
19. Bahkan raja Salman menjamin kepada Erdogan
ini kudeta takhir di Mesir jika Turky mengakui pemerintahan As-Sisi, tetep
Erdogan ga nanggepin.
20. Kedua, Turky merasa propaganda yang
dilakukan Saudi bukan murni untuk rakyat timteng, tapi lebih ke ambisi petinggi
kerajaan Saudi.
21. Terlihat dari sikap Turky yang 'ogah-ogahan'
mengikuti kampanye melawan Iran yang dilakukan Saudi.
22. Sampai hari ini Turky ga pernah serius
bergabung dalam koalisi militer negara islam yang dirancang Saudi.
23. Selain Turky sudah bergabung dengan NATO
yang tidak bisa semau Turky bergabung dengan aliansi militer lain....
24. ...Turky juga merasa arah koalisi militer
bentukan Saudi arahnya tidak jelas selain menghadapi Iran.
25. Tapi Turky juga ga bisa bereaksi lebih
terhadap sikap 'semau gue' Saudi, timteng bisa makin kacau.
26. Jadi Turky hanya bisa menjaga asa raja
Salman agar ga menimbulkan gejolak baru, terlihat kesepakatan antara
Turky-Saudi belum ada yg krusial.
27. Kemesraan dua negara tsb hanya di permukaan,
padahal perbedaan prinsip sangat tajam di dalam.
28. Kondisi spt ini akan terus berlanjut sampai
Saudi faham makna demokrasi yang difahami Erdogan.
29. Jadi wajar Turky masih lirik-lirik Iran
karena Saudi juga bukan teman koalisi yang faham apa maunya Turky.
30. Ada masanya nanti kesabaran Erdgan habis
dalam mengajarkan Saudi ttg arti demokrasi, ketika itu twit gw malam ini
terlihat di permukaan :D
31. Dan gw rasa itu ga butuh waktu lama, artinya
hubungan manis di permukaan ini juga ga bakal lama. Sekian.