Anggota Dewan Pertimbangan Presiden mewaspadai bahaya Syiah di Indonesia
Rabu, 27 Jumadil Akhir 1437 H / 6 April 2016
08:05
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Hasyim Muzadi
menyatakan potensi konflik Sunni-Syiah di sejumlah daerah di Jawa Timur, yakni
Bangil, Bondowoso, Puger, dan Madura, perlu diwaspadai.
“Konflik Sunni-Syiah di dunia telah terbukti menjadi
awal terobek-robeknya kaum Muslimin bahkan penyebab terobek-robeknya sebuah
negara. Juga hal ini, di Indonesia pasti merupakan ancaman terhadap NKRI,” kata
Kiai Hasyim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (5/4/2016), lansir Antara.
“Kita tentu bisa ikut merasakan sakit hati kaum Sunni
ketika kaum Syiah menghujat Sayyidina Abu Bakar Assiddiq, Sayyidina Umar bin
Khottob, Sayyidina Usman bin Affan, Sayyidah Aisyah, dan Sayyidah Hafsoh,
bahkan sampai mengkafirkan beliau-beliau yang sangat dihormati di kalangan
Sunni. Tapi kaum Sunni harus menahan diri dan selalu bergandengan dengan aparat
negara,” tambah mantan Ketua Umum PBNU ini.
Dia menjelaskan bahwa sebenarnya ada kelompok Syiah
yang tidak menghujat para Sahabat Nabi, misalnya Kelomlpok Jafariyah dan
Zaidiyah, namun jumlahnya sangat kecil bahkan lebih suka hanya digunakan
sebagai promosi.
“Ketegangan sosial yang diakibatkan oleh hujatan ini
apabila bersinggungan dengan politik kekuasaan akan terjadi kristalisasi
kekuatan antarkeduanya kemudian tahap selanjutnya akan terjadi konflik
terbuka,” kataSekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars
(ICIS) ini.
Lebih lanjut Kiai Hasyim mengatakan bahwa proses
menuju konflik terbuka ini dimanfaatkan oleh banyak kaum islamophobia (musuh
Islam dunia) yang diam-diam memperparah arena konflik untuk melakukan devide et
impera (pemecahbelahan) serta mempersiapkan intervensi pemikiran/militer asing
baik blok timur maupun barat atas dalih keamanan dunia.
“Inilah yang terjadi di Suriah pada saat sekarang ini.
Kalau sudah sampai tahap ini, sudah tidak lagi kelihatan Sunni-Syiahnya, yang
ada hanya penderitaan dan kehancuran kaum Muslimin dan negara Islam,” katanya.
Kenyataan pahit inilah yang mendorong berbagai negara
Sunni melarang pengembangan Syiah melalui undang-undang seperti Sudan,
Malaysia, Brunei, apalagi Arab Saudi yang memang musuh bebuyutan Syiah, kata
Kiai Hasyim.
“Sedangkan di Indonesia semua berdasarkan HAM, tidak
peduli apakah HAM tersebut menuju persatuan atau cerai berai, bahkan kehancuran
Indonesia,” kata dia.
Akibatnya, Polri pun akan kehabisan langkah kalau
menghadapi konflik sosial ideologis seperti ini karena tidak adanya payung
hukum yang melindungi polisi sendiri.
Khusus terkait potensi konflik di Jawa Timur, menurut
Kiai Hasyim tidak menutup kemungkinan dalam hitungan waktu bisa saja terus
menjalar ke Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara, kalau
tidak ada formula utuh kenegaraan dan sosial masyarakat untuk penyelesaiannya.
“Seharusnya PBNU segera turun ke Jatim menyelesaikan
masalah sangat rawan ini karena menyangkut keselamatan warga Nahdliyin, umat
Islam, dan negara,” kata Kiai pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam Malang dan
Depok itu.
(azmuttaqin/arrahmah.com)
http://www.arrahmah.com/news/2016/04/06/anggota-dewan-pertimbangan-presiden-mewaspadai-bahaya-syiah.html
Kegelisahan KH Hasyim Muzadi Terhadap
Syiah di Indonesia
April 7, 2016
Dalam
sebuah pernyataan yang dilansir kantor berita Antara, KH. Hasyim Muzadi
(5/4/2016) menyebut bahwa Syiah merupakan ancaman terhadap NKRI, sehingga perlu
diwaspadai. Dia menilai potensi konflik Sunni-Syiah di Indonesia sangat besar,
khususnya di daerah Jawa Timur, yakni Bangil, Bondowoso, Puger, dan Madura.
Mantan Ketua Umum PBNU itu menyatakan bahwa konflik Sunni-Syiah di dunia telah
terbukti menjadi awal terobek-robeknya kaum muslimin bahkan penyebab
terobek-robeknya sebuah negara.
Bahkan kian hari perkembangannya semakin
mengkhawatirkan. Berbagai acara dan even mereka lakukan dengan terang-terangan.
Anggota Dewan Pertimbangan presiden itu menyatakan bahwa kita tentu bisa ikut
merasakan sakit hati kaum Sunni ketika kaum Syiah menghujat Sayyidina Abu Bakar
Assiddiq, Sayyidina Umar bin Khaththab, Sayyidina Utsman bin Affan, Sayyidah
Aisyah, dan Sayyidah Hafshah, bahkan sampai mengkafirkan beliau-beliau yang
sangat dihormati di kalangan Sunni.
Tapi
kaum Sunni harus menahan diri dan selalu bergandengan dengan aparat negara.
Kiai Hasyim mengatakan bahwa proses menuju konflik terbuka ini dimanfaatkan
oleh banyak kaum islamophobia (musuh Islam dunia) yang diam-diam memperparah
arena konflik untuk melakukan devide
et impera(pemecahbelahan) serta mempersiapkan intervensi
pemikiran/militer asing baik blok Timur maupun Barat atas dalih keamanan dunia.
(Fokusislam.com.6/4/2016)
Apa yang diungkapkan kiai asal Malang
tentang perkembangan Syiah itu bukan saja menarik dalam konteks
dampak yang ditimbulkannya, tetapi juga konteks titik wilayah yang dituju.
Dalam konteks dampak, ideologi Syiah sudah terbukti memporak-porandakan sebuah
negara, seperti di kawasan Timur Tengah, sementara titik wilayah yang dituju
adalah Jawa Timur. Sebagaimana diketahui, Jawa Timur adalah satu-satu propinsi
yang mengeluarkan pelarangan secara resmi aliran Syiah. Lewat Peraturan
Gubernur (Pergub) tahun 2012, Syiah dinyatakan sebagai aliran sesat, dan hal
itu dikawal terus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.
Apa yang dikatakan kiai Hasyim untuk
mewaspadai perkembangan Syiah cukup beralasan. Perkembangan Syiah di Bangil,
Bondowoso, Puger, dan Madura memang berpotensi besar akan merembet ke wilayah
lain, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Hal
ini sangat beralasan karena Jawa Timur merupakan baro meter sosial, politik,
dan keagamaan di Indonesia. Dengan membiarkan dan acuh tak acuh terhadap
perkembangan Syiah di Jawa Timur, sama saja membiarkan terjadinya konflik yang akan
mengancam NKRI ini.
Dalam perspektif global, ideologi Syiah
telah merobek-robek dan memecah belah kawasan Timur Tengah seperti Yaman,
Libanon, dan Suriah. Sementara negara Sudan, Bahrain dan beberapa negara sekutu
Saudi sudah mengantisipasi sejak awal dengan mengusir duta besar dan memutus
hubungan dengan negara induk Syiah, yakni Iran. Hal ini semata-mata untuk
mengeliminir perkembangan Syiah. Perkembangan dan dinamika Syiah di Yaman,
Libanon, dan Suriah masih bisa kita lihat situasinya yang mencekam dan membuat
negara itu terancam jatuh ke tangan penganut Syiah. Pernyataan kiai Hasyim ini
merupakan early warning (peringatan dini) tentang bahaya Syiah
bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia yang mayoritas muslim Sunni.
Ajaran yang dibawa Syiah memang sangat
besar potensi konfliknya di Indonesia. Betapa tidak, kalangan Sunni sangat
menghormati dan memuliakan sahabat besar Nabi, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq,
Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan. Tetapi oleh kelompok Syiah, tiga
sahabat agung ini dihinakan dan dikafirkan. Begitu pula dua istri Nabi (Aisyah,
dan Hafshah) dikatakan sebagai perempuan hina dan pelacur. Tentu saja, apa yang
diyakini Syiah terhadap orang-orang mulia ini sangat mengganggu dan menghina
kelompok Sunni. Jika hal ini dikesampingkan, maka potensi konflik Syiah-Sunni
sulit dihindarkan.
Apabila konflik Sunni-Syiah tidak segera
diantisipasi dan dicegah, maka akan memberi peluang kepada kaum Islamophobia
(musuh Islam dunia) untuk mengeruhkan suasana. Kaum Islamphobia ini bukan hanya
memanfaatkan situasi buruk ini, tetapi juga akan untuk mengambil untung dengan
jalan politik devide
et impera (pemecahbelahan).
Ketika situasi bangsa yang terpecah belah, dan dengan dalih keamanan dunia,
maka mereka akan melakukan intervensi militer. Kondisi ini
(intervensi militer) sudah terjadi di Yaman, ketika pemimpin Houtsi yang
berideologi Syiah hampir saja menguasai dan menggulingkan pemerintahan sah
Yaman.
Begitu pula yang terjadi di Suriah,
ketika presiden Bashar Assad yang berideologi Syiah mengundang Rusia, China dan
sekutunya untuk memerangi sekelompok orang yang diklaim sebagai pemberontak.
Kondisi terbelahnya Sunni-Syiah itu memberi peluang kepada negara asing untuk
mengirim pasukan militernya guna memasuki arena dengan memihak salah satu di antara
keduanya, tentu dengan motif dan tujuan menciptakan perdamaian dunia.
Apa yang disampaikan kiai Hasyim Muzadi
merupakan peringatan sekaligus himbauan kepada ormas Islam untuk waspada
dan tidak mudah untuk ditunggangi kepentingan Syiah. Syiah secara terbuka sudah
menyatakan untuk mengajak bersatu kepada umat Islam Indonesia untuk memerangi
Wahabi. Wahabi dijadikan sebagai pintu masuk untuk mengobrak-abrik kehidupan
beragama Indonesia. Bagi Syiah, menciptakan Wahabi sebagai musuh bersama (common
enemy) merupakan cara yang mudah dan efektif untuk menciptakan dan
memporak-porandakan Indonesia sebagaimana yang terjadi di kawasan Timur Tengah.
Surabaya, 6 April 2016
Oleh
: Dr. Slamet Muliono
*Penulis
adalah dosen di UIN Sunan Ampel dan STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya
Syiah
masih Islam(Jangan mengatakan Syiah itu sesat)
KH Hasyim Muzadi: Syiah
Bagian dari Islam
Ternyata
KH.Hasyim Muzadi Yang Kirim Warga NU Ke Iran
dituding Said Agil soal
Iran, ini jawaban KH Hasyim Muzadi
Hasyim
Muzadi: Syiah Lebih Islam daripada Ahmadiyah
Dari Sekian Banyak Aliran Sesat, Syiah Paling Berbahaya
Syi’ah memusuhi Islam dan lebih buruk tipuannya dibanding Ahmadiyah
KH Hasyim Muzadi: Wahabi Takfiri Kelompok Pemecah Belah Umat Islam
Pindahkan Makam Nabi, Saudi Disumpahi Bakal Hancur (Hasyim Muzadi)
Wahabi Ingin Makam Nabi Dibongkar, Hasyim Muzadi: Arab Saudi akan Hancur
K.H. Hasyim Muzadi : wahabi manhaj takfiri pemecah
belah umat islam - YouTube
Singapura Perlakukan Syi'ah dan Ahmadiyah Bukan Bagian dari Islam ( sama
dengan Malaysia dan Brunei ).Kapan di Indonesia ?
Kesaksian KH. Hasyim Muzadi: Aksi Bela Islam 212 Dihadiri Kalangan Malaikat
Hasyim Muzadi “Kita menanamkan Pancasila ke seluruh dunia, karena inti
Islam ada di Pancasila,” Hah ?! Berbicara Tentang Allah ( Agama ) Tanpa
Ilmu" Lebih Besar Dosanya Dari Dosa Syirik. Rakyat Rusak karena Ulamanya
Menyimpang
(aswaja).
"Keteladanan Antara Wali Songo Vs Wali Dollar" [untuk ulama
"su/penghujat wali jenggot !" ]
Lucu...” Ulama Su'per Aswaja Pendengki Wahabi” Saling Tuding Kerjasama
Dengan Majusyi’ah Iran. Said Aqil Siraj Salahkan Hasyim Muzadi, Hasyim Muzadi
Salahkan Gus Dur..?! Beda Dengan Kejujuran Ulama ASWJ Malaysia/Brunei.
Perhatikan ! Para Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al Wahhab/Wahabi) dan
Penghujat Saudi, Dihinakan dan Diberantakan !
Siapakah Ulama As-Su’ Di Indonesia, Yang Gemar Memfitnah Dan Mencela Umat
Islam Diluar Golongannya, Sering Bikin Resah Umat Islam, Berasyik Masyuk Dengan
Non Muslim Dan Merasa Super Mayoritas ? Seperti Ini Moderat ?
Ulama "Su" ini Gemar Menghina Allah`azza wa jalla [ Dagangannya
" Wahhabi"/Al-Wahhab ] Sekarang Menghina Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam [ Menghujat "Jenggot/Lihyah" ] ..! KH. Hasyim
Muzadi: Inilah Bedanya Wali Songo, Waliyullah dan Wali Jenggot
Untuk Para Provokator/Hasader/Herder Syi’ah dan Ulama2 “SU’/Namimah” yang
ingin membenturkan NU dengan Salafi “Wahhabi”, perhatikan tulisan dibawah ini
!!
Untuk "Ulama ?" Penghina " Wali Jenggot" Baca
Artikel ini : Perbedaan antara wali-wali Allah dan wali-wali syaithon
kafir syiah lebih berbahaya dari yahudi dan nasrani
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi? Kelompok Takfiri
sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal Jika Merujuk Definisi BNPT
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
KH Hasyim Muzadi Baru Sadar ( Selama Ini Hobinya Menghujat Wahabi ) Syi’ah
Merupakan Ancaman Terhadap NKRI, Gemar Menghujat Sahabat Dan Istri Nabi
Astaghfirullah, Idrus Ramli Sebut KH Hasyim Muzadi Tidak Paham Agama
Syi’ah memusuhi Islam dan lebih buruk tipuannya dibanding Ahmadiyah
Pakar Sebut Syiah Lebih
Berbahaya dari Ahmadiyah
‘Syiah Lebih Licik Dari
Ahmadiyah’
Awas! Syiah Lebih
Bahaya dari Ahmadiyah