Wednesday, May 4, 2016

Aleppo Dan Wajah Kemanusiaan Kita (Terhadap Muslim Arab). Sikap Pemerintah Dan Ulama Mainstream Kita Yang Membisu, Persis Sama Dengan Sikapnya Saat As-Sisi Membantai Puluhan Ribu Muslim Arab Mesir. Hanya Saudi Dan Negara-negara Teluk Yang Berani Sebut Pemboman Aleppo Kejahatan Keji Kemanusiaan. Matinya Nurani !


Aleppo Dan Wajah Kemanusiaan Kita

Suriah...tak henti-hentinya negeri ini mengirimkan kabar duka dan air mata kepada kita: manusia.
Kamis (28/4) kemarin, sebuah rumah sakit di Aleppo menjadi sasaran kebiadaban serangan udara rezim Bashar Assad yg menewaskan puluhan org, termasuk anak-anak yg tak berdaya.

Ini jelas merupakan pelanggaran Hukum Kemanusiaan Internasional (International Humanitarian Law), sebagaimana juga terdapat pada point keempat Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan bagi warga sipil saat terjadi perang.
Bahkan Majelis Umum PBB jelas-jelas menyatakan (resolusi tahun 1970) ;…” bahwa tempat tinggal, tempat perlindungan, wilayah RUMAH SAKIT serta instalasi lain yang digunakan penduduk sipil tidak boleh dijadikan sasaran operasi militer.”

Bashar Assad nampaknya tak peduli dgn semua konvensi, resolusi, atau apalah namanya. Ia yakin betul akan dukungan Rusia, China, dan Iran kepada dirinya. Ketiga negara ini memang memiliki kepentingan yg sama terhadap Suriah dan kawasan.
Rusia dgn kepentingan industri senjatanya; China dgn kepentingan ekonomi dan ideologi komunisnya; serta Iran dgn kepentingan penyebaran sekte syiahnya di Timur Tengah; akan senantiasa kokoh dibelakang Bashar Assad.

Wujud konkret dukungan ini pernah mereka lakukan saat Rusia dan China mem-veto Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 2012 silam yg mengutuk dan memberi sanksi kpd Bashar Assad utk meletakkan jabatannya. Resolusi tsb akhirnya gagal meski 13 dari 15 negara anggota DK PBB telah menyetujuinya. Tentu saja sikap Rusia dan China ini disambut tepuk tangan Iran.

"Dengan memveto sanksi yang diusulkan, China dan Rusia telah bersikap adil," kata Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi.
Lalu bagaimana sikap kita:
Indonesia?
Sejauh yg saya googling, blm ada satupun pernyataan Joko yg mengutuk kebiadaban rezim Bashar Assad ini. Persis sama dgn sikapnya saat As-Sisi membantai puluhan ribu rakyat Mesir. DIAM.
Genangan darah dan jeritan anak-anak tak berdosa blm mampu dilihat dan didengar oleh Joko hingga membuat lidahnya keluh. Tak bersuara.
Sial benar kita sbg bangsa muslim terbesar di dunia memiliki pemimpin spt ini. Indonesia benar-benar kehilangan wibawanya.

Kita merindukan sosok pemimpin Indonesia yg disegani dunia spt (alm) H.M Soeharto, terlepas dari kekurangan beliu. Presiden Soeharto langsung masuk ke Bosnia Herzegovina ketika ummat Islam di sana dibantai secara keji oleh tentara Serbia.

Beliau masuk ke Sarajevo hanya dgn jas dan peci, tanpa mengenakan rompi anti peluru dan helm, meski saat itu perang tengah berkecamuk dan beliau dalam intaian sniper2 serbia, sebagaimana diceritakan oleh Letjen (purn) Sjafrie Sjamsoeddin yg turut mengawal beliau.

Kunjungan yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai sebuah kunjungan paling berani ke wilayah yang sedang berkecamuk perang dan begitu brutal di kawasan Balkan dan hanya pernah dilakukan oleh presiden Republik Indonesia.

Sebab dua hari sebelumnya pesawat PBB ditembak jatuh di wilayah udara Bosnia oleh tentara Serbia, yg menyebabkan komandan pasukan PBB di Bosnia kala itu menyodorkan "kontrak mati" sbg wujud berlepas tangan dan tidak berani bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi kepada Presiden Soeharto dan rombongan apabila tetap memaksakan diri untuk berkunjung ke Bosnia.

Inilah 'maqom' pemimpin Indonesia yg sesungguhnya.

Tapi kini sikap politik luar negeri Indonesia benar-benar dikangkangi oleh kepentingan Rusia dan China, dua negara utama penopang rezim Bashar Assad di Suriah.

Kepada Rusia, Indonesia sangat bergantung pada pengadaan alat utama sistem persenjataan; dan kepada China, Indonesia bergantung utang luar negeri yg terus membengkak.

Tersandera oleh dua kepentingan di ataslah yg akhirnya membuat Indonesia tidak berani bersikap, bahkan atas nama kemanusiaan sekalipun.
MENYEDIHKAN.....
(Erwin Al-Fatih)

Hanya Saudi Yang Berani Sebut Pemboman Aleppo Kejahatan Perang dan Kemanusiaan

Minggu 1 Mei 2016, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menyebut pemboman 10 hari berturut-turut di kota Aleppo wilayah utara Suriah oleh rezim Syiah Assad sebagai kejahatan perang dan kemanusiaan yang didiamkan dunia internasional.
“Apa yang terjadi di kota Aleppo oleh rezim Syiah Assad dan sekutunya adalah bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang,” ujar Menlu Adel al-Jubeir dalam konferensi persnya di ibukota Riyadh.
Menlu Adel al-Jubeir dijadwalkan akan bertolak ke kota Jenewa, Swiss, pada hari Minggu (01/04) malam untuk membicarakan file gencatan dan perundingan damai di Suriah dengan Menlu AS John Kerry.
Tercatat dalam sepekan terakhir ada lebih dari 150 warga sipil tewas akibat dibombardir pesawat rezim Syiah Bashar Al Assad. (Shorouk/Ram)


Negara-Negara Teluk Mengutuk Serangan Brutal Assad Terhadap Warga Sipil Aleppo

Dewan Kerjasama Negara-Negara Teluk (GCC) mengutuk Presiden Suriah Basyar Assad atas serangan brutal terhadap Aleppo Suriah. Rezim dan pasukan yang mendukungnya bertanggung jawab atas serangan tak beradab terhadap warga sipil di Suriah Utara itu. Lembaga yang menggabungkan Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab itu meminta PBB bertindak tegas atas kejahatan tersebut.
Serangan brutal berkelanjutan telah membunuh dan melukai ratusan warga sipil tak berdosa dan meningkatkan kerusakan dan kehancuran institusi pelayanan di kota yang berbatasan dengan Turki itu. Sekretaris Jenderal GCC Dr Abdullatif bin Rasyid Al-Zayani, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Sabtu malam (30/4) bahwa GCC mengutuk kejahatan keji tersebut terhadap warga sipil tak bersenjata termasuk terhadap anak-anak Aleppo. GCC melihat itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, dan meminta Dewan Keamanan PBB, yang telah mensponsori gencatan senjata sebelumnya untuk bertindak tegas menghentikan eskalasi ini.
Al-Zayani mengatakan, “Negara-negara GCC menganggap rezim Suriah dan pasukan mendukungnya bertanggung jawab atas serangan dan penembakan brutal di kota Aleppo, yang meningkatkan penderitaan warga sipil tak berdosa di kota itu.”
Sampai hari ini rezim terus menggempur Aleppo dengan serangan Udara. Serangan pada Rabu malam telah menargetkan rumah sakit darurat Al-Quds di Aleppo dan bangunan sekitarnya yang dikuasai oposisi. Serangan itu menyebabkan kematian puluhan orang, termasuk anak-anak dan dokter, seperti dikutip Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Reporter: Salem
Sumber: Ra’yul Yaum


Indonesia Akan Menjadi Suriahnya Asia, Kenapa Tidak? Ini Alasannya

Indonesia Akan Menjadi Suriahnya Asia

Berhati-hatilah pada bahaya beberapa orang syiah.

Di suriah, syiah minoritas, beberapa besar yaitu ahlus sunnah, walau demikian lantaran mereka memegang kekuasaan, jadi ahlus sunnah dibantai.

Berita yang mengedar di media seperti dapat kita baca, itu yaitu masalah politik, tuturnya rakyat memberontak pada penguasa suriah, walau sebenarnya hakekatnya tidaklah sekian, walau demikian orang syiah menginginkan membasmi ahlus sunnah di sana, seperti telah berlangsung, serta selalu berlangsung di negara syiah iran, iraq.

Disana ahlus sunnah tertekan, mencekam, mereka terancam jiwa serta raganya,

Di indonesia, syiah masihlah minoritas, walau demikian mereka tak tinggal diam, berupaya menebarkan pemahamannya di semuanya lini, mereka dengan gencar menebarkan ajaran mereka lewat media bikin, serta media elektronik, dengan support dana dari negara syiah iran sebagai negara induknya.

Bila mereka sukses memegang kekuasaan di indonesia, jadi tragedi suriah dapat terulang di indonesia, serta itu memanglah harapan mereka, menumbangkan negara indonesia, lewat revolusinya, mereka bakal merongrong NKRI

Ustadz Bachtiar Sebut Pemerintah RI tak Berpihak kepada Rakyat Suriah (May 4, 2016)