17
May 2016
Agus Hasan Bashori
mungkin Anda sudah mendengar bagaimana Iran mendramatisir
soal haji dan menjadikannya sebagai issu politiknya untuk mencoreng negara
Saudi Arabia. apakah yang sebenarnya terjadi? apakah Saudi yang melarang jamaah
haji dari Iran? ataukah Iran yang menghalangi jamaah haji Iran?
kalau media-media masa dalam negri Iran, mereka menyebutkan
kepada rakyatnya bahwa negara saudilah yang melarang orang syiah dari ibadah
haji dan menjelek-jelekkan kerajaan Saudi Arabiya.
yang benar tidak demikian.
penjelasannya sebagai berikut:
1. hubungan diplomatik saudi-iran telah terputus akibat kejahatan yang
dilakukan oleh Iran kepada konsulat Saudi di Masyhad Iran dan kepada Kedutaan
Saudi di Teheran.
maka konsekuensinya negara saudi memberikan visa haji untuk jamaah haji iran melelui negara ketiga. tetapi Iran menolak, Iran tetap ngotot agar visa dari dalam negri Iran sendiri. artinya Iran memaksa untuk dibuka lagi hubungan diplomatik Saudi-Iran.
maka konsekuensinya negara saudi memberikan visa haji untuk jamaah haji iran melelui negara ketiga. tetapi Iran menolak, Iran tetap ngotot agar visa dari dalam negri Iran sendiri. artinya Iran memaksa untuk dibuka lagi hubungan diplomatik Saudi-Iran.
2. diantara poin yang harus ditandatangani oleh negera manapun kaitannya dengan
jamaah haji adalah, mereka tidak boleh melakukan demo di Saudi Arabia di musim
haji, sebab itu adalah pelanggaran dalam agama maupun undang-undang negara.
semua negara mau menandatangani, kecuali hanya Iran yang tidak mau, mereka
ngotot untuk tetap demo.
inilah yang terjadi. negera-negara Islam semua menentang Iran, namun sangat disayangkan banyak orang di media sosial yang justru membela Iran dan menjelek-jelekkan Saudi.
inilah yang terjadi. negera-negara Islam semua menentang Iran, namun sangat disayangkan banyak orang di media sosial yang justru membela Iran dan menjelek-jelekkan Saudi.
berikut adalah video lengkap soal haji Iran.
silakan disimak :
الرياض وطهران.. الحج إيرانية
http://www.gensyiah.com/mengapa-iran-tidak-menolak-haji-tahun-1437-h.html
Iran
dan Politisasi Haji
Rabu, 18 Mei 2016 13:14
Oleh : Dr. Slamet Muliono*
Rakyat Iran terancam bisa jadi tidak bisa menikmati haji
tahun ini. Sebenarnya, pemerintah Arab Saudi, menyatakan melalui Kementrian
Haji dan Umrah telah siap memberikan sambutan bagi para jamaah yang akan
menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Pernyataan tersebut kemudian
ditambahkan bahwa ada satu negara yang kemungkinan tidak bisa mengikuti
pelaksanaan haji, yakni Iran. Pernyataan tersebut menimbulkan reaksi panas bagi
Iran dan berbalik menuduh pemerintah Arab Saudi telah melakukan sabotase.
Atas
tuduhan ini, Arab Saudi langsung menyebutkan bahwa pemerintah Iran sendiri yang
tidak mau mengikuti peraturan pelaksanaan haji. Arab Saudi menunjukkan bahwa
delegasi Iran menolak menandatangani kesepakatan untuk menuntaskan persiapan
guna musim haji tahun ini. Iran tetap bersikeras pada tuntutan-tuntutan mereka
sendiri. Panasnya situasi ini tidak lepas dari hubungan kedua negara itu.
Sebagaimana diketahui bahwa Arab Saudi dan Iran masih berada dalam fase putus
hubungan diplomatik. Putusnya hubungan diplomatik itu diawali oleh aksi warga
Iran yang membakar Kedubes Arab Saudi di Teheran. (Fokusislam.com.13/5/2016).
Sikap
Iran yang demikian keras atas keputusan pemerintah Arab Saudi ditirukan
oleh Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran, Ali Jannati yang
mengatakan bahwa Saudi bukan hanya telah “merusak” negosiasi yang telah
dilakukan, tetapi telah melakukan “sabotase.” Pihak Iran ini menilai bahwa
sikap Saudi dianggap dingin dan tidak pantas (BBC, Jumat, 13/5/2016).
Fenomena
Politik Dua Negara
Ketegangan
dan memanasnya hubungan antara Arab Saudi dan Iran ini tidak lepas dari
beberapa fenomena politik belakangan. Pertama, eksekusi Pemerintah
Arab Saudi terhadap seorang ulama Syiah yang membangkang. Sebagaimana diketahui
bahwa Nimr al-Nimr adalah ulama yang tinggal di Saudi bagian Timur dan
berideologi Syiah, telah melakukan pembangkangan dan menghasut masyarakat
untuk mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah Arab Saudia ingin memisahkan
diri dari negara. Atas tindakan itu, pemerintah Arab Saudi menetapkan hukuman
mati bagi Nimr dihukum mati bersama 46 para demonstran lainnya.
Kedua, warga Teheran merusak kantor kedutaan
Arab Saudi. Sebagai bentuk protes atas keputusan Arab Saudi terhadap eksekusi
mati Nimr, Iran membiarkan warganya masuk dan merangsek kantor kedutaan Arab
Saudi, hingga para penghuni kantor keduaan itu melarikan diri dan terbang ke
negaranya. Atas peristiwa itu, Arab Saudi langsung memutuskan hubungan
diplomatik dan menghentikan penerbangan dari dan ke Iran. Pemutusan hubungan
diplomatik itu sebagai bentuk protes dan reaksi terhadap Iran, karena sebagai
tuan rumah, Iran tidak mampu memberikan perlindungan yang wajar atas kantor
kedutaan negara asing.
Ketiga, Iran menuduh Arab Saudi tidak becus
mengelola haji sehingga berujung meninggalnya warga Iran. Dalam peristiwa haji
tahun 2015 itu, lebih dari 460 warga Iran tewas ketika berdesak-desakan dalam
Terowongan Mina. Atas peristiwa itu, Iran langsung melakukan provokasi ke dunia
luar tentang perlunya audit atas pengelolaan haji dan penanganan haji secara
bersama. Hal ini untuk menghindari berulangnya kesalahan pengelolaan haji
tahun-tahun mendatang.
Ketiga
peristiwa itu merupakan latar belakang memanasnya hubungan kedua negara itu.
Pembicaraan semakin memanas ketika membahas mengenai penerbitan visa dan
pengaturan keamanan untuk haji. Penerbitan visa haji selama ini dikeluarkan
Riyadh, namun problem muncul karena Iran tidak memiliki hubungan diplomatik
dengan Arab Saudi. Atas problem itu, calon jamaah haji Iran harus melakukan
perjalanan ke negara ketiga untuk mendapatkan visa. Hal ini ditolak oleh pihak
Iran. Iran ingin agar Saudi mengeluarkan visa melalui kedutaan Swiss di
Teheran.
Perseteruan
itu semakin memanas ketika mayoritas Syiah di Iran dan kekuatan Sunni di Arab
Saudi berada dalam perselisihan terkait isu-isu regional, termasuk dukungan
untuk pihak tertentu dalam konflik di Suriah dan Yaman. Sebagaimana diketahui
bahwa Iran dan Arab Saudi terlibat perseteruan politik di kawasan Timur Tengah,
seperti dengan Yaman, Libanon, maupun Suriah. Konflik ini terbawa dalam urusan
haji, sehingga terjadi politisasi haji.
Politisasi
haji yang dilakukan pihak Iran bukan kali ini saja. Berbagai peristiwa
kerusuhan haji senantiasa melibatkan pihak Iran, termasuk kasus haji tahun
lalu, dan beberapa episode sejarah hilangnya Hajar Aswad atau
pembunuhan terhadap kaum muslimin ketika berhaji, oleh sekelompok bersenjata
Iran, yang kemudian dimasukkan sumur zam-zam. Dalam perspektif
Saudi Arabia, kerusuhan demi kerusuhan dalam peristiwa haji selalu melibatkan
Iran.
Ketika
tidak ada hubungan diplomatik di antara dua negara sebagaimana Iran dan Arab
Saudi, sebagaimana aturan internasional, maka peran negara sebagai pihak ketiga
sangat penting untuk keluarnya visa (haji). Pihak Arab Saudi sudah sepakat
bahwa jamaah haji Iran bisa naik haji dengan sarat ada visa dari negara ketiga.
Iran bersikeras agar yang mengeluarkan visa adalah kedutaan Swiss di Teheran.
Tentu hal ini menyalahi aturan dan kesepakatan internasional. Pihak Iran merasa
keberatan apabila jamaah Iran harus pergi ke negara lain untuk membuat aplikasi
visa mereka.
Tidak
mudah bagi negara ketiga untuk mengeluarkan visa. Terlebih lagi, perilaku warga
Iran yang selalu menjadi penyulut kerusuhan di berbagai peristiwa haji. Hal
ini membuat negara ketiga berpikir sejuta kali untuk mengeluarkan visa.
Negara ketiga tidak hanya sekedar mengeluarkan surat (visa) tetapi harus
bertanggung jawab dan terkena getah ketika pemegang visa berulah dan berbuat
negatif di negara tujuan.
Surabaya,
18 Mei 2016
*Penulis adalah Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Direktur Pusat Kajian Islam
dan Peradaban (PUSKIP) Surabaya
http://fokusislam.com/3241-iran-dan-politisasi-haji.html
http://fokusislam.com/3241-iran-dan-politisasi-haji.html