Dalam media sosial akhir-akhir ini, para proxy Syiah
Iran di tanah air senantiasa getol menyuarakan klaimnya bahwa Dinasti Assad,
terutama Hafez Assad, merupakan musuh besar zionis “Israel”.
Padahal, menurut tokoh Mesir dan Suriah, Hafez Assad
justeru merupakan penjahat utama yang memuluskan penjajahan Izionis di
Palestina dengan menjual Dataran Tinggi Golan di tahun 1967.
Assad
Jual Golan 100 Juta Dolar AS
“Israel” telah membayar Hafez Assad 100 juta dolar Amerika untuk Dataran Tinggi
Golan sebelum Perang Enam Hari pada tahun 1967, kata seorang teman dekat mantan
Presiden Mesir Anwar Sadat.
Adalah Dr. Mahmoud Jame yang mengatakan bahwa Sadat
telah memberikan penjelasan tentang kesepakatan itu, menurut media Albawaba yang berbasis di Yordania pada 2011.
Jame merupakan anggota Dewan Permusyawaratan pertama
di Mesir, mengatakan, “Suatu pagi Sadat membawa saya dengan dia secara pribadi
dan tanpa penjaga ke (Suriah bagian dari) Dataran Tinggi Golan, dan saya
bersumpah atas nama Allah yang Maha Kuasa bahwa ia menempatkan tangannya di
bahu saya dan ketika kami berdiri di Golan, ia mengatakan kepada saya secara
harfiah, ‘Lihatlah, Mahmoud, ini adalah Golan. Adakah kekuatan yang dapat
merebutnya dengant begitu mudah, bahkan jika itu adalah Israel?”
Teman Sadat itu menjawab, “Ini tidak mungkin,” dan
Sadat menjawab, “Aku akan memberitahu Anda sebuah rahasia berbahaya – Dataran
Tinggi Golan dibeli oleh ‘Israel’ sebesar $ 100 juta. cek itu diterima oleh duo
Assad yakni Hafez dan Rifa’at al-Assad dan disimpan dalam rekening mereka di
bank Swiss.”
Sebagai imbalannya, Hafez Assad memerintahkan pasukan
Suriah untuk segera menarik diri dari Dataran Tinggi Golan saat perang pada
Juni 1967 tanpa menembakkan satu tembakan dan menyerahkannya ke ‘Israel,’ Jame
melanjutkan.
“Cerita ini dan kesaksian saya dari acara ini, telah
dirahasiakan selama bertahun-tahun sampai tahun 1999, ketika saya singgung
insiden itu dalam buku ‘Aku Tahu Sadat’ tanpa mengungkapkan rincian lengkap.”
“Pada tahun 2006, ketika saya diwawancara oleh saluran
Almihwar, saya memberikan rincian lengkap terus terang, sampai-sampai Moataz
tertegun.”
“Keesokan harinya, host Almihwar Mr. Amin Gemayel,
mantan presiden Lebanon, … ia mendukung kata-kata saya. Kemudian saluran Future
berbasis di Beirut mencoba untuk mengundang saya ke Beirut untuk membahas topik
ini, tapi saya minta maaf, dan menolak.”
Ulama
Suriah Beberkan Sejarah Syiah Jual Dataran Golan ke “Israel”
Selain Jame, ulama senior asal Suriah, Syaikh Abdullah Mushafa Rahhal juga
menunjukkan data yang membongkar kejahatan Pemimpin Nushairiyah yang naik
menjadi Presiden melalui kudeta putih tahun 1970 itu.
Syaikh yang telah menjadi Ketua Persatuan Ulama Idlib
ini menerangkan Hafez memang tokoh yang dikenal licik. Dia begitu lihai untuk
membuat citra dirinya anti-zionis Yahudi. Sedangkan kerjasama antar keduanya
berjalan sistematis tanpa diketahui banyak orang. Jatuhnya Dataran Tinggi Golan
yang tadinya wilayah Suriah ke “Israel“ adalah bukti bakti Hafez kepada
“Israel.”
Saat dataran tinggi dicaplok Israel pada perang Arab
1967, sebenarnya ada peran besar Hafez Assad di balik itu semua. Sebab yang
terjadi adalah Hafez memberika Dataran Golan secara gratis kepada Israel.
“Mereka melakukan deal-deal politik di balik itu semua,” ujarnya kepada Islampos, di tengah roadshownya di Kuala Lumpur,
Malaysia pada tahun 2014.
Arah kebijakan Suriah terhadap “Israel” langsung
berubah setelah “menjual” Golan. Ketua Mahkamah Syariah di Aleppo Selatan ini
mengatakan kedua negara ikut terlibat dalam membunuh pengungsi Palestina di
Kamp Tal Zartar, Yordania tahun 1976.
Kerjasama itu berlanjut dalam pembantaian terhadap
pengungsi Palestina di Kamp Shabra-Satila tahun 1982. “Hafez Assad bekerjasama
dengan Syiah Lebanon dan ‘Israel’ dalam tragedi itu,” bebernya.
Untuk menutupi kerjasamanya, ‘Israel’ dan Suriah pun
menjalankan beberapa skenario. Salah satunya adalah ‘Israel’ “memberikan”
kembali daerah Qunaitira kepada Assad. Menariknya, Assad menyambut “pemberian”
ini dengan klaim bahwa Suriah membebaskan kembali Qunaitira setelah memerangi
“Israel.”
“Pembebasan dari mananya? Qunaitira sekarang daerah
yang tidak ada penduduknya. Gubernurnya malah tinggal di Damaskus,” ujarnya.
Red: Adiba Hasan