Tersebar secara viral, muktamar tersebut merumuskan makna Ahlus
Sunnah wal Jama’ah, bahwa Ahlus Sunnah adalah mereka Al Asya’irah dan Al
Maaturidiyah dalam akidah, pengikut mazhab yang empat, Hanafi, Malik, Syafi’i,
dan Hanbali dalam fikih. Mereka adalah ahli tasawwuf yang murni; ilmu, akhlak,
dan tazkiyah nufusnya.
Rekomendasi tersebut disebar di laman Facebook Habib Ali Al Jufri.
Selain itu, ada beberapa web dalam negeri yang juga menulis hasil muktamar ini.
Namun yang paling gencar adalah penyebaran secara viral melalui medsos.
Sehingga menimbulkan pro kontra dan debat yang panjang sehingga meluntur
ukhuwah dan hubungan.
Momen Muktamar yang Tidak Tepat atau Ada Agenda Tersembunyi?
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa momen penyelenggaran ini
tidak tepat. Di saat
pesawat-pesawat Putin (baca, Rusia) menjatuhkan rudal-rudalnya di Suriah, di
Grozny, ribuan mil dari Suriah, pada saat yang sama ulama-ulama yang mengklaim
dirinya Ahlus Sunnah wal Jama’ah berkumpul mendukung salah satu negara federal
Rusia, Cechnya. Padahal negera federal tersebut dan presidennya adalah loyalis
Putin, presiden Rusia yang pesawat-pesawatnya membantai anak-anak kaum muslimin
di Suriah.
Syeikh Kurayyim Rajih, Syaikhul Qurraa' ahli Syam, mengomentari
acara tersebut dengan nada satire:
“Kalian dukung Putin yang membunuhi rakyat Suriah, dimanakah Islam
kalian?”
Beliau melanjutkan, Saya harus berkata apa lagi
tentang kalian? Dalam kaidah fiqih disebutkan siapapun yang mendukung kekafiran
maka ia kafir. Tidak hanya
Syeikh Kurayyim Rajih saja yang kecewa dengan muktamar tersebut. Prof. Dr.
Yusuf Al Qardhawi menyebut mukmatamar tersebut dengan muktamar dhiror (pemecah
belah).
Syaikh 'Alwi ibn Abdul Qadir As Saqqaf, Pembina
Umum Yayasan Ad Durar As Saniyyah, Madinah menulis: Muktamar ini
diselenggarakan di kota Grozny ibukota Chechnya yang menginduk kepada Federasi
Rusia; pada saat ulama Ahlus Sunnah dan para dai penyeru tauhid dihina oleh
peserta muktamar, pada saat yang sama pula rudal-rudal milik Rusia membombardir
saudara-saudara kita di bumi Syam. Namun, tak ada pernyataan yang muncul
tentang kebiadaban Rusia dalam muktamar tersebut.
Tentunya tidak ada ‘makan siang’ gratis. Inilah yang disebut
dengan politik stick and carrots. Berikan wartelnya dan minta imbalan politis
dari kelinci. Putin dan sekutunya ingin mendapatkan dukungan dari kubu umat
Islam tertentu dalam upayanya bangkit menjadi negara super power.
Lalu pertanyaannya, kemana umat Islam akan dibawa? Ke blok aswaja?
Atau anti aswaja? Lalu siapa blok anti aswaja? Apakah blok anti aswaja, salafi
atau syiah? Apakah betul anti salafi adalah anti Saudi dan anti syiah adalah
anti Iran?
Sadar atau tidak sadar, dari dahulu sampai sekarang musuh-musuh
Allah selalu memakai strategi pecah belah. Sekalipun strategi pecah belah
adalah strategi kuno tapi terbukti sampai sekarang tetap ampuh dan efektif
untuk menghancurkan perlawanan umat Islam.
Sekarang, posisi umat Islam dilematis, pilih aswaja berarti ke
blok putin dan ini berarti dukung Iran dan rezim Suriah, atau pilih blok
salafi, yang berarti ke blok Saudi, dan pilihan ini akan menyeret kepada
pilihan lain yaitu oposisi Suriah dan Amerika.
Walaupun skema di atas tidak mesti tepat atau diterima semua
kelompok, pemerhati, dan peneliti, namun yang pasti negara-negara yang
disebutkan dalam skema di atas memiliki iriisan yang nyata pada sesama mereka.
Misalnya Saudi-Amerika dan Iran-Rusia. Lalu umat harus memilih blok yang mana?
Syaikhu Azhar: Ahli Sunnah Adalah Asy’ariyah, Maturidiyah dan
Atsariyah Ahlul Hadis (Salafiyah)
Benarkah Syeikhul Azhar, Prof. Dr Ahmad Thoyyib mengeluarkan
salafi atau yang dikenal dengan istilah atsariyah hanbaliyah dari barisan ahlus
sunnah? Atau yang mengeluarkan atsariyah hanbaliyah dari barisan ahlus sunnah
adalah ‘ulama tertentu’? atau ada tangan lain yang bermain dan memanfaatkan
muktamar tersebut?.
Bila dikembalikan kepada sengketa teologi kalam, perbedaan Antara
Asy’ariyah Maturidiyah dengan Atsariyah hanbaliyah sangat kecil bila
dibandingkan perbedaan ketiganya dengan Muktazilah, Murjiah, Qodariyah,
Jabbariyah, Jahmiyah dll.
Namun, belakangan ini ada upaya mengadu domba antar tiga kelompok
terbesar ini. Sehingga ada kesan kalau Atsariyah Hanbaliyah adalah musuh bagi
Asy’ariyah dan Maturidiyah.
Pertanyaannya, tujuan atau motifnya apa? Sulit dilacak jika
berbasis data, namun yang pasti sangat berkaitan dengan pusat konflik dunia,
Suriah; dan proyek perang Amerika di dunia Islam dan arab.
Kembali ke konsep teologi kalam klasik. Di kalangan Asy’ariyah
terdapat dua cara pandang terkait penafsiran nash atau teks yang diangap
mutasyabihat. Cara takwil yang berbeda tersebut dapat di skemakan sebagai
berikut: pertama, takwil (menafsirkan, contohnya kata Yadullah atau yang
secara harfiah artinya tangan Allah ditakwilkan dengan kekuasaan Allah) dan
kedua tafwid (menyerahkan makna atau kaifiyat kepad Allah).
Keduanya metode tersebut diakui dan diakomodir sebagai bagian dari
madzhab Asy’ari. Terkait hal ini, bisa dilihat bait sya’ir dari kitab
Jauharatut Tauhid karya Ibrahim Al Laqqani Al Maliki yang wafat tahun 1041 H
berikut ini:
“Jika ada nash atau teks ayat yang nampaknya bersifat mutasyabih,
maka dilakukan takwil, atau tafwid namun tetap mengedepankan tanzih (penyucian
sifat dan zat Allah)."
Selain keterangan ringkas tadi, dalam presentasinya, Syekhul Azhar
berkali-kali menyampaikan bahwa Ahli Sunnah terdiri dari tiga kelompok, yaitu
Asy’ariyah, Maturdiyah, dan Ahlul Hadis (Atsariyah). Meski secara sharih
Syekhul Azhar menyatakan tiga kelompok tersebut bagian dari golongan Ahli
Sunnah, anehnya, keterangan atau komentar Syekhul Azhar tersebut tidak pernah
ditulis.
Berikut transkrip pidato Beliau yang dinukil dari Al
Muflihun.com:
“Sebagaimana yang diajarkan di Pasca Sarjana (Universitas Al
Azhar) bahwa Ahli Sunnah wal Jama’ah adalah Asy’ariyah, Maturidiyah, dah Ahlul
Hadis (Atsariyah). Kalangan Fuqaha’ (yang diakui adalah) Hanafiyah,
Malikiyah, Syafi’iyah, dan kalangan moderat dari Mazhab Hambali. Mereka semua
merupakan bagian dari Ahli Sunnah.
Pendapat ini juga diungkapkan oleh Sulthanul ‘Ulama Izzuddin Ibnu
Abdus Salam, bahwa Ahli Sunnah mencakup para ulama kalam, fuqaha, muhaditsin,
ahli tasawuf, irsyad, ulama qulub, ahli nahwu, dan lughah.
Istilah ahlis sunah yang demikian ini dikuatkan oleh para ulama
Asy’ari mutakadimin pasca wafatnya Imam Asy’ari seperti pendapat Imam Besar
Hujjatul Mutakallimin Abi Mansur Abdul Qahir Al Bagdadi dalam bukunya Al Farqu
Bainal Firaq dan kitab Ushuluddin. Juga pendapat Abu Muzhafar Al Isfiraini
dalam bukunya Tafsir Fi Ushuliddin.
Istilah Ahli Sunnah seperti ini juga menjadi pegangan mayoritas
ulama beberapa abad setelah mereka, seperti Imam Abu Walid Ibnu Rusyd Al Maliki
Al Jad sampai Imam Al Isfiraini Al Hambali yang mengatakan bahwa Ahli sunnah
terdiri dari tiga kelompok, Al Atsariyah dengan Imamnya Ahmad Ibnu Hambal,
Asy’ariyah dengan imamnya Imam Abu Hasan Al Asy’ari, dan Maturidiyah dengan
Imamnya Abu Mansur Al Maturidi.
Saya berharap kepada kalian wahai rakyat Chechnya dan juga seluruh
muslim Rusia untuk tetap berpegang pada mazhab Ahli Sunnah wal Jamaah, yaitu
mazhabnya Asy’airah, Maturidiyah, Ahlil Hadis, Ahli Tasawuf dan suluk, mazhab
penyeru persaudaraan dan perdamaian, madzhab yang menganjurkan saling kenal dan
tolong menolong antar sesama. Peganglah kuat-kuat madzhab Ahli Sunnah, ajarkan
kepada anak-anak kalian, jadikan ia sebagai manhaj pendidikan di
sekolah-sekolah dan universitas kalian.
Hadapi orang yang melawan kalian dengan hujah dan bukti,
hadapi mereka yang menyerang kalian, mereka yang berupaya untuk menggantinya
dengan mazhab yang sesat, bidah dan yang selalu mengajak umat untuk melakukan
perbuatan munkar seperti pembunuhan, perang, menyeru pada penghancuran, ,
dengki kepada Islam dan benci kepada umat Islam.”
Untuk video lengkapnya bisa dilihat 2 link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=nn-zK7aOCaE
https://www.youtube.com/watch?v=7cA9HQ0hRYQ
Kalau ulama kalam mencoba untuk saling mengerti dan mengurai
perbedaan di Antara mereka, pertanyaannya siapa yang mengupayakan perselisihan
dan perbedaan ini menjadi hangat? Perselihan tersebut menjadi perselisihan
abadi yang menguras tenaga dan energy umat, dan malah memalingkan agenda umat
untuk mengkanibal sesama anasir atau elemen umat.
Kesimpulan
Dari tulisan ringkas di atas; kesimpulan yang dapat penulis
simpulkan untuk sementara, “Ada tangan ketiga yang berupaya memperkeruh suasana
dunia Islam dan arab, mengambil keuntungan dengan pertikaian kaum muslimin”.
Sudah saatnya kita meninggalkan ‘politik belah bambu’ musuh dan melangkah ke
depan dengan visi yang jelas. Bahwa masa depan Islam di tangan umat.
(Abdul Aziz ,
Pemerhati Dunia Islam dan analis gerakan Islam)
Pecah Belah, Strategi Kuno Tapi Tetap Efektif
Sadar atau tidak sadar, dari dahulu sampai sekarang musuh-musuh
Allah selalu memakai strategi pecah belah. Sekalipun strategi pecah belah
adalah strategi kuno tapi terbukti sampai sekarang tetap ampuh dan efekti untuk
menghancurkan perlawanan kelompok oposisi manapun, kelompok anti pemerintah
manapun, kelompok anti penjajah manapun. Termasuk pada gerakan Islam, terlebih
bagi gerakan jihad.
Pecah belah gerakan jihad dan usaha untuk memberikan jurang
pemisah diantara gerakan jihad adalah cerita masa lalu yang seharusnya sudah
usang tapi entah bagaimana strategi ini bisa meng-upgrade diri sehingga tetap
efektif dan malah laris dipakai musuh-musuh Allah. Entah bagaimana caranya
produk kuno ini sudah bisa membiasakan diri dengan perubahan waktu, tempat dan
kasus yang berbeda.
Awal tahun 2003 RAND Corporation memunculkan dokumen
berjudul:"CIVIL DEMOCRATIC ISLAM: Partners, Resources, and
Strategies". Inti dari dokumen tersebut adalah kebijakan AS di Dunia
Islam. AS ingin memetakan kekuatan dan kesolidan umat Islam, sekaligus
merumuskan usaha pecah-belah dan konflik internal ditubuh umat Islam melalui
berbagai pola, program bantuan dan lainnya.
Benturan Blue Print
Ketika barisan kekufuran berhasil berkuasa atas kaum muslimin
ditandai dengan jatuhnya benteng terakhir umat ini Khilafah Turki Utsmani pada
tahun 1924. Maka bangkitlah para pemuda pilihan umat ini untuk menegakkan
kembali benteng tersebut. Era kebangkitan pemuda pilihan tersebut ditandai
dengan lahirnya jama’ah-jama’ah perjuangan untuk mengembalikan kekuatan Islam
sebagaimana dahulu kala, sebagaimana di zaman ke-emasannya pada zaman awal-awal
Islam tegak.
Ketika sebuah jama’ah fokus dengan dunia perpolitikan praktis maka
bersamaan dengan itu dia telah menjadi bagian dari pemerintahan tersebut. Nah
di sinilah kepelikan tersebut bermula, apakah gerakan Islam yang terlibat
langsung menjadi bagian dari pemerintahan sekuler dihukumi 'sama' dengan
pemerintah sekuler? Atau mereka memiliki status khusus? Bagaimana kalau jama’ah
politik praktis tersebut berkuasa dan tidak melaksanakan syariat, apakah mereka
‘thogut’ yang mesti ditumbangkan? Dan sebaliknya, jika gerakan bersenjata mulai
eksis maka gerakan politik dan gerakan dakwah akan merasa digangu (baca,
‘direcokin’) planingnya, pada saat itu mereka dapat mendefenisikan gerakan
jihad sebagai batu penghalang bagi mereka.
Ternyata pergesekan tersebut tidak hanya sampai disitu, pergesekan
menjadi memanas ketika musuh eksternal berhasil membaca peta pergerakan
jama’ah-jama’ah tersebut. Disadari atau tidak disadari musuh eksternal mulai
mendapatkan untung dari kondisi ini. Mereka mulai memanfaatkan perseteruan
jama’ah-jama’ah Islam, sekali lagi disadari atau tidak disadari.
Strategi kuno tapi sangat efektif; pecah-belah dilaksanakan dengan
mengangkat sebagian kelompok dan bersamaan dengan itu menjatuhkan sebagian yang
lain. Ampuh sekali, akhirnya jama’ah-jama’ah tersebut saling berbenturan dan
pada akhirnya memperlambat laju kebangkitan umat.
Bagi gerakan jihad khususnya, perseteruan diantara mereka makin
memanas. Khususnya ketika blue-print mereka mulai berjalan, tahap demi tahap
telah dilalui masing-masing lokomotif. Lokomotif-lokomotif tersebut melaju
dengan sistematis. Pada saat itu pula masing-masing lokomotif berhadapan di
persimpangan. Pertanyaannya, mana dari lokomoti-lokomotif ini yang akan
diberikan jalan guna melanjutkan estafet selanjutnya. Apakah lokomotif yang
mengusung penyemaian jihad di berbagai negeri kaum muslimin yang diberi
kesempatan untuk berjalan atau lokomotif yang mengusung kuasai tempat tertentu
lalu pertahankan tempat tersebut kemudian tegakkan padanya syariah selanjutnya
lakukan penaklukkan dan perluasaan?
Permisalan di atas hanya satu dari sekian banyak contoh kasus
tabrakan blue-print pada gerakan jihad yang mana kalau tabrakan blue-print ini
tidak dibuatkan manajemen penangannya maka hanya akan menjadi penyebab
perseteruan dingin diantara jama’ah-jama’ah jihad yang pada titik tertentu akan
menjadi perseteruan panas dan terbuka yang bisa disaksikan siapa saja.
Oleh karenanya perlu sebuah wadah untuk merukunkan dan
mendiskusikan blue-print – blue-print yang ada untuk mencari solusi bersama.
Tentunya, ide ini bukan hanya diperuntukan untuk gerakan jihad saja, namun ke
seluruh gerakan Islam pada umumnya. Gerakan jihad hanya permisalan saja,
mengingat gerakan ini paling banyak mengalami dan melakukan ‘gesekan’ dengan
sesama mereka atau dengan gerakan lain. Sudah saatnya setiap gerakan, setiap
invidu umat saling memahami blue print yang lain. Sudah saatnya kita meninggalkan
‘politik belah bambu’ musuh dan melangkah ke depan dengan visi yang jelas.
Bahwa masa depan Islam di tangan umat.
(Abdul Aziz Asyja'i ,
Pemerhati Dunia Islam)
Syaikh Azhar: Ahli Sunnah
Mencakup Asy’ariyah, Maturidiyah dan Ahlul Hadis (Salafiyah)
Posted by: wahyudi September 4,
2016
Beberapa waktu lalu, pada hari Kamis (25/06/2016)
dilaksanakan konferensi di Chechnya dengan mengangkat tema “Siapakah Ahli Sunah
Wal Jamaah”. Acara tersebut diselenggarakan oleh para Ulama Chechnya dengan
mengundang kurang lebih 200 ulama dari berbagai Negara. Di antara yang diundang
dalam konferensi tersebut adalah Imam Akbar Syaih Azhar Dr. Ahmad Thayib.
Namun pasca Muktamar, terjadi perdebatan cukup panjang
antara para ulama dunia. Tidak sedikit para ulama yang mencaci dan menghujat
syaih Azhar dengan menuduh sebagai ulama sulthan dan lain sebagainya.
Tuduhan-tuduhan itu muncul karena di Bayan Khitami tidak memasukkan atsariyah,
atau ahlul hadis sebagai bagian dari ahli sunnah. Dari sini seakan ahlul hadis
dikeluarkan dari kelompok ahli sunnah
Mereka juga tidak melirik terhadap 11 poin hasil
muktamar yang mendukung perkembangan Islam di dunia baik melalui penelitian
ilmiah, kerjasama antar lembaga dan universitas Islam, dakwah media seperti
membuat channel TV Islam khususnya di Rusia, system pendidikan
Islam jarak jauh dan lain sebagainya. Padahal 11 poin rekomendasi yang
dihasilkan muktamar tersebut sangat konstruktif dan memberikan dukungan penuh
terhadap perkembangan dakwah Islam di dunia Internasional.
Sebenarnya, apa yang dipertentangnan mereka ini tidak
berdasar. Di kalangan Asyariyah terdapat dua cara pandang terhadap nas-nas yang
diangap mutasyabihat, pertama takwil dan kedua tafwid. Keduanya diakui dan
diakomodir sebagai bagian dari madzhab Asy’ari. Jika pun atsariyah atau ahli
hadis tidak dimasukkan ke Bayan Khitami, sesungguhnya mereka telah terakomodir
dari salah satu cara pandang ulama kalam tersebut. Terkait hal ini, bisa kita
lihat bait syiir dari kitab Jauharatuttauhid karya Ibrahim Al-Laqani al-Maliki
yang wafat tahun 1041 H berikut ini:
وكل نص أوهم التشبيها … أوله أو فوض ورم تنزيها
Artinya: Jika ada nas yang nampaknya bersifat
mutasyabih, maka dilakukan takwil, atau tafwid namun tetap mengedepankan tanzih
Selain itu dalam presentasinya, Syaih Azhar
berkali-kali menyampaikan bahwa Ahli Sunnah terdiri dari tiga kelompok, yaitu
Asyariyah, Maturdiyah dan Ahlul Hadis. Meski secara sharih Syaih Azhar
menyatakan tiga golongan Ahli Sunnah, anehnya, pernyataan beliau ini hilang di
media. Pada akhirnya, beliau menjadi ulama yang paling dihujat dalam muktamar
tersebut. Untuk meluruskan pernyataan Syaih Azhar Ahmad Toyib, sengaja saya
menerjemahkan pidato Beliau seperti yang diungguh di youtube.com. Untuk link
kami tulis di ahir tulisan:
“Sebagaimana yang diajarkan di Pasca Sarjana bahwa Ahli
Sunnah Wal Jamaah adalah Asy’ariyah, Maturidiyah dah Ahlul Hadis. Fuqaha
Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan kalangan moderat dari Mazhab Hambali,
mereka semua merupakan bagian dari Ahli Sunnah. Pendapat ini juga diungkapkan
oleh Sulthanul Ulama Izudin Ibnu Abdussalam, bahwa Ahli Sunnah mencakup para
ulama kalam, fuqaha, muhaditsin, ahli tasawuf, irsyad, ulama qulub, ahli nahwu
dan lughah. Istilah ahli sunah yang demikian ini dikuatkan oleh para ulama
Asy’ari mutakadimin pasca wafatnya imam Asyari seperti pendapat Imam Besar
Hujjatul Mutakallimin Abi Mansur Abdul Qahir al-Bagdadi di bukunya al-Farqu
Bainal Firaq dan kitab ushuluddin. Juga pendapat Abu Muzhafar al-Isfiraini di
bukunya Tafsir Fi ushuliddin.
Istilah Ahli Sunnah seperti ini juga menjadi pegangan
mayoritas ulama beberapa abad setelah mereka, seperti Imam Abu Walid Ibnu Rusyd
al-Maliki al-Jad sampai imam al-Isfiraini al-Hambali yang mengatakan bahwa Ahli
sunnah terdii dari tiga kelompok, al-Atsariyah dengan imamnya Ahmad Ibnu
Hambal, Asy’ariyah dengan imamnya Imam Abu Hasan al-Asyari dan Maturidiyah
dengan imamnya Abu Mansur al-Maturidi.
Saya berharap kepada kalian wahai rakyat Chechnya dan
juga seluruh muslim Rusia untuk tetap berpegang pada mazhab Ahli Sunnah wal
Jamaah, yaitu mazhabnya Asy’airah, Maturidiyah, Ahlil Hadis, Ahli Tasawuf dan
suluk, mazhab penyeru persaudaraan dan perdamaian, madzhab yang menganjurkan
saling kenal dan tolong menolong antar sesama. Peganglah kuat-kuat madzhab Ahli
Sunnah, ajarkan kepada anak-anak kalian, jadikan ia sebagai manhaj pendidikan
di sekolah-sekolah dan universitas kalian. Hadapi orang yang melawan
kalian dengan hujah dan bukti, hadapi mereka yang menyerang kalian,
mereka yang berupaya untuk menggantinya dengan mazhab yang sesat, bidah dan
yang selalu mengajak umat untuk melakukan perbuatan munkar seperti pembunuhan,
perang, menyeru pada penghancuran, , dengki kepada islam dan benci kepada umat
Islam.”
Untuk video lengkapnya bisa dilihat 2 link berikut ini:
Apa Jadinya Jika Saudi
Arabia Dikuasai Oleh Sufi Dan Syiah, Serta Metode (Pemahaman) Nenek Moyang
(Tradisi).
Bagi Yang Membenci SAUDI,
Bacalah Surat Cinta Ini,.
Dakwah Salafiyyah Dan Daulah
Su’udiyyah
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/08/dakwah-salafiyyah-dan-daulah-suudiyyah.htmlPembelaan Atas Negeri Saudi ( Sunni Salafy ) Pendukung Manhaj Salaf Dan Kembali Pada Al Haq
Saudi Arabia Memimpin Umat
Islam Memerangi Syi’ah. Wajib Atas Setiap Muslim Di Seluruh Belahan Dunia Untuk
Bekerjasama Dengan Pemerintah Arab Saudi. Syukur Dan Dukungan Terhadap Kerajaan
Islam Saudi Arabia.