Mukaddimah
Khatib Al-Baghdadi dalam
kitab Aljami baina Adab Ar-rawi wa as-sami’ meriwayatkan, bahwa Rasulullah
bersabda:”
إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أو الْبِدَعُ , وَسُبَّ
أَصْحَابِي , فَعَلَى الْعَالِمِ أَنْ يُظْهِرَ عِلْمَهُ , فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ
فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ , وَالْمَلاَئِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لاَ
يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا ، وَلاَ عَدْلاً.) (أخرجه الخطيب فى الجامع بين
أداب الراوى والسّامع )
“Apabila timbul fitnah atau
bid’ah, dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu
diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui
mengenai kesesatan Syi’ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut,
maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari Malaikat serta dari seluruh
manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan
sunnah tidak akan diterima oleh Alloh”.
Sejak bumi ini terkembang,
tidak pernah ada sepanjang zaman manusia –manusia pilihan yang dapat menyamai
keutamaan para sahabat Rasulullah –shalallallahu ‘alaihi wa sallam-. Betapa
tidak, lihatlah bagaimana semerbaknya nama mereka disanjung dan dipuji Allah
dan RasulNya di dalam Alquran maupun sunnah Nabi-shalallalhu ‘alaihi wa
sallam-.
Jikalah anda, akan merasa
bangga dan tersanjung tatkala mendapatkan pujian dari kepala negara, bagaimana
lagi jika yang memuji anda adalah” Raja- diraja”, yang tunduk dibawah
kekuasaanNya segala raja dunia.
Namun, sungguh aneh tatkala
ada orang-orang yang mengaku sebagai pengikut setia Rasulullah, pembawa panji
ASWAJA, perekat ummat, tetapi tidak pernah berhenti dari mencela sebagian
sahabat-sahabat Nabi kita, menuding, melecehkan dan menyumpah serapah mereka .
Tatkala kita beribadah kepada
Allah dengan meyebutkan kebaikan para sahabat ,mendoakan agar keridhoaan Allah
senantiasa tercurah pada mereka, sebaliknya tokoh-tokoh sesat yang lebih layak
disebut sebagai ”perampok agama” ini beribadah kepada Allah-menurut
mereka-dengan mencaci maki para sahabat Nabi.
Kalau saja sahabat Nabi
-orang badui yang kencing disudut masjid- saja haram mereka cela,bagaimana pula
tatkala “peluru dan senjata” hujatan dan caci maki mereka di arahkan kepada
orang-orang yang paling berjasa dalam Islam, semisal Abu Bakar dan Umar, dan
kedua putri mereka yang keduanya adalah merupakan istri-istri tercinta
Rasulullah di dunia dan akhirat.
Sungguh berani ”penyusup” ke
dalam barisan ASWAJA, berjalan dan berleluasa di masjid-masjid kita,
melontarkan kata kotornya di negeri Ahlus sunnah, bahwa Aisyah -Ummul mukminin-
adalah “pemberontak” dan “pembangkang” sementara mulut kotornya menyebut
Muawiyah- yang merupakan khalul mukminin (paman bagi orang mukminin), dan Raja
terbaik dalam Islam sepanjang zaman- dengan gelar “haus, tamak dan rakus
terhadap kekuasaan”. Inna lillahi wa inna ilahi Rajiun.
Mendidih rasanya darah ini
tatkala ”orang busuk” seperti ini di import ke daerah kita oleh orang-orang
yang tak bertanggung jawab-dari belakang layar- hanya untuk mencela dakwah
sunnah dan para salafus saleh, yang dengan bangganya mengatakan: ”saya syiah,
Abu bakar syiah, Umar syiah dan kita semua adalah syiah…”, padahal pendiri
Aswaja saja telah memfatwakan sesatnya Syiah, dan haramnya mengikuti mereka.
Kalaulah para sahabat saja
tidak selamat dari kejahatan lidahnya, bagaimana lagi dengan imam
Bukhari-rahimahullah-penulis kitab Sahihnya, yang habis jadi bual-bualan dan
pelecehan orang “dungu” ini dengan ungkapan bahwa dalam kitab sahihnya terdapat
beratus hadis dhaif.
Apakah orang “sesumbar”
seperti ini layak dijadikan sebagai nara sumber dalam agama, yang setiap
majlisnya dihiasi dengan kesombongan diri,yang mendakwakan dirinya hafal sekian
ribu hadis dengan sanadnya… ???
Perumpamaan “Provokator” yang
selalu memuji diri ini dan para ulama yang dia cela seperti Imam Bukhari-Hafiz
ad-dunya- ataupun Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani bagaikan perumpamaan bait
sya’ir yang berbunyi:
يا ناطح الجبل العالي ليكلمه
أشفق على الرأس لا تشفق على الجبل
كناطح صخرة يوما ليوهنها
فلم يضرها وأوهى قرنه الوعل
Wahai orang yang coba
menanduk gunung yang menjulang untuk melubanginya
Kasihani kepalamu jangan
pernah kasihani gunung itu
Perumpamaanmu bagaikan domba
yang ingin menanduk batu cadas untuk melemahkannya
Ternyata cadas tak bergeming,
bahkan tanduknya jadi hancur
Diamnya salafiyyun, bukan
karena kami pengecut, “wahai pecundang” , tetapi perumpaman kami dengan kalian
bagaikan perumpamaan ucapan penyair:
قالوا سكت وقد خوصمت قلت لهم .. إن الجواب لباب
الشر مفتاح
والصمت عن جاهل أو أحمق شرف .. وفيه أيضا لصون
العرض إصلاح
أما ترى الأسْد تُخشى وهي صامته؟.. والكلب
يـُخسَا لعمري وهو نباح
Mereka berkata kenapa engkau
diam padahal engkau telah didebat??…maka aku katakan…sesungguhnya menjawab
debatmu itu adalah kunci pembuka pintu kejelekan.
Diam terhadap orang jahil
atau orang dungu adalah kemulian…juga padanya upaya untuk menjaga kehormatan
diri
Tidakkah engkau melihat singa
itu ditakuti padahal dia diam?..sementara anjing dibungkam-aku bersumpah demi
Allah-padahal dia menyalak-nyalak.
KH. Hasyim Al-Asyari dan
Syiah
Jauh-jauh hari sebelum
Khomeini mencuci otak pemuda-pemuda kita di Iran dan melalui mereka mengexport
revolusi Syi’ahnya ke Indonesia, KH Hasyim Asy’ari (pendiri N.U.) ketika
menbuat Qanun Asasi Li Jam’iyah Nahdlatul Ulama, beliau sudah mewanti-wanti
agar kaum …Nahdliyyin berpegang teguh dengan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah
(Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali) serta waspada dan tidak mengikuti Madzhab
Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah. Hal mana karena keduanya adalah Ahli
Bid’ah.
Dalam halaman 7 (tujuh) Qanun
Asasi tersebut beliau menyampaikan Hadits Rosulillah SAW, yang berbunyi:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : (إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أو الْبِدَعُ , وَسُبَّ أَصْحَابِي ,
فَعَلَى الْعَالِمِ أَنْ يُظْهِرَ عِلْمَهُ , فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ
لَعْنَةُ اللَّهِ , وَالْمَلاَئِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لاَ يَقْبَلُ
اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا ، وَلاَ عَدْلاً.) (أخرجه الخطيب فى الجامع بين أداب
الراوى والسّامع )
“Apabila timbul fitnah atau
Bid’ah, dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu
diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui
mengenai kesesatan Syi’ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah
tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari Malaikat serta dari
seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun
amalan sunnah tidak akan diterima oleh Alloh”.
Kemudian di halaman 9
(sembilan) Qanun Asasai tersebut beliau juga berfatwa, bahwa Madzhab yang
paling benar dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab,
yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (keempatnya Ahlussunnah Wal Jamaah).
Selanjutnya beliau berkata;
“Selain empat Madzhab tersebut juga ada lagi Madzhab Syi’ah Imamiyyah dan
Syi’ah Zaidiyyah, tapi keduanya adalah Ahli Bid’ah, tidak boleh mengikuti atau
berpegangan dengan kata kata mereka”.
Adapun mengenai Assawadul
A’dhom (golongan terbanyak) sebagai tanda golongan yang selamat dan akan masuk
Surga, maka di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasi tersebut, KH Hasyim Asy’ari
telah mengutib sabda Rosululloh SAW. sbb:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: اتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَم.
“Ikutlah kalian kepada
Assawadul A’dhom (Golongan terbanyak)”
Menanggapi Hadits Assawadul
A’dhom tersebut, KH Hasyim Asy’ari berfatwa; “Karena fakta membuktikan bahwa
empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (kesemuanya
Ahlussunnah Wal Jamaah) tersebut merupakan Madzhab yang paling banyak
pengikutnya, maka barang siapa mengikuti Madzhab empat tersebut berarti
mengikuti Assawadul A’dhom dan siapa saja keluar dari empat Madzhab tersebut,
berarti telah keluar dari Assawadul A’dhom ”.
Dengan adanya fatwa fatwa
tersebut diatas, jelas bagi kita bahwa KH. Hasyim Asy’ari sudah berusaha agar
kaum Nahdiyyin berpegang teguh dengan empat Madzhab Ahlussunnah serta waspada
dan tidak sampai terpengaruh dengan propaganda
Syi’ah.(http://nuyangasli.blogspot.com/2012/02/khhasyim-asy-ari-tentang-syiah.html)
Sahabat dan pujian Allah
terhadap mereka
Berikut ini akan saya
sebutkan sejumlah ayat yang menunjukkan kemulian sahabat, keadilan mereka dan
rekomendasi Allah atas mereka.
Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. QS: Albaqarah: 143
Makna kata “وسطاً”yang
berarti adil dan pilihan, ditujukan kepada para sahabat yang bersama Rasulullah
di kala itu, karena untuk merekalah ayat ini di tujukan disebabkan mereka umat
Islam pertama. Konsekwensi “adil”nya mereka berdampak bahwa apa yang mereka
sampaikan dari Nabi adalah kebenaran dan mustahil mereka berdusta atas nama
Nabi, karena itu riwayat mereka wajib di terima.
Firman Allah ta ala:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah.QS: Al-Imran: 110
Ayat ini secara global
menjelaskan keutamaan kaum muslimin sepanjang zaman dengan amar ma’ruf dan nahi
mungkar yang mereka lakukan. Generasi yang pertama kali masuk dalam ayat ini
adalah rombongan sahabat Nabi sebagai kaum mukminin pertama dalam Islam.
Konsekwesinya logisnya menunjukkan bahwa tidak akan mungkin mereka menjadi umat
yang termulia jikalah mereka orang yang cacat pribadinya.
Firman Allah ta’ala:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ
حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman
dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi
tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka
Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan
rezki (nikmat) yang mulia.QS: Al-Anfal: 74.
Ayat ini menunjukkan
keutamaan kaum muhajirin dan kaum anshar yang mereka semua rela berjihad di
jalan Allah, dan mendapatkan pujian dengan “orang beriman yang
sebenar-benarnya” dan dijanjikan Allah untuk mereka ampunan dan karunia dari
Nya. Maka konsekwensinya,siapa saja yang menodai kehormatan mereka sama dengan
mendustakan Allah yang merekomendasi mereka.
Fiman Allah ta’ala:
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu
lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar.QS: At-Taubah:100
Ayat di atas adalah jaminan
bahwa kaum muhajirin dan Anshar telah mendapatkan kehormatan status ”diridhoi
Allah’ dan dijanjikan surga, maka … layakkah membenci dan mencela ahli surga
yang dicintai Allah, menolak berita dan kesaksian dari mereka tentang riwayat
hadis yang mereka dengar dari Rasulullah ??
Allah berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ
السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (١٨)
Sesungguhnya Allah telah
ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya)QS: Alfath: 18
Siapakah orang-orang beriman
yang telah mendapatkan keridhoan Allah di atas kalau bukan para sahabat yang
membaiat Nabi untuk setia dan patuh berperang hingga tetes darah terakhir demi
membela darah utsman yang mereka kira telah terbunuh? Bukankan diantara mereka
ada Abu Bakar dan Umar yang sangat dicela oleh orang munafik kaum
Rafidah?bukankah musuh Allah siapa saja yang membenci orang-orang yang diridhoi
Allah??
Allah berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ
أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي
الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى
سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا
عَظِيمًا (٢٩)
Muhammad itu adalah utusan
Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka dari bekas sujud,Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar. QS: Alfath:29
Siapakah yang dimaksudkan
dengan “orang-orang” yang bersama Nabi: apakah Khumaini, dan para pengikutnya??
Ataukah da’i-da’i alumnus hauzat dari Khom Iran dan para antek-anteknya
–seperti da’i yang di “impor” dari tanah seberang itu… yang kaya caci maki dan
miskin ilmu -yang berselubung dibalik” selimut “ASWAJA di negeri kita
ini??dengan selogan mereka “pecinta Ahlu bait”??
Ataukah ayat di atas
ditujukan kepada seluruh sahabat yang bertemu Rasulullah dan beriman dengannya,
seperti khulafa’ur rasyidin, Abu Hurairah, Abu Bakrah, Muawiyah bin Abu Sufyan,
apalagi yang ibunda Aisyah –kekasih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-??
Sahabat dan pujian Rasulullah
terhadap mereka
Seluruh sahabat adalah
údul(terpercaya) dengan kesepakan kaum muslimin kecuali ahul bid’ah semisal
Rafidhah, khawarij, maupun mu’tazilah. Karena itulah seluruh riwayat yang
datang dari mereka dengan jalan sanad yang sahih hingga sampai ke
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-wajib dibenarkan dan menjadi hujjah.
Ke ‘udul’an mereka telah direkomendasikan langsung oleh Rasulullah dalam sabda
beliau pada waktu haji wada’ sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim dari jalur perawi Abu Bakrah:
ألا ليبلغ الشاهد منكم الغائب . البخاري (1/31) و
مسلم (3/1306)
Ketahuilah, hendaklah orang
yang hadir diantara kalian(ditempat ini) menyampaikan kepada yang tidak hadir.
HR. Bukhari dan Muslim
Maksud hadis di atas,
seandainya para sahabat itu pendusta dan penghianat, maka mustahil Rasulullah
perintahkan mereka untuk menyampaikan riwayat hadis beliau kepada orang-orang
yang tidak ikut haji bersama Rasulullah.
Kalaupun Rasulullah tidak
mengetahui penghianatan mereka, bukankah Allah maha mengetahui segala sesuatu
dan mampu memberitahukan kepada Nabinya bahwa, Abu bakar,Umar, Abu Hurairah,
Abu Bakrah, Muawiyah dst..adalah penghianat, sebagaimana Allah beritahukan
kepada Nabinya nama orang-orang Munafik bahkan permalukan mereka dengan surat”
Al-Munafiqun” yang dibaca sepanjang zaman??.
Diantara keutamaan sahabat
lainnya,Rasulullah bersabada:
خير أمتي قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين
يلونهم.(رواه البخاري(2/287-288) ومسلم(4/1964)
Sebaik-baik umatku adalah
orang yang hidup sezaman denganku(para sahabat), kemudian orang-orang yang
datang setelah mereka(para tabi’in) dan kemudian orang-orang yang datang
setelah mereka(tabi’ tabiin). HR. Bukhari dan Muslim.
Layakkah ummat terbaik,
menurut persaksian Nabi dikatakan berkhianat, ditolak riwayatnya, dikatakan”
pembual”seperti ungkapan mereka terhadap Abu Hurairah??
Rasulullah bersabda dalam
hadis yang dikeluarkan Imam Bukhari dari jalur Abu Said Alkhudri:
لا تسبوا أصحابي فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهباً
ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه . رواه البخاري(2/292)
Janganlah kalian mencela
sahabat-sahabatku, kalaulah seandainya kalian berinfaq(shadaqah) dengan sebesar
gunung Uhud dalam bentuk emas, niscaya kalian tidak akan pernah dapat menyamai
infak satu mud dari tangan mereka bahkan tidak pula setengahnya. HR. Bukhari.
Maka apakah benar, dakwaan
mereka yang mengaku mencintai Rasulullah, tetapi mencela sahabat-sahabatnya,
mengakui mencinti ahlu bait, tetapi pada hakikatnya melecehkan kehormatan
mereka, karena diatara sahabat yang mereka laknat, adalah mertua
Rasulullah-seperti Abu Bakr dan Umar-Istri Rasulullah-seperti Hafsah dan
Aisyah- menantu Rasulullah-seperti Usman bin Affan- ipar Rasulullah-seperti
Muawiyah bin Abu Sufyan, bahkan pada hakikatnya mereka mencela Ali bin Abu
Thalib yang telah rela menikahkan putrinya Ummu Kultsum kepada Umar bin Khattab
yang mereka kafirkan.
Keadilan para sahabat dan
Ijma kaum Muslimin
Telah sepakat kaum muslimin
dalam menilai para sahabat bahwa mereka seluruhnya adalah orang-orang yang
terpercaya tanpa terkecuali, baik para sahabat yang terbawa-bawa dalam fitnah
peperangan antara mereka ataupun tidak.
Hal ini berdasarkan
rekomendasi dari Allah dan RasulNya, atas pengorbanan mereka untuk
memperjuangkan Islam dengan segala harta dan darah mereka. Betapa jasa-jasa
mereka tidak terhingga terhadap Islam, sebab merekalah yang telah menyebarkan
hidayah ke seluruh penjuru dunia.
Betapa mulianya mereka,
karena itulah Allah anugerahkan atas mereka nikmat yang tidak dimiliki oleh
manusia manapun yang datang setelah mereka; yaitu berjumpa dan melihat
Rasulullah; berjuang bersamanya; bersimpuh didepan majlisnya; menjadi
murid-murid setianya; mengetahui sebab wahyu turun; bahkan turut menyaksikan jibril-sang
pembawa wahyu- dari Allah di tengah-tengah mereka.
Merekalah yang paling dalam
ilmunya, paling faham dengan nash-nash agama, dengan kefasihan mereka,denga itu
menjamin pemahaman mereka untuk meniti jalan yang lurus dan tidak menyimpang.
Berkata Ibnu Abdul bar dalam
kitabnya ‘Al-Isti’ab hasyiah terhadap kitab Al-Ishabah(juz 1 hlm 8:
و نحن وإن كان الصحابة رضي الله عنهم قد كفينا
البحث عن أحوالهم لإجماع أهل الحق من المسلمين و هم أهل السنة والجماعة على أنهم
كلهم عدول فواجب الوقوف على أسمائهم..
Dan kami –walaupun para
sahabat-semoga Allah meridhoi mereka seluruhnya-telah cukup bagi kita untuk
tidak menyibukkan diri membahas tentang keadaan mereka karena telah tegknya
ijma para pengikut kebenaran dari kaum muslimin yaitu ahlus sunnah wal jama’ah
yang menyarakan bahwa mereka(para sahabat) adalah adil, namun kita wajib pula
untuk mengetahui nama-nama mereka…
Berkata Alhafiz ibnu Hajar
dalam kitab Al-Ishabah juz 1 hlm. 17:
اتفق أهل السنة على أن الجميع – أي الصحابة –
عدول و لم يخالف ذلك إلا شذوذ من المبتدعة
Sepakat Ahlus sunnah bahwa
seluruh sahabat adalah terpercaya dan tidak ada yang menyelisihi hal ini
kecuali orang-orang yang nyempal dari golongan Ahli bid’ah.
Mazhab sempalan ahli bida’ah
yang mencela para sahabat
Konsensus para ulama tentang
terpercayanya para sahabat Nabi diingkari oleh sekte sempalan dalam Islam yang
telah mengoyak-ngoyak ijma ummat ini, siapakah mereka?
Pertama:sekte Syiah Rafidhah
Mereka menganggap sesat
seluruh orangyang tidak meyakini Nabi telah menuliskan wasiat kepada Ali untuk
menjadi pengganti beliau setelah wafat, mereka menganggap bahwa seluruh sahabat
telah murtad dan celaka setelah wafatnya Nabi kecuali segelintir kecil dari
mereka yang dapat dihitung jari, karena mereka tidak membaiat Ali sebagai
khalifah setelah Nabi. Lihatlah hal ini dalam kitab-kitab mereka seperti kitab
Raudhah min al kafi, karya Alkulaini dst.
Kedua: mazhab mu’tazilah
Adapun Mu’tazilah, mereka
berselisih pendapat mengenai keadilan para sahabat menjadi tiga pandangan:
– kelompok yang menyatakan
bahwa seluruh sahabat terpercaya kecuali yang memerangi Ali bin Abi Thalib yang
teremar keadilan mereka, seperti Az-Zubair, Thalhah dan Aisyah.(lihat Almaqalat
al Ilamiyyin juz 2 hlm 145 dan kitab Alfarqu baina Firaq hlm, 120-121)
-pendapat Washil bin Atha
yang mengatakan tercemarnya keadilan salah satu dari dua kubu sahabat yang
bertikai pada perang Jamal dan Shiffih, tetapi tidak dapat ditentukan dengan
pasti siapa yang salah dalam hal ini, karena itulah dia menolak seluruh riwayat
sahabat yang turut dalam peperangan itu. Bahkan dia berkata akan menolak
kesaksian sahabat seperti Aisyah, Ali, Tholhah dalam perkara kecil yaitu dalam
persaksian jual beli sayur mayur(lihat Al-Milal dan Al-Mihal juz 1 hlm: 49,
juga Mizan I’tidal juz 4. 329 dan Alfarqu bain al firaq hlm 120)
– pendapat Amru bin Ubaid
yang menyatakan bahwa seluruh pasukan yang terlibat perang telah fasiq dan
tidak boleh diterima kesaksian mereka(lihat alfarqu baina Alfiraq hlm. 121, dan
al milal wa an-nihal juz 1 hlm: 49.
Ketiga:perkataan Abul Husain
Al-Qattaan dari ulama syafiiyyah, bahwa para sahabat Nabi harus diteliti satu
persatu kondisi mereka sebagaimana para perawi yang datang setelah
mereka.(lihat Fathul Mugits karya As-Sakhawi juz 2hlm 112, al Ihkam fi Usul
Al-Ahkam karya Al-Amidi juz 1.hlm. 247
Keempat: pendapat Al-Maziri
dari ulama Malikiyah sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar dalam Al-Ishabah juz 1
hlm:19: keadilan para sahabat hanyalah berlaku terhadap mereka yang senantiasa
mengirini Nabi bukan sekedar pernah melihatnya atau mendatanginya sejenak, dan
ini adalah
Semua pendapat yang menyempal
di atas di tolak dan menyelisihi ijma kaum muslimin dari zaman ke zaman.
Anehnya pendapat-pendapat “nyeleneh” ini yang sekarang gencar di suarakan oleh
orang-orang munafik ummat ini untuk meruntuhkan bangunan sunnah Nabi
shallallahu alaihi wa sallam.
Ciri-ciri ahlus sunnah sejati
dalam menyikapi para sahabat
Berkata Ibnu
Taimiyah-rahimahullah- dalam karyanya aqidah al-wasitiyyah:
وَيَتَبَرَّءُونَ مِنْ طَرِيقَةِ الرَّوَافِضِ
الَّذِينَ يُبْغِضُونَ الصَّحَابَةَ وَيَسُبُّونَهُمْ .
وَطَرِيقَةِ النَّوَاصِبِ الَّذِينَ يُؤْذُونَ
أَهْلَ الْبَيْتِ بِقَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ .
وَيُمْسِكُونَ عَمَّا شَجَرَ بَيْنَ الصَّحَابَةِ
، وَيَقُولُونَ : إِنَّ هَذِهِ الْآثَارَ الْمَرْوِيَّةَ فِي مَسَاوِيهِمْ مِنْهَا
مَا هُوَ كَذِبٌ ، وَمِنْهَا مَا قَدْ زِيدَ فِيهِ وَنُقِصَ وَغُيِّرَ عَنْ
وَجْهِهِ ، وَالصَّحِيحُ مِنْهُ هُمْ فِيهِ مَعْذُورُونَ : إِمَّا مُجْتَهِدُونَ
مُصِيبُونَ ، وَإِمَّا مُجْتَهِدُونَ مُخْطِئُونَ .
وَهُمْ مَعَ ذَلِكَ لَا يَعْتَقِدُونَ أَنَّ
كُلَّ وَاحِدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ مَعْصُومٌ عَنْ كَبَائِرِ الْإِثْمِ
وَصَغَائِرِهِ ، بَلْ يَجُوزُ عَلَيْهِمُ الذُّنُوبُ فِي الْجُمْلَةِ .
وَلَهُمْ مِنَ السَّوَابِقِ وَالْفَضَائِلِ مَا
يُوجِبُ مَغْفِرَةَ مَا يَصْدُرُ مِنْهُمْ إِنْ صَدَرَ ، حَتَّى إِنَّهُمْ
يُغْفَرُ لَهُمْ مِنَ السَّيِّئَاتِ مَا لَا يُغْفَرُ لِمَنْ بَعْدَهُمْ ؛ لِأَنَّ
لَهُمْ مِنَ الْحَسَنَاتِ الَّتِي تَمْحُو السَّيِّئَاتِ مَا لَيْسَ لِمَنْ
بَعْدَهُمْ .
Mereka(ahlus sunnah) berlepas
diri dari jalan sekte Rawafidh(Syiah) yang membenci para sahabat dan mencela
mereka. Juga berlepas diri dari jalan sekte Nawashib(khawarij) yang mencela
Ahlul Bait dengan perkataan dan amalan. Mereka menahan diri (tidak ikut
-ikutan)dengan apa yang terjadi antara sahabat, mereka berkata: Sesungguhnya
seluruh atsar yang diriwayatkan yang berisikan celaan terhadap mereka,
diantaranya adalah riwayat yang dusta, diantaranya ada yang ditambah-tambahi
atau dikurang-kurangi dari aslinya, kalaupun ada riwayat yang sahih( tentang celaan
pada mereka), sesungguhnya mereka lakukan dengan ijtihad yang boleh jadi mereka
benar, dan boleh jadi mereka salah.
Meskipun demikian mereka(ahlu
sunnah) tidak pernah berkeyakinan bahwa para sahbat maksum dari dosa besar
maupun dosa kecil, mereka boleh saja tergelincir melakukan dosa-dosa, tetapi
mereka memiliki keutamaan dan kemuliaan yang membuat mereka layak mendapatkan
ampunan Allah dari kesalahan yang mereka lakukan, bahkan kesalahan yang mereka
lakukkan benar-benar akan diampuni, tidak sebagaimana yang terjadi dengan
orang-orang yang datang setelah mereka, karena mereka memiliki
kebaikan-kebaikan yang menghapuskan dosa-dosa mereka, dan hal ini tidak terjadi
dengan orang-orang yang datang setelah mereka.
Penutup
Ya Allah..sesungguhnya kami
berlepas diri dari setiap pencela Sahabat Nabimu, dan Saksikanlah bahwa kami
memusuhi mereka dan menjadikan “kebencian ini”sebagai bentuk ibadah padaMu.
Semoga salawat dan salam
senantiasa tercurah atas Rasulullah-shallallah a’alaihi wa sallam-para ahlu
baitnya, para istri-istrinya, dan seluruh sahabatnya dan orang-orang yang
mengikuti mereka hingga hari kiamat.
Batam, Senin, 16 Desember
2013 /12 Safar 1435 H
Abu Fairuz Ahmad Ridwan Muhammad Yunus