Berikut ini liputan khusus yang ditulis
dalam laman website Suara.com perihal bagaimana kaum syiah menjalankan
puasa.
Azan sayup-sayup terdengar dari pelantang
suara masjid di sekitar ICC. Namun, jemaah Muslim Syiah di aula tersebut tetap
bertadarus.
Barulah 15 menit setelah azan selesai dikumandangkan di masjid-masjid sekitar,
jemaah tadarus di ICC berhenti membaca Alquran.
Seseorang ke bagian mimbar, menjadi muazin. Bedanya, muazin itu tak menggunakan
pelantang suara saat melantunkan azan.
Seusai azan, jemaah di aula tersebut tak
juga membatalkan puasa. Mereka justru bersiap-siap menunaikan ibadah salat
Magrib yang dilanjutkan salat Isya.
Jemaah Syiah melakukan salat Magrib dan Isya dengan cara dijamak, sesuai fikih
mazhabnya. Setelahnya, barulah mereka membatalkan puasa.
Seusai bersantap buka puasa, mereka melanjutkan acara dengan membaca doa-doa
khusus bulan Ramadan atau disebut doa Iftitah.
Seusai berdoa, kegiatan dilanjutkan pada sesi mendengarkan ceramah. Tidak ada
salat Tarawih.
Selain menjadi pusat ibadah jemaah Ahlul Bait, ICC dilengkapi perpustakaan
serta kegiatan-kegiatan lainnya seperti seminar atau perayaan keagamaan.
Di ingkungan ICC tidak terdapat masjid, melainkan Aula Husainiyah Al-Huda yang
dipakai untuk beragam kegiatan, mulai dari tadarusan, salat, diskusi, dan
lainnya.
Jemaah Syiah mengutamakan lebih dulu salat Magrib dan Isya sebelum berbuka
puasa.
Salat Tarawih adalah salat sunah. Sementara salat sunah diajarkan adalah salat
yang dilakukan sendiri-sendiri. Karenanya, sebagai gantinya, kami mengadakan
ceramah. (albert/syiahindonesia.com)
syiahindonesia.com
syiahindonesia.com