Dai kenamaan asal Saudi Arabia, Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi,
menyatakan bahwa menolong rakyat Irak dari milisi Syiah dan kedzholiman
kelompok bersenjata sama wajibnya dengan menolong rakyat Yaman dan Suriah dari
penguasa mereka yang dzholim.
Pernyataan ini dilontarkan Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi dalam akun
Twitter resmi miliknya pada hari Senin (06/04) kemarin, dengan latar operasi
militer koalisi regional terhadap pemberontak Syiah Houthi.
Dalam kicauannya, Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi menyatakan,
“Memperjuangkan rakyat Irak sama wajibnya dengan membantu rakyat Suriah dan
Yaman, musuh kita adalah satu meskipun dengan tanah yang berbeda.”
Dipekan kedua oeparsi “badai penghancur” koalisi regional yang
dipimpin Arab Saudi mulai menggelar invasi darat di Yaman dengan menerjunkan
persenjataan bagi pasukan pemerintah dan kabilah suku yang setia dengan
Presiden Abed Rabbo Mansur Hadi.
Perang di Yaman bermula ketika pemberontak Syiah Houthi menguasai
ibukota Sana’a dan memaksa Presiden Hadi mengundurkan diri pada 22 Januari
lalu.
Perang tidak dapat dihindarkan ketika pemberontak Syiah Houthi
memaksa kabilah dan suku-suku Yaman yang mayoritas Sunni untuk menerima
pemerintahan Houthi, dan menginvasi wilayah selatan yang menjadi pusat
pemerintahan sementara Presiden Hadi.
Ulama Tertinggi Syiah
Inginkan Perang Sunni-Syiah di Seluruh Arab
Wakil presiden Irak, Thariq
Al-Hasyimi, Senin (16/6/2014) kemarin, memperingatkan terjadinya perang antar
kelompok yang menyeluruh di Irak dan dunia Arab. Hal itu karena pada Jumat lalu
ulama tertinggi Syiah, Ayatullah Ali As-Sistani, mengajak seluruh penganut
Syiah untuk mengangkat senjata.
Seperti dilansir Al-Quds
Al-Arabi, Al-Hasyimi yang saat ini selalu berada di Turki atau Qatar,
mengatakan, “Jika dibiarkan, kondisi akan bertambah buruk. Akan terjadi perang
antar kelompok secara menyeluruh di seluruh Irak dan luar Irak. Fatwa Ayatullah
Ali As-Sistani bagaikan menyiram minyak ke dalam api. Muslim Sunni di seluruh
Arab akan melakukan reaksi. Kalau demikian, benar-benar akan terjadi perang
Sunni-Syiah di seluruh Arab.”
Al-Hasyimi, yang dijatuhi
hukuman mati pada tahun 2012 lalu itu, menambahkan, “Kita harus mencegah hal
itu. Kita harus berusaha sekuat tenaga mencegah pertumpahan darah. Ini tanggung
jawab seluruh pihak, terutama PBB. Nuri Al-Maliki harus turun dari jabatannya,
dan masyarakat dunia harus melakukan intervensi.”
Menurutnya, banyak pihak
mengkritik Nuri Al-Maliki terlalu menguasai militer dan polisi. Al-Maliki
menggunakannya untuk memerangi Sunni dan oposisi lainnya. Dengan mudah oposisi
ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
“Jika Al-Maliki tidak turun,
dan masyarakat dunia tetap diam, hal itu akan semakin menumbuhkan
kelompok-kelompok garis keras. Bukan kami yang menciptakan Negara Islam di Irak
dan Syam (ISIS) ataupun Al-Qaidah. Tapi mereka yang membiarkannya lahir, dan
kezhaliman menumbuhkannya semakin cepat.” (msa/dakwatuna)
Jangan Sampai Menjadi Ar-Rajjal Bin Unfuwah
SIAPAKAH Ar-Rajjal bin Unfuwah? Ar-Rajjal bin Unfuwah
pada awalnya adalah sahabat Nabi, dia mengetahui ilmu ad-Dien.
Ath-Thabari menyebutkan ceritanya dalam kitab
“Tarikh”-nya, dia berkata, “As-Sarri menuliskan surat kepadaku dari Syu’aib,
dari Sa’if, dari Thalhah bin A’lam, dari Ubaid bin Umair, dari Utsal Al-Hanafi
–dia bersama Tsumamah bin Utsal-, dia berkata, Musailamah merayu dan merangkul
setiap orang; dia tidak peduli dengan orang yang melihatnya berbuat jelek, dan
bersamanya Ar-Rajjal bin Unfuwah. Dia (Ar-Rajjal bin Unfuwah) telah berhijrah
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, membaca Al-Quran dan memahami dien.
Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya sebagai pengajar penduduk
Yamamah, supaya mereka menentang Musailamah dan bersikap keras terhadap urusan
umat Islam.”
Jadi pada awalnya, Ar-Rajjal bin Unfuwah
mendapat tugas untuk mengajar penduduk Yamamah akan sesatnya Musailamah,
menentang Musailamah dan menggagalkan usaha Musailamah untuk diakui menjadi
nabi disamping Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akan tetapi, di tengah jalan, Ar-Rajjal
bin Unfuwah terpengaruh dan lalai dari tugasnya. Malah sebaliknya, dia menjadi
pembela eksitensi Musailamah Al Kadzab sebagai nabi palsu.
Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah
dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, “Suatu hari aku duduk di sisi
Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin
Anfawah. Nabi bersabda,
“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi
gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud.”
Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh
yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku
sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya
Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya
fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah.”
Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra.
(Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah
wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab)
Perkataan Abu Hurairah yang mengatakan
bahwa fitnah Ar-Rajjal bin Unfuwah lebih besar daripada Musailamah disebabkan
akibat yang ditimbulkannya sangat besar. Karena sejak Ar-Rajjal bin Unfuwah
membela Musailamah Al Kadzab, pengikut nabi palsu ini semakin yakin kepada
Musailamah dan semakin bertambah jumlahnya. Maka disinilah fitnah terbesarnya.
Kepada para ulama atau pun pejabat
pemerintah, di luar peristiwa penyerangan kepada kelompok Ahmadiyah yang tetap
harus dalam proses penyelidikan, tetaplah tidak mengubah status bahwa Ahmadiyah
adalah sesat dan wajib dibubarkan, karena Ahmadiyah adalah pokok utama dari
semua masalah ini, jangan sampai malah berbalik jadi pembela kelompok sesat
ini. [yherdiansyah/islampos]
Sumber : http://www.zulfanafdhilla.com/2013/02/nabi-palsu-musailamah-al-kadzab.html