Wednesday, April 8, 2015

Membantu Yaman Sama Wajibnya Dengan Membantu Irak dan Suriah ! [ Bukan Malah Menghujat Mujahidin Irak !, Jangan Sampai Menjadi Ar-Rajjal Bin Unfuwah ]

Dai kenamaan asal Saudi Arabia, Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi, menyatakan bahwa menolong rakyat Irak dari milisi Syiah dan kedzholiman kelompok bersenjata sama wajibnya dengan menolong rakyat Yaman dan Suriah dari penguasa mereka yang dzholim.
Pernyataan ini dilontarkan Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi dalam akun Twitter resmi miliknya pada hari Senin (06/04) kemarin, dengan latar operasi militer koalisi regional terhadap pemberontak Syiah Houthi.
Dalam kicauannya, Sheikh Abdul Aziz Al Tarifi menyatakan, “Memperjuangkan rakyat Irak sama wajibnya dengan membantu rakyat Suriah dan Yaman, musuh kita adalah satu meskipun dengan tanah yang berbeda.”
Dipekan kedua oeparsi “badai penghancur” koalisi regional yang dipimpin Arab Saudi mulai menggelar invasi darat di Yaman dengan menerjunkan persenjataan bagi pasukan pemerintah dan kabilah suku yang setia dengan Presiden Abed Rabbo Mansur Hadi.
Perang di Yaman bermula ketika pemberontak Syiah Houthi menguasai ibukota Sana’a dan memaksa Presiden Hadi mengundurkan diri pada 22 Januari lalu.
Perang tidak dapat dihindarkan ketika pemberontak Syiah Houthi memaksa kabilah dan suku-suku Yaman yang mayoritas Sunni untuk menerima pemerintahan Houthi, dan menginvasi wilayah selatan yang menjadi pusat pemerintahan sementara Presiden Hadi.
Ulama Tertinggi Syiah Inginkan Perang Sunni-Syiah di Seluruh Arab

Wakil presiden Irak, Thariq Al-Hasyimi, Senin (16/6/2014) kemarin, memperingatkan terjadinya perang antar kelompok yang menyeluruh di Irak dan dunia Arab. Hal itu karena pada Jumat lalu ulama tertinggi Syiah, Ayatullah Ali As-Sistani, mengajak seluruh penganut Syiah untuk mengangkat senjata.
Seperti dilansir Al-Quds Al-Arabi, Al-Hasyimi yang saat ini selalu berada di Turki atau Qatar, mengatakan, “Jika dibiarkan, kondisi akan bertambah buruk. Akan terjadi perang antar kelompok secara menyeluruh di seluruh Irak dan luar Irak. Fatwa Ayatullah Ali As-Sistani bagaikan menyiram minyak ke dalam api. Muslim Sunni di seluruh Arab akan melakukan reaksi. Kalau demikian, benar-benar akan terjadi perang Sunni-Syiah di seluruh Arab.”
Al-Hasyimi, yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 2012 lalu itu, menambahkan, “Kita harus mencegah hal itu. Kita harus berusaha sekuat tenaga mencegah pertumpahan darah. Ini tanggung jawab seluruh pihak, terutama PBB. Nuri Al-Maliki harus turun dari jabatannya, dan masyarakat dunia harus melakukan intervensi.”
Menurutnya, banyak pihak mengkritik Nuri Al-Maliki terlalu menguasai militer dan polisi. Al-Maliki menggunakannya untuk memerangi Sunni dan oposisi lainnya. Dengan mudah oposisi ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
“Jika Al-Maliki tidak turun, dan masyarakat dunia tetap diam, hal itu akan semakin menumbuhkan kelompok-kelompok garis keras. Bukan kami yang menciptakan Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS) ataupun Al-Qaidah. Tapi mereka yang membiarkannya lahir, dan kezhaliman menumbuhkannya semakin cepat.” (msa/dakwatuna)


Jangan Sampai Menjadi Ar-Rajjal Bin Unfuwah

SIAPAKAH Ar-Rajjal bin Unfuwah? Ar-Rajjal bin Unfuwah pada awalnya adalah sahabat Nabi, dia mengetahui ilmu ad-Dien.
Ath-Thabari menyebutkan ceritanya dalam kitab “Tarikh”-nya, dia berkata, “As-Sarri menuliskan surat kepadaku dari Syu’aib, dari Sa’if, dari Thalhah bin A’lam, dari Ubaid bin Umair, dari Utsal Al-Hanafi –dia bersama Tsumamah bin Utsal-, dia berkata, Musailamah merayu dan merangkul setiap orang; dia tidak peduli dengan orang yang melihatnya berbuat jelek, dan bersamanya Ar-Rajjal bin Unfuwah. Dia (Ar-Rajjal bin Unfuwah) telah berhijrah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, membaca Al-Quran dan memahami dien. Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya sebagai pengajar penduduk Yamamah, supaya mereka menentang Musailamah dan bersikap keras terhadap urusan umat Islam.”
Jadi pada awalnya, Ar-Rajjal bin Unfuwah mendapat tugas untuk mengajar penduduk Yamamah akan sesatnya Musailamah, menentang Musailamah dan menggagalkan usaha Musailamah untuk diakui menjadi nabi disamping Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akan tetapi, di tengah jalan, Ar-Rajjal bin Unfuwah terpengaruh dan lalai dari tugasnya. Malah sebaliknya, dia menjadi pembela eksitensi Musailamah Al Kadzab sebagai nabi palsu.
Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, “Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,
“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud.”
Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah.” Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra.
(Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab)
Perkataan Abu Hurairah yang mengatakan bahwa fitnah Ar-Rajjal bin Unfuwah lebih besar daripada Musailamah disebabkan akibat yang ditimbulkannya sangat besar. Karena sejak Ar-Rajjal bin Unfuwah membela Musailamah Al Kadzab, pengikut nabi palsu ini semakin yakin kepada Musailamah dan semakin bertambah jumlahnya. Maka disinilah fitnah terbesarnya.
Kepada para ulama atau pun pejabat pemerintah, di luar peristiwa penyerangan kepada kelompok Ahmadiyah yang tetap harus dalam proses penyelidikan, tetaplah tidak mengubah status bahwa Ahmadiyah adalah sesat dan wajib dibubarkan, karena Ahmadiyah adalah pokok utama dari semua masalah ini, jangan sampai malah berbalik jadi pembela kelompok sesat ini. [yherdiansyah/islampos]

Sumber : http://www.zulfanafdhilla.com/2013/02/nabi-palsu-musailamah-al-kadzab.html