Ketua
Komisi Penelitian dan Pengkajian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustadz Fahmi
Salim Lc, MA mengatakan keberadaan aliran dlm akidah yg menyimpang menurut para
ulama bahayanya lebih besar dr pada penjajah asing.
Imam Ahmad
pernah ditanya, lbh baik mana antara orang yang rajin sholat dgn orang yg
meningatkan bahaya aliran sesat?.
Ustadz
Fahmi menuturkan, “Imam Ahmad menjawab org yang rajin sholat bermanfaat hanya
untuk dirinya sendiri, sedangkan orang yang menjelaskan kepada umat tentang
aliran sesat maka itu manfaatnya akan banyak dirasakan kaum muslimin dan
mendapatkan pahala, “tambahnya.
Fahmi juga
menjelaskan perkataan Imam Ahmad bahwa pemahaman yang menyimpang wajib bagi
setiap muslim untuk menyadarkan orang tersebut.
“Agama
Islam itu sempurna, tidak perlu ada yg ditambahkan maupun dikurangi, kalau ada
penyimpangan agama mengatasnamakan Islam, wajib hukumnya menjaga
kemurnian Agama Allah,” jelasnya.
Menurutnya,
sejak awal kelahirannya, syiah hendak melakukan penistaan agama yg dipimpin
Abdullah bin saba’
“Rukun
islam dan iman syiah jelas berbeda, syiah memiliki transmisi ajaran agama
sendiri. Bagaimana mungkin syiah mau disamakan dengan agama Islam, “tegasnya.
http://nasional.gemaislam.com/mui-akidah-sebagai-landasan-perbedaan-antara-sunni-syiah/
Ustadz Akrom
Syahid Lc: Syiah itu Aliran Sesat yang Paling Sesat Kesempurnaannya
Da'i dan Penulis Ustadz Akrom Syahid, Lc mengatakan bahwa dari
sekian banyak aliran sesat yang ada, syiah merupakan aliran sesat yang paling
sempurna kesesatannya.
"Syiah ini adalah aliran sesat yang paling sempurna
kesesatannya," ungkapnya saat didapuk menjadi pembicara dalam acara Tablig
Akbar "Indonesia Diambang Revolusi Syiah", yang diadakan di Masjid
Istiqomah, Bandung, Ahad, (14/06).
Menurut Ustadz Akrom, tidak ada satu pun persamaan antara ajaran
Islam dengan syiah, baik itu dari segi aqidah, rukun iman, rukun Islam, maupun
fiqih.
"Misalnya dalam Islam, Allahhus Somad, Allah itu adalah
tempat bergantung baik di dunia maupun di akherat, sedangkan dalam syiah Allah
itu tempat bergantung di langit saja, sedangkan di bumi yang menjadi tempat
bergantung itu adalah Assad (Presiden Suriah -red), dan pemikiran ini ada dalam
buku-buku syiah," jelasnya.
...dari sekian banyak aliran sesat yang ada, syiah merupakan
aliran sesat yang paling sempurna kesesatannya
"Makanya kalu mau tahu tentang ajaran syiah yang sebenarnya
harus langsung baca buku-buku induk syiah-nya, jangan baca buku syiah dari
Jalaludin Rakhmat (pentolan syiah di Indonesia -red.), karena buku-buku yang
ditulis Jalal itu banyak manipulasinya," tambah Ustadz yang merupakan
Pemimpin Redaksi majalah An Najah ini.
Sementara itu, Perwakilan Pengurus Masjid Istiqomah dalam
sambutannya mengatakan bahwa acara tabligh akbar "Indonesia Diambang
Revolusi Syiah" bukan untuk memunculkan kebencian atau mengajak
pertikaian/peperangan, melainkan dalam rangka menyelamatkan aqidah umat Islam.
"Jika rumah kita (Islam -red) diolok-olok dan diacak-acak
oleh orang lain (Syiah -red) sedangkan kita tidak bertindak padahal tahu, maka
itu adalah sebuah kebodohan," tegasnya.
Acara ini sendiri diselenggarakan oleh Komunitas Dakwah dan Sosial
(Kodas) yang didukung oleh berbagai macam elemen umat Islam yang ada di Bandung
dan Jawa Barat.
Berdasarkan pantauan voa-islam.com, sejak
pagi sebelum acara dimulai jamaah sudah mulai berdatangan. Terlihat jamaah yang
hadir mulai dari remaja sampai dengan orang tua, ikhwan maupun akhwat. Tampak
hadir juga beberapa laskar Jundullah ANNAS, untuk berjaga-jaga mengamankan
jalannya acara tabligh ini
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2015/06/15/37634/ustadz-akrom-syahid-lc-syiah-itu-aliran-sesat-yang-paling-kesempurnaannya.html
Sebagian
orang menganggap bahwa Syiah adalah aliran dalam Islam yang masih bisa
ditolerir. Padahal, ajaran pokok Ahlus Sunnah dan ajaran takfiri tersebut
sangat jauh berbeda.
“Ahlus Sunnah dan Syiah meyakini sumber pengambilan dalil itu dari Al-Qur’an, Hadits dan Ijma’. Tapi pada kenyataannya sangat berbeda karena keyakinan Syiah tentang Al-Qur’an berbeda, Haditsnya juga hanya mau mengambil dari 12 imam sedangkan Ijma’nya juga ijma’ Ahlul Bait versi mereka saja,” kata Anggota Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim, MA, saat menjadi pemateri seminar ‘Syiah, Antara Gerakan Politik dan Aliran Agama” di gedung KBIH Al-Hidayah Kota Cirebon, Sabtu (13/6) seperti dikutip Salam-Online.
Karena itu, lanjut Ustadz Fahmi, perbedaan antara ajaran Islam dengan Syiah adalah perbedaan masalah ushul, bukan furu’iyah.
“Tak mungkin bisa disatukan antara Ahlus Sunnah dengan Syiah, perbedaannya bukan masalah furu’ lagi, tapi sudah sangat mendasar. Apalagi para sahabat sebagian besar dikafirkan mereka,” ujar beliau.
Menyinggung tentang pelarangan Syiah di Indonesia, Fahmi menyebut sejak tahun 1984 MUI sudah mengeluarkan fatwa sesatnya ajaran takfiri tersebut.
“Tahun 1984 MUI Pusat telah memberikan fatwa bahwa Syiah tidak cocok dengan mayoritas Muslim Indonesia yang berpaham Ahlus Sunnah. Itu maknanya jelas bahwa Syiah dilarang,” terang beliau.
Ustadz Fahmi mengaku MUI belum mengeluarkan fatwa sesat terhadap takfiri Syiah dengan kalimat yang jelas.
“Kalau kalimat yang jelas belum ada, karena di tubuh MUI sendiri ada orang yang menjadi pembela Syiah. Hanya saja diterbitkannya buku panduan MUI tentang penyimpangan Syiah di Indonesia itu sudah jadi cukup bukti bahwa sikap ulama MUI menolak Syiah,” tegas beliau. (salam-online/syiahindonesia.com)
“Ahlus Sunnah dan Syiah meyakini sumber pengambilan dalil itu dari Al-Qur’an, Hadits dan Ijma’. Tapi pada kenyataannya sangat berbeda karena keyakinan Syiah tentang Al-Qur’an berbeda, Haditsnya juga hanya mau mengambil dari 12 imam sedangkan Ijma’nya juga ijma’ Ahlul Bait versi mereka saja,” kata Anggota Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim, MA, saat menjadi pemateri seminar ‘Syiah, Antara Gerakan Politik dan Aliran Agama” di gedung KBIH Al-Hidayah Kota Cirebon, Sabtu (13/6) seperti dikutip Salam-Online.
Karena itu, lanjut Ustadz Fahmi, perbedaan antara ajaran Islam dengan Syiah adalah perbedaan masalah ushul, bukan furu’iyah.
“Tak mungkin bisa disatukan antara Ahlus Sunnah dengan Syiah, perbedaannya bukan masalah furu’ lagi, tapi sudah sangat mendasar. Apalagi para sahabat sebagian besar dikafirkan mereka,” ujar beliau.
Menyinggung tentang pelarangan Syiah di Indonesia, Fahmi menyebut sejak tahun 1984 MUI sudah mengeluarkan fatwa sesatnya ajaran takfiri tersebut.
“Tahun 1984 MUI Pusat telah memberikan fatwa bahwa Syiah tidak cocok dengan mayoritas Muslim Indonesia yang berpaham Ahlus Sunnah. Itu maknanya jelas bahwa Syiah dilarang,” terang beliau.
Ustadz Fahmi mengaku MUI belum mengeluarkan fatwa sesat terhadap takfiri Syiah dengan kalimat yang jelas.
“Kalau kalimat yang jelas belum ada, karena di tubuh MUI sendiri ada orang yang menjadi pembela Syiah. Hanya saja diterbitkannya buku panduan MUI tentang penyimpangan Syiah di Indonesia itu sudah jadi cukup bukti bahwa sikap ulama MUI menolak Syiah,” tegas beliau. (salam-online/syiahindonesia.com)
Akar Masalah Konflik Sunni-Syiah
Ringkasan ‘Catatan Akhir Pekan’ Dr. Adian Husaini:
Kasus penyerbuan Majlis az-Zikra oleh
orang-orang yang mengaku sebagai pembela Syiah itu mengingatkan kepada umat
Islam Indonesia, bahwa sebenarnya masih ada masalah serius mengenai hubungan
antara Muslim Sunni dan para penganut Syiah di Indonesia.
Dulu, dalam artikel di Jurnal
Islamia-Republika (19/1/2012), berjudul “Solusi Damai Muslim Sunni-Syiah” saya
sudah menyampaikan solusi damai antara Muslim Sunni dan pengikut Syiah di
Indonesia: “Jika kaum Syiah mengakui Sunni sebagai mazhab dalam Islam,
seyogyanya mereka menghormati Indonesia sebagai negeri Muslim Sunni. Biarlah
Indonesia menjadi Sunni. Hasrat untuk men-Syiahkan Indonesia bisa berdampak
buruk bagi masa depan negeri Muslim ini…. Itulah jalan damai untuk Muslim
Sunni dan kelompok Syiah.”
Formula itu sebenarnya pernah disampaikan
oleh tokoh Islam Mohammad Natsir kepada petinggi negara Iran yang berkunjung ke
Indonesia. Bahkan, kabarnya, Mohammad Natsir juga pernah “menantang” petinggi
Iran, apakah Iran mengijinkan pengiriman dai-dai ke Iran untuk “mensunnikan”
orang Syiah di sana? Pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban.
Polemik bahkan konflik Muslim Sunni dengan
kaum Syiah sudah berlangsung ribuan tahun. Di Indonesia, gencarnya penyebaran
paham Syiah mulai dirasakan kaum Muslim Sunni ketika jumlah pendakwah Syiah
semakin meningkat disertai dengan sarana-sarana propaganda yang semakin
canggih. Di berbagai daerah, agresivitas propaganda Syiah telah memicu konflik
fisik dengan Muslim Sunni. Kasus terbesar adalah pengusiran orang-orang Syiah
dari Sampang Madura oleh kaum Muslimin. Kabarnya, masih ada ribuan mahasiswa
Indonesia yang kini belajar di Iran.
Sebagai bagian dari Muslim Sunni Indonesia,
saya berharap khususnya pada tokoh-tokoh Syiah Indonesia agar memahami dan
menerima keberadaan Indonesia sebagai negeri Muslim Sunni. Energi dakwah mereka
seyogyanya ditujukan kepada kaum Non-Muslim dan negeri-negeri non-Muslim
lainnya. Jika mereka jujur mengakui Muslim Sunni sebagai saudaranya yang tidak
sesat, maka untuk apa kaum Syiah itu giat menyebarkan pahamnya?
Isinya pun masih sangat klasik, yaitu
mempersoakan keabsahan kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan Utsman bin
Affan. Bahkan, Tragedi Karbala yang menimpa Sayyidina Hussein, seperti
dijadikan momentum oleh sebagian kalangan untuk terus-menerus menanamkan dendam
kepada Muawiyyah dan para sahabat Nabi lainnya.
Logikanya, jika Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar
bin Khathab, Utsman bin Affan, Aisyah r.a. dicerca bahkan dilaknat oleh kaum
Syiah, apakah mungkin kita kaum Muslim Sunni dijadikan saudara oleh mereka?
Sebab, para sahabat dan istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
itulah sebaik-baik manusia setelah Rasulullah saw. Dari merekalah kita mewarisi
agama Islam dari Rasulullah saw. Bagaimana mungkin kaum Syiah ikhlas menerima
Mushaf Utsmani, sementara mereka terus menghujat menantu Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wassallam tersebut?
Perbedaan yang sangat mendasar antara
Muslim Sunni dan kelompok Syiah itulah yang harus dipahami dengan serius oleh
para pemimpin di Indonesia. Pemimpin-pemimpin Islam seyogyanya tidak memandang
ringan masalah Syiah ini. Mereka harus mencarikan solusi yang tepat, agar
masalah Syiah tidak menyandera kebangkitan umat Islam Indonesia. Semoga kasus
Sampang, Jember, Majlis az-Zikra, dan sebagainya, menyadarkan kaum Muslim
Indonesia untuk segera mencari solusi yang sebaik-baknya. Wallahu a’lam.
Sumber: Hidayatullah
http://buletinislam.com/akar-masalah-konflik-sunni-syiah/
“Syiah Tawarkan Ajarannya pada Ahlussunnah,
Padahal Mereka Sendiri Saling Konflik”
Pemerhati Zionisme dan gerakan Syiah,
Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi mengatakan umat Islam saat ini perlu mewaspadai
sekte Syiah.
Pasalnya, sepak terjang kelompok ini
dalam menggerogoti kaum Sunni sudah semakin mengkhawatirkan,
meskipun sekte ini sudah lama difatwakan sesat oleh tokoh-tokoh nasional.
“Hadratusy Syaikh Hasyim Asyari dan
Buya Hamka sudah lama memfatwakan sesat Syiah,” katanya dalam Kajian Rutin
Malam Ahad (KURMA) di Masjid Al Barkah, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu malam
(25/4).
Pizaro mengaku tidak habis pikir
dengan kelompok Syiah yang berupaya sekuat tenaga mengajak taqrib (pendekatan)
mazhab dengan alasan ajaran mereka dilandasi ukhuwah.
“Bagaimana mungkin Syiah
menawarkan ajarannya kepada Ahlussunnah, sementara mereka sendiri saling
konflik,” kritiknya.
Terlebih, Khomeini dianggap tidak
konsisten antara ucapan dengan perbuatan ketika menyuarakan perlawanan terhadap
Barat.
“Khomeini mengaku anti-Zionis tetapi
mencari suaka politik ke Perancis,” ucapnya heran.