Saturday, June 6, 2015

Sekali Lagi : Syi’ah (Iran) adalah Musuh Islam Paling Berbahaya !

Pertanyaan:
Mengapa Arab Saudi lebih suka menyerang syiah Houthi yang menguasai Yaman daripada mengusir Israel di Palestina?

Jawab:
Dr. Sholah Abdul Fattah al-Khalidi (الدكتور صلاح عبدالفتاح الخالدي), seorang ulama Tafsir pergerakan dari Palestina, di laman Facebook menyatakan bahwa majusi Iran lebih berbahaya daripada zionis Israel. Alasannya sebagai berikut
  1. Wilayah kita yang sedang terjajah berada diantara dua musuh: pertama Yahudi di barat, dan yang kedua Majusi Persia (Iran) di timur.
  2. Dua musuh tersebut sama-sama keji dan berbahaya, namun musuh kita di timur (Majusi) lebih berbahaya dibanding musuh kita di barat (Yahudi).
  3. Mungkin sebagian orang agak aneh kemudian bertanya, mengapa Majusi lebih berbahaya dibanding Yahudi?
  4. Jawabannya sangat sederhana: keberadaan Yahudi di tanah Palestina sangat jelas ketidak absahannya, tidak ada satupun alasan yang membenarkannya, umur Yahudi di tanah Palestina tinggal menunggu waktu, dan juga sangat mudah untuk mengusir mereka dari tanah Palestina. Penjajahan Yahudi ini akan berakhir sebantar lagi dengan izin Allah, karena tidak ada alasan logis apapun bagi Yahudi untuk terus bertahan di tanah Palestina.
  5. Adapun Majusi merupakan bahaya besar, itu sudah berakar lama baik ditinjau dari sejarah, agama dan sentimen negatif mereka terhadap Islam.
  6. Majusi ingin kembali mengulang masa keemasan Persia masa lalu, sekaligus ingin melenyapkan Islam yang dulu sudah menghancurkan imperium Persia.
  7. Dan mereka juga ingin mewujudkan mimpi-mimpi kelompok Syiah dari zaman dulu, yang ingin membangun imperium Syiah sebagai awal berdirinya Daulah Al-mahdi.
  8. Dan juga Majusi ingin melenyapkan muslim Sunni yang saat ini memimpin kawasan (timteng).
  9. Karena alasan tersebut musuh Majusi lebih berbahaya dibanding Yahudi, mereka memiliki alasan lebih kuat untuk menghancurkan umat Islam dibanding dengan alasan yang dimiliki Yahudi.
Ketika Shalahuddin al-Ayyubi memutuskan untuk menghancurkan kaum Syiah Rafidhah dan Daulah al-'Ubaidiyyah di Mesir, ada bertanya:
"Mengapa Anda memerangi kaum Syiah Rafidhah dan Daulah al-'Ubaidiyyah di Mesir, tapi membiarkan kaum Romawi Salibis (Kristen) menguasai Baitul Maqdis dan wilayah Palestina?"
Shalahuddin al-Ayyubi menjawab: "Aku tidak akan memerangi kaum Salibis lalu membiarkan 'punggung'ku tersingkap di hadapan kaum Syiah!"
Maka beliau pun membasmi Daulah Syiah al-'Ubaidiyah di Mesir, Maghrib dan Syam. Setelah itu, beliau pun memimpin penaklukan kembali Baitul Maqdis, membersihkan Masjid al-Aqsha dari kenistaan kaum Salibis dan mengembalikan Palestina ke pangkuan umat Islam.
Oleh karenanya, hancurnya semua basis majusi syiah di semua negara Arab; Iraq, Suria, Yaman, dan Lebanon, akan membuka jalan luas untuk mengeyahkan majusi Iran dari muka bumi.
Karena itu, inilah pekerjaan rumah yang besar yang harus diselesaikan oleh umat Islam lebih dahulu sebelum membebaskan Palestina dan mengakhiri hegomoni Amerika di Timur Tengah.
Sumber:

Ustadz Farid Achmad Okbah: Syiah lebih jahat dari Israel 


Sekilas berbicara ajaran Syi’ah seperti bagian dari agama Islam. Namun, jika dikaji lebih dalam pembaca akan mengetahui dan menemukan perbedaan yang sangat jauh dengan Islam.
Tidak sedikit umat Islam yang terpengaruh dengan ajaran Syi’ah. Tak terkecuali dari tokoh-tokoh Islam sendiri. Untuk memperdalam bagaimana ajaran Syi’ah itu sebenarnya, Eman Mulyatman dari Sabili mewawancara Ustadz Farid Achmad Okbah, M. Ag, Ketua Yayasan Al-Islam, Bekasi.
Wawancara berlangsung di sela-sela acara Tausiah Umum, “Membongkar borok Agama Syi’ah, Pra Debat Islam versus Syi’ah” Ahad, (19/02/2012), di Masjid At-Taqwa, PIK, Cakung, Penggilingan, Jak-Tim, yang diselenggarakan Majelis Mujahidin.
Berikut petikan wawancaranya:
Indonesia menjadi target Syi’ah?
Sebenarnya Syi’ah bukan hanya masalah nasional, tapi telah menjadi masalah internasional. Niat umat Islam untuk bisa menerima Syi’ah sebagai satu bagian dari umat Islam, oleh Syi’ah disalahgunakan untuk melakukan Syi’ah-nisasi terhadap umat Islam. Hal ini yang menyadarkan Prof Yusuf Qaradhawi yang tadinya mendukung pendekatan Syi’ah dan Sunnah —tetapi pada tahun 2009— berbalik menjadi menyerang dan mengungkapkan kebobrokan Syi’ah. Dalam kitab al-Fatawa Muasirah beliau mengatakan, “Gerakan Syi’ah di Indonesia telah menggurita.” Menurut pengakuan mereka telah dididik sebanyak 300 orang setiap tahunnya untuk menjadi kader Syi’ah.
Siapa, “Mereka” yang Anda maksud?
Jelas, di baliknya ada negara Iran. Diantaranya kedutaan Iran melakukan gerakan dengan menyebarkan ajaran Syi’ah. Syi’ah telah masuk ke Ormas-ormas, Lembaga Pendidikan, Yayasan dan lain sebagainya.
Apakah karena ada dukungan politik dari Pemerintah Indonesia sendiri?
Sebagian tokoh dari Indonesia tidak paham tentang Syi’ah. Mereka menerima hanya karena semangat persaudaraan. Akibatnya mereka terpengaruh secara emosional dan melindungi orang-orang Syi’ah bahkan mengatakan Syi’ah itu tidak sesat. Di Indonesia ada sentimen anti Amerika dan Yahudi Zionis Israel, ini yang mereka manfaatkan sehingga dengan sentimen tersebut kita (umat Islam) terkelabui. Padahal Syi’ah jauh lebih jahat dari Israel.
Kenapa Syi’ah dikatakan lebih jahat dari Israel?
Israel menyerang fisik sedangkan Syi’ah berani merusak umat Islam dari dalam yaitu merusak aqidah.
Sejauh mana Syi’ah sudah merasuk?
Di lingkaran istana mereka telah masuk, bahkan ke lingkaran DPR pun mereka masuk. Pesannya telah meluas, jika tidak diwaspadai secara bersama maka khawatir menjadi ancaman buat umat Islam. Seperti halnya Indonesia membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) —untuk menangkal narkoba dengan biaya, tenaga, statistik dan sebagainya— tetapi bila umat Islam tidak melakukan langkah sehebat BNN maka Syi’ah akan menyebar lebih hebat dari narkoba. Bagi umat Islam, narkoba itu bahaya untuk fisik tetapi Syi’ah jauh lebih berbahaya dari narkoba. Karena Syi’ah akan merusak keyakinan dan aqidah. Ini untuk menggambarkan kenapa Syi’ah lebih berbahaya dari narkoba.
Mereka mengklaim bahwa Syi’ah adalah sejarah tua di Indonesia?
Saya tidak sedang berbicara sejarah, karena itu masih dalam perdebatan. Tetapi ini menyangkut masalah aqidah referensinya ulama-ulama dengan pandangan-pandangannya. Produk yang mereka berikan, ada sekitar 800 buku (tentang bahaya Syi’ah) yang sudah disebarkan di masyarakat.
Apakah taktik yang mereka gunakan sehingga masyarakat terkelabui?
Mereka selalu mengatasnamakan Ahlul Bait, bentuk cover orang Syi’ah agar bisa diterima di masyarakat. Kita umat Islam, semua cinta kepada Ahlul Bait. Di antara yang membawa Syi’ah adalah habib-habib. Bersyukur sekarang ada habib yang menolak Syi’ah.
Apakah Syi’ah itu bukan Islam?
Syi’ah itu tidak sama, ada syi’ah Imamiyah ada Syi’ah Ja’fariyah. Mereka mengaku sebagai muslim, shalatnya menghadap ke kiblat tetapi rukun Islam mereka lima yaitu shalat, puasa, zakat, haji dan loyalitas kepada imam dan rukun iman mereka ada lima yaitu iman kepada tauhid, iman kepada keadilan, iman kepada kenabian, iman kepada keimamahan dan alma’at hari kiamat. Jika itu berbeda dengan keyakinan umat Islam maka tidak dikatakan mereka kafir sebelum mereka melakukan kekafiran betul karena ini masih bersifat ajaran. Tapi kalau dilihat dari ajarannya jelas Syi’ah bukan ajaran Islam.
Bagaimana dengan aktivitas IJABI dan ABI Itu?
Ikatan Jamaah Ahlul Bait (IJABI) dan Ahlul Bait Indonesia (ABI) itu adalah gerakan resmi Syi’ah yang melakukan suatu langkah-langkah secara alpha centauri dan melakukan dakwah dengan menggunakan kendaraan organisasi. Umat Islam harus pantau mereka dan kita juga harus peringatkan kepada masyarakat supaya tidak terbawa pada gerakan IJABI dan ABI karena mereka sangat aktif di daerah-daerah.
Kenapa Indonesia menjadi target?
Indonesia mayoritas muslim dan Syi’ah punya kepentingan. Di Indonesia itu sudah ada basisnya yaitu habib-habib. Para habib mempunyai pengaruh di daerah-daerah maka Syi’ah akan menungganginya. Tetapi tidak semua habib mau mereka tunggangi, seperti habib Thohir beliau malah menolaknya.
Bagaimana cara mereka masuk pada masyarakat?
Melalui budaya dengan dzikir kemudian ditumbuh suburkannya majelis-majelis thariqah, walaupun tidak semua kalangan sufi menjadi bagian dari Syi’ah.
Bagaimana cara membasmi Syi’ah paling efektif? 
Kita tidak akan bisa membasmi kesesatan sampai habis, memang mustahil bisa membasmi. Marilah fastabiqul khairat membentengi aqidah saudara-saudara kita.
Bagaimana kiat-kiat menghadapi Syi’ah?
Pertama, bentengi umat ahli sunnah. Kedua, kita harus membongkar ajaran Syi’ah untuk menjelaskan dan memberitahu kepada umat agar mereka terbentengi dari pengaruh ajaran Syi’ah. Ketiga, harus ada upaya bersama dari tokoh-tokoh umat Islam untuk meyakinkan MUI agar membatasi gerakan Syi’ah dan mengeluarkan fatwa tentang sesat dan menyesatkannya ajaran Syi’ah untuk pembentengan umat Islam. Keempat, harus melakukan kaderisasi untuk kalangan tertentu yaitu kalangan para ulama untuk mendalami dan membongkar Syi’ah dari akarnya.


Iran: Musuh Sebenarnya Adalah Saudi, Bukan Israel

Syaikh Asir: Iran dan Hizbullah Lebih Berbahaya dari Zionis Israel

Kejahatan yang dilakukan Iran dan Syi’ah Hizbullah terhadap rakyat Suriah di wilayah Qushair lebih berbahaya dan dasyat dari kejahatan yang pernah dilakukan musuh ummat Islam, Zionis Israel.
Demikian kata ulama sunni asal Lebanon, Syaikh Ahmad Asir, melalui akun twiternya pada Kamis (6/6/2013). “Iran dan Partainya (Hizbullah) lebih berbahaya dan jahat terhadap masyarkat Suriah dari musuh Zionis penjahat” tulis beliau yang terjun langsung berperang di Qushair, Suriah.
Syaikh yang juga imam masjid Bilal bin Rabah di Sida, Lebanon, itu menambahkan, jika Hizbullat (plesetan untuk Hizbullah Lebanon) saat ini merasa senang dengan bangga, maka saya kata kepada mereka, “Janganlah kalian terlalu senang, karena kalian akan menangis dan banyak menyesal. Kalian akan malu dan terhina, karena Allah akan menenggelamkan kalian dalam lumpur Suriah yang kalian rampas” tulisnya lagi.
Beliau menjelaskan bahwa mereka (Hizbullah) tidak akan mengerahkan segala kemampuannya (seperti saat ini) kecuali mereka mengetahui bahwa Asad berada di ambang jurang. “Akan tetapi mereka tidak memahami firman Allah, “nanti kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui” QS. Al A’raf: 182” tegasnya.

Awas Bahaya Syi'ah : Sandiwara Iran Syi'ah dan Zionis

Di antara metode yang ditempuh oleh para pegiat Syi'ah ialah dengan memanfaatkan sandiwara yang berjudul: Iran bermusuhan dengan Negara Yahudi dan Amerika. 
Isu ini sangat efektif untuk menarik simpati umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Sampai-sampai terkesan bahwa negara Iran yang notabene adalah penganut agama Syiah adalah satu-satunya Negara pembela kepentingan umat Islam di zaman sekarang. 
Karenanya tatkala Indonesia yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB turut menyetuji resolusi no.1747 yang hanya berisikan kecaman terhadap rakyat Iran atas kegiatannya pengayaan uranium, betapa solidaritas umat Islam di Indonesia begitu besar untuk menuntut Presiden SBY –semoga Allah Jalla wa ‘Ala memberikan kebaikan kepadanya-, sampai-sampai DPR mengajukan hak interpelasi.
Dengan adanya kejadian ini, menjadikan masyarakat kurang peka terhadap berbagai trik para penggiat agama Syiah bahkan menjadi lebih terbuka untuk menerima berbagai keanehan ajaran mereka. 
Saudaraku…
Agar anda tahu apa sebenarnya isu “permusuhan” dengan bangsa Yahudi, saya mengajak saudara untuk merenungkan beberapa fakta berikut: 
Iran adalah Negara yang memiliki komunitas Yahudi terbesar setelah Israel. Menurut sumber resmi pemerintah Iran, jumlah pemeluk agama Yahudi di Iran berkisar antara 25-30 ribu penduduk. Bahkan di kota Teheran ada lebih dari 10 Sinagogue (tempat ibadah umat Yahudi). Akan tetapi, masjid-masjid Ahlu Sunnah tidak satupun yang mereka biarkan berdiri tegak disana. 
Bukan sekedar itu saja, orang-orang Yahudi diberi ruang yang begitu istimewa, yaitu dengan diberikan kesempatan untuk memiliki perwakilan di parlemen. Sebagaimana umat Yahudi di Iran memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan para penganut agama Syiah. Suatu hal yang tidak mungkin dirasakan oleh komunitas Ahlu Sunnah. Bahkan komunitas Yahudi Iran hingga saat ini bebas untuk berkunjung ke karib-kerabat mereka di Israel, tanpa ada gangguan sedikitpun baik dari pemerintah Iran atau penduduk setempat. [1] 
Adanya hubungan perdagangan antara Iran dan Yahudi. Sejak zaman Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syiah yang dipimpin oleh Khumaini. Pada tahun 1982 M, Yahudi menjual persenjataan yang berhasil mereka rampas dari para pejuang Palestina di Lebanon dengan harga 100 juta dolar Amerika [2]. Bahkan pada tahun 1980-1985, Zionis Yahudi merupakan Negara pemasok senjata terbesar ke Iran [3]. Sandiwara “permusuhan” Iran dan Yahudi mulai terbongkar, ketika pesawat kargo Argentina yang membawa persenjataan dari Yahudi ke Iran tersesat, sehingga masuk ke wilayah Uni Soviet, dan akhirnya di tembak jatuh oleh pasukan pertahanan Uni Soviet. 
Dikisahkan, Iran membeli persenjataan dari Yahudi seharga 150 juta dolar Amerika, sehingga untuk mengirimkan seluruh senjata tersebut, dibutuhkan 12 kali penerbangan [4]. 
Perdagangan antara kedua Negara (Iran & Yahudi) hingga kini juga terus berkelanjutan. Sebagai salah satu buktinya, harian Palpress News Agency Edisi 25/04/2009 melaporkan bahwa di kota Teheran, telah dipasarkan buah-buahan yang diimpor dari Yahudi. 
Bila anda mengikuti berita internasional, Anda pasti pernah membaca pemberitaan bahwa pada hari selasa 12/1/2010 ahli nuklir Iran yang bernama Masoud Ali-Mohammadi yang berdomisili di kota Teheran ibukota Iran, tewas di dekat rumahnya akibat serangan bom. Kementrian luar negeri Iran langsung menuduh kaki tangan AS dan Yahudi di balik serangan bom itu. Aneh bukan? Iran telah memiliki bukti bahwa Yahudi dan Amerika telah mengadakan serangan di Teheran dan telah menewaskan ahli nuklirnya. Walau demikian, tidak ada reaksi pemerintah Iran dan para penganut Syiah tetap berdarah dingin dan tidak satupun tentara Iran yang dikirim untuk membalas serangan tersebut. 
Catatan Kaki: 
[1] Roger Cohen of The International Herald Tribune, 22 Februari 1999 
 [2] Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil. Husain ‘Ali Hasyimi, hal.35 
 [3] Ibid 
 [4] Ibid Hal.23 
Sumber: Majalah As Sunnah Edisi 12/Thn.XIII/Rabiul Awwal 1431H/Maret 2010M Hal.30-31