Friday, August 14, 2015

Biadabnya Amerika, Setelah Serang Irak, Adu Domba Warganya, Sekarang Mau Pecah Negaranya Dan Jadikan Syiah Iran Polisi Timur Tengah !

Amerika Mulai Usulkan Pemecahan Irak
Baghdad. Kepala staf angkatan bersenjata Amerika yang akan segera pensiun, Jenderal Raymond Odierno, Rabu (12/8/2015) kemarin, mengatakan bahwa terwujudnya rekonsiliasi antara kelompok Syiah dan Sunni di Irak hingga kini bertambah sulit. Sangat mungkin, solusi satu-satunya adalah dengan memecah Irak.
Odierno, yang merupakan perwira Amerika tertinggi yang berada di Irak dan pensium Jumat besok, mengatakan, “Rekonsiliasi antara Syiah dan Sunni di Irak kian hari kian sulit diwujudkan. Irak di masa mendatang dipastikan tidak akan seperti Irak yang dulu.”
Pemecahan Irak menjadi dua, menurutnya, sangat tergantung pada keputusan lokal. Yaitu para tokoh politik dan diplomasi dalam negeri. Merekalah yang bisa melihat bagaimana hal itu bisa dilakukan. “Tapi pemecahan Irak menjadi dua adalah hal yang sangat mungkin terjadi,” ungkapnya. (msa/dakwatuna)
Sumber: Sky News

Setelah Sepakat dengan Amerika, Syiah Iran Segera Menjadi Polisi Timur Tengah


Teheran. Pemerintahan Amerika di bawah Presiden Barack Obama terus mendukung Iran dalam percaturan politik di Timur saat ini, setelah tercapainya kesepakatan terkait pengembangan nuklir. Kondisi ini sangat tidak baik untuk konflik yang sedang terjadi.

Hal itu seperti ditulis Robert Fisk dalam artikelnya di Independent, Selasa (14/7/2015) kemarin. Menurutnya, kesepakatan nuklir yang akan mengakhiri sanksi ekonomi terhadap Iran akan sangat memperkuat posisi Iran di Timur Tengah. Kondisi itu sama saja menjadikan Iran sebagai polisi di Teluk.
Fisk juga memperingatkan seluruh negara Timur Tengah untuk bersiap-siap dengan gunjang-ganjing berikutnya yang sudah sangat dekat terjadinya. Karena kesepakatan nuklir akan berpengaruh sangat besar terjadi perkembangan politik di Timur Tengah secara keseluruhan. Amerika Serikat saat ini melihat Iran sebagai negara yang paling cocok untuk diajak berkoalisi.
Fisk menjelaskan posisi Iran saat ini, “Iran adalah kekuatan yang sangat berpengaruh dalam perundingan terkait krisis di Suriah, terutama dalam hal menentukan masa depan rezim Bashar Asad. Bahkan pasukan militer Iran, baik resmi seperti Garda Revolusi, maupun milisi-milisi Syiah seperti Hizbulah, berada di garis-garis depan dalam menghadapi pasukan Muslim Sunni. Secara tidak langsung Iran juga sudah meminta Amerika Serikat untuk mendukung rezim Bashar Asad dalam membantai rakyatnya sendiri.” (msa/dakwatuna)
Redaktur: M Sofwan