Amerika Mulai Usulkan Pemecahan Irak
Baghdad. Kepala staf angkatan bersenjata
Amerika yang akan segera pensiun, Jenderal Raymond Odierno, Rabu (12/8/2015)
kemarin, mengatakan bahwa terwujudnya rekonsiliasi antara kelompok Syiah dan
Sunni di Irak hingga kini bertambah sulit. Sangat mungkin, solusi satu-satunya
adalah dengan memecah Irak.
Odierno, yang merupakan perwira Amerika
tertinggi yang berada di Irak dan pensium Jumat besok, mengatakan,
“Rekonsiliasi antara Syiah dan Sunni di Irak kian hari kian sulit diwujudkan.
Irak di masa mendatang dipastikan tidak akan seperti Irak yang dulu.”
Pemecahan Irak menjadi dua, menurutnya, sangat
tergantung pada keputusan lokal. Yaitu para tokoh politik dan diplomasi dalam
negeri. Merekalah yang bisa melihat bagaimana hal itu bisa dilakukan. “Tapi
pemecahan Irak menjadi dua adalah hal yang sangat mungkin terjadi,” ungkapnya.
(msa/dakwatuna)
Sumber: Sky News
Setelah Sepakat dengan Amerika, Syiah Iran
Segera Menjadi Polisi Timur Tengah
Teheran. Pemerintahan
Amerika di bawah Presiden Barack Obama terus mendukung Iran dalam percaturan
politik di Timur saat ini, setelah tercapainya kesepakatan terkait pengembangan
nuklir. Kondisi ini sangat tidak baik untuk konflik yang sedang terjadi.
Hal itu seperti ditulis Robert Fisk dalam
artikelnya di Independent, Selasa (14/7/2015) kemarin. Menurutnya, kesepakatan
nuklir yang akan mengakhiri sanksi ekonomi terhadap Iran akan sangat memperkuat
posisi Iran di Timur Tengah. Kondisi itu sama saja menjadikan Iran sebagai
polisi di Teluk.
Fisk juga memperingatkan seluruh negara Timur
Tengah untuk bersiap-siap dengan gunjang-ganjing berikutnya yang sudah sangat
dekat terjadinya. Karena kesepakatan nuklir akan berpengaruh sangat besar
terjadi perkembangan politik di Timur Tengah secara keseluruhan. Amerika
Serikat saat ini melihat Iran sebagai negara yang paling cocok untuk diajak
berkoalisi.
Fisk menjelaskan posisi Iran saat ini, “Iran
adalah kekuatan yang sangat berpengaruh dalam perundingan terkait krisis di
Suriah, terutama dalam hal menentukan masa depan rezim Bashar Asad. Bahkan
pasukan militer Iran, baik resmi seperti Garda Revolusi, maupun milisi-milisi
Syiah seperti Hizbulah, berada di garis-garis depan dalam menghadapi pasukan
Muslim Sunni. Secara tidak langsung Iran juga sudah meminta Amerika Serikat
untuk mendukung rezim Bashar Asad dalam membantai rakyatnya sendiri.”
(msa/dakwatuna)
Redaktur: M Sofwan