Sejarah Islam menorehkan
catatan-catatan yang luar biasa indah tentang peran ayah dalam pendidikan
anak-anak perempuannya. Hal ini menunjukkan kemuliaan posisi anak perempuan
dalam Islam.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa
salam mencontohkan bagaimana beliau ikut terlibat mengasuh cucu-cucunya, bahkan
membawa mereka ke masjid. Ketika sedang shalat, beliau biarkan cucu
perempuannya, Umamah binti Abi al-Ash ibnu al-Rabi (anak dari Zainab binti Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam), naik ke pundung atau pundak.
Beliau memanfaatkan setiap
kesempatan untuk memberikan pengaruh baik pada perkembangan anak cucunya,
termasuk anak dan cucu perempuan.
Teladan Rasul ini diikuti
oleh para ulama dan kaum Muslimin secara umum, sebagai sebuah tradisi
penghargaan Islam kepada anak-anak perempuan. Beberapa contohnya dapat kita
lihat pada sejarah berikut ini:
* Sa’id Ibn
Musayyab
Seorang tabi’in (generasi
setelah sahabat), ia mengajarkan seluruh hadits yang ia hafalkan kepada
putrinya.
* Imam Malik
Imam Malik atau Malik bin
Anas, salah satu imam empat madzhab, mengajari putrinya seluruh isi kitabnya
yang terkenal, Muwatta’.
* Abu Bakar Ahmad
bin Kamil
Hakim yang meninggal pada 350
H ini senantiasa memantau pendidikan putrinya, Amat as- Salam (atau dikenal
dengan nama Ummu al-Fath, wafat tahun 390 H) di tengah kesibukan pekerjaannya.
Diriwayatkan oleh al-Atiqi, hafalan hadits Amat as-Salam, bahkan selalu dicatat
oleh sang ayah.
* Abu Abbas Ahmad
bin Abdillah
Syaikhul Islam bernama
lengkap Abu Abbas Ahmad bin Abdillah al Maghribi al-Fasi, wafat pada 560 H,
juga tercatat mengajari putrinya tujuh cara membaca Al Quran serta buku-buku
hadits, seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Walaupun ada yang mengatakan
beliau terlalu sibuk dengan dakwah sehingga tidak pernah punya waktu untuk
putrinya, hal ini dibantah oleh Imam Al-Dzahabi yang mengatakan bahwa sulit
dipercaya jika ada ulama yang berperilaku seperti ini, sebab perbuatan seperti
ini merupakan keburukan yang bertentangan dengan ajaran Nabishalallahu ‘alaihi
wa salam, sang teladan bagi umat manusia ini biasa menggendong cucunya bahkan
ketika sedang shalat.
* Isa bin Miskin
Ibnu Sahnun (wafat tahun
256H), salah seorang pakar pendidikan Islam, mengisahkan tentang hakim Isa bin
Miskin. Beliau selalu memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari
Al Quran dan ilmu pengetahuan lainnya.
* Asad bin
al-Furat
Sebagai panglima perang
hebat, penakluk kota Sicily, Asad bin al-Furat tidak melupakan tugasnya untuk
mendidik sendiri putrinya hingga mencapai tingkat pendidikan yang tinggi.
* Abu Dawud
Sulayman bin Abi Qasim al-Andalusi
Sebelum mengirim putrinya
untuk belajar kepada guru-guru sang ayah, Syekh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman
bin Abi Qasim al-Andalusi (wafat tahun 496H) mengajarkan seluruh ilmunya kepada
putrinya.
Tak hanya itu, beliau
menikahkan putrinya pada seorang pemuda ahli ilmu lainnya untuk menjamin
kelanjutan perkembangan ilmu anaknya.
* Imam Ala al-Din
al-Samarqandi
Imam Ala al-Din al-Samarqandi
adalah sorang pengarang buku Tuhfat al-Fuqaha dan beberapa buku lain. Beliau
memiliki seorang anak perempuan yang terkenal kecantikannya, juga sangat pandai
dalam ilmu pengetahuan.
Sang ayah mengajarkan sendiri
seluruh isi kitab Tuhfat al-Fuqaha kepada putrinya, lalu menikahkan putrinya
dengan salah seorang murid terpandainya.
Demikianlah kedekatan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama Islam dengan
anak-anak perempuannya.
Tidak mengherankan bila
anak-anak perempuan ini tumbuh menjadi pribadi yang hebat, ulama yang pandai,
dan ibu yang melahirkan generasi-generasi bertakwa di kemudian hari.
Diambil dari buku Muslimah
Sukses Tanpa Stress (hal. 131-134), karya Dr. Erma Pawitasari, M. Ed.
Artikel: Muslimahzone