Monday, November 9, 2015

Pembelaan Salafi Ahlussunnah terhadap Kehormatan Shahabat Nabi, Mu’awiyah bin Abi Sufyan (1): SIAPA KITA, SIAPA MU’AWIYAH?


Bismillahirrohmanirrohim. o
Siapa Kita, Siapa Mu’awiyah?

Salah satu cara “halus” yang digunakan oleh musuh-musuh Islam demi memadamkan cahaya Allah Azza wa Jalla adalah merusak citra para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dikatakan “halus” karena banyak dari kalangan muslim yang terpengaruh ikut-ikutan larut dalam “settingan” ini. Sebutlah Sayyid Quthub—tokoh Ikhwanul Muslimin—yang menyudutkan Utsman bin Affan, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan Amr bin Ash radhiallahum; bahkan mencela Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam. Demikian juga Abul A’la al-Maududi yang mencitrakan sosok Mu’awiyah dengan sangat buruk. Sementara itu, dari luar Islam, Syiah Rafidhah—selain mengafirkan hampir seluruh sahabat—adalah kelompok yang paling getol mencaci maki Mu’awiyah.
Dengan menyusupkan berita dusta dan hadits-hadits palsu, Mu’awiyah digambarkan oleh para pencela sahabat sebagai pribadi yang penuh khianat, licik, ambisius, dsb.
celaan mereka terhadap shahabat muawiyah
Gambar bukti screenshot. Hinaan Syi’ah laknatullah, monyet bagi shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Padahal, kalangan Islam telah bersepakat bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah seorang sahabat. Oleh karena itu, jika ada ayat atau hadits yang mengungkapkan tentang kemuliaan sahabat secara umum, beliau termasuk di dalamnya. Secara khusus, hadits-hadits yang sahih juga menyebutkan keutamaan-keutamaan Mu’awiyah bin Abi Sufyanradhiallahu ‘anhu. Di antaranya, beliau adalah salah satu sahabat yang dipercaya menjadi penulis wahyu, beliau dijamin masuk jannah, seorang yang faqih, dsb.
Patut digarisbawahi di sini, mencela sahabat sendiri bukanlah perkara remeh. Ini sudah masuk ranah akidah. Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perantara kita dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Merekalah pembawa kabar-kabar dari RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semua ilmu agama, baik bersumber dari al-Qur’an maupun hadits, sampai kepada kita melalui perantaraan mereka. Tak heran jika musuh-musuh Islam dan yang terpengaruh oleh mereka, mencela para sahabat ini dengan cerita-cerita dusta, hadits-hadits lemah dan palsu, bahkan yang tidak ada asalnya sama sekali, demi menjadikan umat Islam ragu terhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ujung-ujungnya, mereka meragukan al-Qur’an atau hadits yang sampai kepada mereka walaupun hadits-hadits tersebut sahih, terutama jika diriwayatkan oleh sahabat yang mereka cela.
Alhasil, menjadi penting bagi kita untuk terus menyuarakan pembelaan terhadap para sahabat yang niscaya penistaan terhadap mereka tak akan berhenti sampai kapan pun. Lucunya, ada kalangan Islam yang meradang ketika pelecehan terhadap sahabat dilakukan oleh orang liberal semacam Faraj Fouda atau Thaha Husain, tetapi ketika yang melakukannya adalah Sayyid Quthub yang mereka idolakan, mereka tutup mata dan membela idolanya mati-matian. Ketika pengagum Faraj Fouda menggelari idolanya dengan Syahid al-Kalimah atau Syahid al-Fikr, demikian juga pengagum Sayyid Quthub menggelari idolanya dengan asy-Syahid, gelar yang tentunya teramat tidak pantas disandang para pencela sahabat RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Seorang muslim semestinya menahan lisannya dari mencela sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bagaimana mungkin seorang muslim sampai hati memberikan gambaran yang sangat tidak beradab tentang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mempertajam citra buruk mereka, padahal Allah Azza wa Jalla telah memuji mereka dalam firman-Nya? Apa keuntungan yang kita cari dengan mengumbar fitnah dan caci maki kepada sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Atau jangan-jangan, para penghujat merasa lebih mulia dari para sahabat, generasi yang Allah Azza wa Jalla ridha kepada mereka? Na’udzubillah.
Sumber: http://asysyariah.com/muawiyah/