Tegaskan Sikap Anti Syariah, Arya Wedakarna : Langkahi Mayat Saya
jika Hendak Islamkan Bali
Sabtu, 28/11/2015 08:06:19
Anggota DPD utusan Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna mengatakan,
saat ini kelompok minoritas lebih kreatif dibandingkan kelompok mayoritas. Dia
mencontoh Israel yang hidup di tengah-tengah bangsa Arab.
"Ke
depan Bali bisa jadi seperti Israel, karena Bali bisa memenuhi unsur seperti
itu," kata Wedakarna dalam acara dialog terkait isu pembentukan desa
wisata syariah di Denpasar, Bali, Kamis (26/11) lalu seperti dikutip Republika.co.id.
Kegiatan
yang dihadiri berbagai tokoh Hindu dan berbagai eksponen umat Hindu di Bali,
berlangsung di aula Bank Indonesia Denpasar. Wedakarna mengklaim, unsur-unsur
yang dimaksudkannya adalah, pertama DNA orang Bali adalah orang Majapahit yakni
orang Jawa yang tidak ingin disyahadatkan oleh Walisongo.
Selain
itu, Wedakarna menyebut orang Bali punya jiwa puputan, yakni berperang sampai
titik darah penghabisan. "Orang Bali sudah biasa puputan, lewat medan apa
pun. Ini bukan retorika, tapi fakta. Sejak sebelum zaman kemerdekaan ada
Puputan Badung, Puputan Margarana, Jagara, Puputan Klungkung," katanya.
Menurut
Wedakarna, bila mengacu pada sejarah, orang Bali adalah orang yang
pintar-pintar, karena mereka keturunan Majapahit yang berasal dari kalangan
bangsawan. Hal itu klaimnya, bisa dilihat dari keturunannya saat ini, yang
setiap ujian nasional selalu masuk sepuluh besar.
Wedakarna
menegaskan, dalam darah orang Bali ada darah perang. Dia mengatakan leluhur
orang Bali memiliki degniti yang hebat. Karena bila melihat dari perjuangan
selama 500 tahun menghadapi Islamisasi, bukan pekerjaan mudah.
Sampai
dalam babad Raja Dalem Waturenggong, kata Wedakarna, disebutkan kalau sang raja
telah mengusir Sunan Wali yang ingin mengislamkan Bali. Saat itu Raja Dalem
Waturenggong menantang utusan Walisongo, bila ingin mengislamkan Bali.
"Hitung
dulu bulu kaki saya dan langkahi mayat saya, jika hendak mengislamkan
Bali," tantangnya.
Menurut
dia, hampir semua masyarakat Bali berbicara anti syariah. Bahkan dalam sidang
BPUPKI pada 1945, utusan Bali I Gusti Ketut Puja, menolak Piagam Jakarta.
"Sekarang ini tampaknya hanya pengulangan sejarah saja. Bukan hal baru.
Tapi Indonesia lagi sensitif," katanya.
Tokoh Hindu Arya Wedakarna
Sebut Pulau Bali Bisa Jadi Seperti Zionis Israel
November 27, 2015
Tokoh
Hindu Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna kembali melakukan provokasi terhadap
umat Islam dengan tidak segan-segan menentang semua hal-hal yang dinilai
terkait dengan syariat Islam.
Kasus
pelarangan jilbab dan busana muslimah di Bali yang disuarakan oleh Aliansi
Hindu Muda Indonesia dan Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) yang dipimpin Arya
Wedakarna beberapa waktu lalu yang menuai protes dan kecaman dari umat Islam di
Indonesia menjadi bukti bahwa dirinya merupakan musuh Islam.
Pada
7 Agustus 2014 lalu melalui akun facebooknya,
tokoh Hindu Bali yang menjadi Rektor Universitas Mahendradatta Denpasar itu
juga menulis status yang menyatakan penolakannya terjadap perbankan syariah di
Bali. Sebelumnya, Arya juga menuding penyebar virus HIV/Aids di Bali adalah
umat Islam.
“Aliansi
Hindu Muda Indonesia dan Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) hari ini berdemonstrasi
di depan Kantor Bank Indonesia Denpasar untuk moratorium/stop izin Bank Syariah
di pulau seribu pura. Bersuaralah anak anak muda Hindu. Pertahankan ekonomi
Pancasila ! Lanjutkan !!!”, tulis President World Hindu Youth Organisation
(WHYO) itu.
Kini,
Arya Wedakarna kembali berulah dengan mengatakan bahwa saat ini kelompok
minoritas lebih kreatif dibandingkan kelompok mayoritas. Dia mencontoh negara
penjajah seperti Zionis Israel yang hidup di tengah-tengah bangsa Arab. Ia pun
menyebut jika pulau Bali bisa saja menjadi seperti Zionis Israel.
“Ke
depan Bali bisa jadi seperti Israel, karena Bali bisa memenuhi unsur seperti
itu,” kata Arya Wedakarna yang juga anggota DPD utusan Bali dalam acara dialog
terkait isu pembentukan desa wisata syariah di Denpasar, Bali, pada Kamis
(26/11/2015).
Kegiatan
yang berlangsung di aula Bank Indonesia Denpasar itu juga dihadiri berbagai
tokoh Hindu dan berbagai eksponen umat Hindu di Bali. Menurut Wedakarna,
unsur-unsur yang dimaksudkannya adalah, pertama DNA orang Bali adalah orang
Majapahit yakni orang Jawa yang tidak ingin disyahadatkan oleh Walisongo.
Selain
itu, Wedakarna menyebut orang Bali punya jiwa puputan, yakni berperang sampai
titik darah penghabisan. “Orang Bali sudah biasa puputan, lewat medan apa pun.
Ini bukan retorika, tapi fakta. Sejak sebelum zaman kemerdekaan ada Puputan
Badung, Puputan Margarana, Jagara, Puputan Klungkung,” sesumbarnya.[GA/ROL]
Usul Desa Wisata Syariah di Bali, Ketua MES Minta Maaf
Kamis,
26 November 2015, 14:31 WIB
Rep:
Ahmad Baraas/ Red: Erik Purnama
Putra
Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Bali, Dr Dadang
Suherman, meminta maaf kepada seluruh warga Bali terkait berita pembentukan
desa wisata syariah di Palau Dewata. Desa percontohan itu akan dimasukkan dalam
program MES Bali, yang kepengurusannya dilantik 16 November lalu.
"Kami
akan meninjau ulang program itu dan mungkin juga menghapusnya dari program
kerja MES Bali," kata Dadang dalam acara dialog yang diadakan anggota DPD
Komite III, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna di Denpasar, Kamis (26/11). Kegiatan
tersebut juga dihadiri berbagai tokoh Hindu dan berbagai eksponen umat Hindu di
Bali.
Rencana
MES Bali mengembangkan desa wisata syariah diprotes oleh berbagai kalangan di
Bali. Hal itu antara lain dinilai bertentangan dengan Perda Bali tentang
Pariwisata Budaya, dimana Pariwisata Bali berasaskan agama Hindu.
Setelah
mendengarkan permohonan maaf oleh Dadang selaku ketua MES, acara dilanjutkan
dengan dialog, dengan mendengarkan pendapat dari kalangan tokoh masyarakat
Hindu. Selain juga mendengarkan pendapat dari tokoh agama, praktisi pariwisata
dan kalangan akademisi Bali.
Sebelum
Dadang menyampaikan permohonan maafnya, Ketua OJK Bali Zulmi menyampaikan
penjelasan, bahwa pihaknya tidak ada hubungan struktural atau organisasi dengan
MES. Memang diakuinya, secara kebetulan Ketua OJK Muliaman Hadad adalah ketua
MES pusat.
"Pak
Muliaman juga ketua ISEI Pusat, tetapi tidak bisa dikatakan kalau ketua ISEI
telah melantik pengurus MES Bali," katanya.
Tolak
Hindu ekstrim Arya Wedakarna di Bali
Senin, 7 Zulqa'dah 1435 H / 1 September 2014 09:2
Pemikiran
dan tindakan segelintir orang Hindu ekstrim di Bali yang dimotori Presiden
World Hindu Youth Organisation (WHYO) Arya Wedakarna cukup membuat resah kaum
Muslimin mayoritas di negeri ini.
Setelah
kasus pelarangan jilbab di beberapa sekolah dan di dalam kegiatan lembaga
bisnis di Bali, muncul arogansi dan intoleransi baru dari anggota DPD Bali
terpilih 2014-2019 itu terhadap Bank Syariah. Meskipun diakui Arya bahwa Bank
Syariah itu baik bagi masyarakat karena ada unsur humanity-nya,
tetapi Majelis Mujahidin menilai fanatisme, ektrimisme dan radikalisme
sektarian Hindu lebih mendominasi sikap dan pikirannya sehingga mengusulkan
agar Bank Syariah dilarang beroperasi di pulau Bali.
Bahkan
menurut Arya sudah ada tujuh Kabupaten di Bali yang menolak masuknya Bank
Syariah dengan alasan: “Bali itu kan sudah punya
brand, yakni Temple Island atau Pulau Seribu Pura dan Pulau Dewata. Mengapa
harus dibawakan lagi branding-branding baru yang tidak berasal dari Bali?”
“Saya curiga bahwa di balik branding syariah yang di bawa ke Bali,
ada keinginan tertentu dari pihak tertentu dari pelaku-pelakunya, bukan
sistemnya,” tegasnya. “Undang-undang itu (UU
Perbankan, pen) salah. Undang-undang dibuat untuk kepentingan rakyat, jadi
harus di dengar apa maunya rakyat.” (Arya Wedakarna, HU Republika 27/8)
“Jika
Arya Wedakarna menyalahkan UU Perbankan, mengapa tidak mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi? Sebagai anggota DPD
Bali, seharusnya tidak bersikap diskriminatif dengan menonjolkan problem SARA,”
kata Sektretaris Lajanah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Ustadz Shabbarin Syakur
kepada arrahmah.com, Senin.
Menurutnya
di Negara-negara Barat yang sekuler telah berkembang pesat bank-bank Syariah
dan tidak ada masalah. Ustadz Shabbarin bertanya kepada Arya, “Apakah agama
Hindu mengajarkan anti Islam, ataukah adanya sekelompok ekstremis Hindu Bali
yang sengaja memancing permusuhan dengan umat Islam dengan membangkitkan
sentimen agama?”
Berdasarkan
hal di atas, imbuh Ustadz Shabbarin, Majelis Mujahidin perlu menyampaikan
protes dan mengingatkan masyarakat Hindu Bali supaya: pertama,
penolakan Bank Syariah dengan alasan seperti yang dikemukakan Arya Wedakarna
yang mengatasnamakan rakyat Bali adalah arogansi diskriminatif, yang dapat
menyulut ekstrimis Hindu memusuhi Islam dan membenci kaum Muslimin. Kedua,
arogansi diskriminatif ini dapat mempersulit dan memperburuk hubungan sosial
kemasyarakatan bagi komunitas Bali di daerah-daerah lain di wilayah NKRI,
mengingat persoalan yang diangkat bernuansa SARA. Ketiga, jika
penolakan Bank Syariah bukan bersifat SARA, dan bukan bagian dari ajaran agama
Hindu, maka akan lebih bijaksana manakala tokoh-tokoh agama Hindu berupaya
menghentikan sikap provokatif kelompok Arya Wedakarna ini. (azm/arrahmah.com)
Penggunaan Jilbab dan Peci
‘dibikin rame’ di Bali. Adalah Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna
Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III atau biasa dipanggil Arya, mantan artis
dan anggota DPD beragama hindu ini menyuarakan penolakannya pada penggunaan
jilbab dan peci pada petugas tol laut Bali Mandara.
Anehnya ia mengecam Peci dan
Jilbab, padahal Soekarno – sosok yang ia kagumi- menggunakan Peci, hal ini
kontradiktif mengingat Arya adalah President The Sukarno Center
Tampaksiring – Bali.
Tindakan Arya yang mantan
bintang film dan cover boy yang lazimnnya santun justru menuai kecaman.
Mungkinkah ini skenario ‘bikin rame’ seperti yang dituturkan Jokowi sebelumnya?
Ia
menulis kecamannya pada Facebook sebagai berikut : disini
“Saya kecam kebijakan manajemen Jalan
Tol Bali yg menerapkan aturan petugas jalan toll memakai jilbab dan peci selama
Ramadhan. Hal ini sudah menjadi kontroversi dan meresahkan. Ini Bali Bung !!!
The Island Of A Thousand Temple NOT The Land Of Arab / Qurawa. Kalau tdk
sanggup hormati budaya Bali, silahkan keluar pulau ! Sy dukung petisi ganti
pejabat kearab2an. Lawan gerakan syariah di Bali ! (Dr.W)“
Kecaman serta protes dari
aliansi Hindu Bali terkait kebijakan dari PT Jasa Marga Bali Tol yang mengimbau
agar petugas gerbang Tol Bali Mandara mengenakan kerudung dan peci selama
Ramadan hingga Idul Fitri, beberapa warga Bali juga menyuarakan aksi protes mereka
di media sosial.
Namun penolakan atas
himbauan PT Jasa Marga Bali Tol tersebut sudah menjurus ke arah sentimen SARA.
Bahkan salah satu warga Bali di jejaring sosial Facebook dengan tegas menyebut
kebijakan tersebut sangat meresahkan dengan menegaskan bahwa Bali bukan tanah
Arab yang ia samakan dengan “Qurawa”. Tidak hanya itu, warga Bali itu menuntut
pejabat kearab-araban yang ada di Bali untuk diganti serta mengecam adanya
gerakan syariah di Bali.
Seperti dilaporkan
sebelumnya, kebijakan mengenakan kerudung dan peci selama Ramadan hingga Idul
Fitri oleh PT Jasa Marga Bali Tol awalnya hanya sebagai bentuk toleransi antar
umat beragama dan bentuknya sekedar anjuran bukan kewajiban. Pada Rabu kemarin
Aliansi Hindu Bali yang terdiri dari Cakrawahyu, Yayasan Satu Hati Ngrestiti
Bali, Yayasan Jaringan Hindu Nusantara dan Pusat Kooordinasi Hindu Nusantara
secara resmi melakukan aksi protes di depan Kantor PT Jasa Marga Bali Tol yang
bertujuan mendesak agar imbauan tersebut dicabut.
Atas desakan Arya, Jasa Marga
Bali pd 16/7 sdh kirim surat ke The Hindu Center Indonesia&cabut kebijakan
Peci Kerudung di Jalan Tol Bali sebagaimana foto surat yang ia kicaukan di
Twitter
Siapakah
Arya?
Arya memiliki gelar adat Raja
Majapahit Bali Abhiseka Ratu Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan
XIX Abhiseka Ratu Purnamaning Kapitu, 31 Desember 2009 Di Pura Agung
Besakih Oleh Penglingsir Puri Pusat Surya Majapahit Trowulan Jawa Timur dan
President World Hindu Youth Organization ( WHYO ), selengkap disini.
Ia juga mantan Model
Coverboy Majalah Aneka Jakarta Tahun 1997, Top Model Indonesia Tahun 1997, pada
tahun 1997 – 2003 Coverboy Majalah Aneka Yess Jakarta, Pemeran Utama Film
Membuka Hati Angga, Pemain Utama Sinetron TV “ Dancing With Colors “ serta mantan
penyiar Radio Indika 91,45 FM Jakarta.
Mantan artis yang lazimnya
cenderung humanis dan supel ini rupanya tak ditemui Arya yang kini menjadi
anggota senator dari Bali. Seperti sikap dukungannya pada PDIP dan Jokowi yang
anti Islam menular kepada Arya yang pernah kuliah di STMT Trisakti ini.
Mungkinkah jika petugas
pintu Tol menggunakan pakaian ala Santa claus saat Natalan akan juga digugat
Arya dan ormasnya ini?
Bagaimana pendapat Antum?
Arya Wedakarna Sebut DNA Warga HinduBali Ada Jiwa Perang
Puputan & Anti Islam
November
27, 2015
I
Gusti Ngurah Arya Wedakarna, Tokoh Hindu Bali kembali melakukan provokasi
terhadap umat Islam dengan mengatakan bahwa saat ini kelompok minoritas lebih
kreatif dibandingkan kelompok mayoritas.
Dia
mencontoh negara penjajah seperti Zionis Israel yang hidup di tengah-tengah bangsa
Arab. Ia pun menyebut jika pulau Bali bisa saja menjadi seperti Zionis Israel. (Baca: Tokoh Hindu Arya
Wedakarna Sebut Pulau Bali Bisa Jadi Seperti Zionis Israel)
“Ke
depan Bali bisa jadi seperti Israel, karena Bali bisa memenuhi unsur seperti
itu,” kata Arya Wedakarna yang juga anggota DPD utusan Bali dalam acara dialog
terkait isu pembentukan desa wisata syariah di Denpasar, Bali, pada Kamis
(26/11/2015).
Kegiatan
yang berlangsung di aula Bank Indonesia Denpasar itu juga dihadiri berbagai
tokoh Hindu dan berbagai eksponen umat Hindu di Bali. Menurut Wedakarna,
unsur-unsur yang dimaksudkannya adalah, pertama DNA warga Hindu Bali adalah
orang Majapahit yakni orang Jawa yang tidak ingin disyahadatkan oleh Walisongo.
Selain
itu, Wedakarna menyebut orang Bali punya jiwa perang puputan, yakni berperang
sampai titik darah penghabisan. Wedakarna juga menyebut jika warga Hindu Bali
sudah lama tertatam sikap anti Islam. “Orang Bali sudah biasa puputan, lewat
medan apa pun. Ini bukan retorika, tapi fakta. Sejak sebelum zaman kemerdekaan
ada Puputan Badung, Puputan Margarana, Jagara, Puputan Klungkung,” sesumbarnya.
Menurut
Wedakarna, bila mengacu pada sejarah, orang Bali adalah orang yang
pintar-pintar, karena mereka keturunan Majapahit yang berasal dari kalangan
bangsawan. Hal itu sebutnya, bisa dilihat dari keturunannya saat ini, yang
setiap ujian nasional selalu masuk sepuluh besar.
Wedakarna
menegaskan, dalam darah orang Bali ada darah perang. Dia mengatakan leluhur
orang Bali memiliki degniti yang hebat. Karena bila melihat dari perjuangan
selama 500 tahun menghadapi Islamisasi, bukan pekerjaan mudah.
Sampai
dalam babad Raja Dalem Waturenggong, kata Wedakarna, disebutkan kalau sang raja
telah mengusir Sunan Wali yang ingin mengIslamkan Bali. Saat itu Raja Dalem
Waturenggong menantang utusan Walisongo, bila ingin mengIslamkan Bali. “Hitung
dulu bulu kaki saya dan langkahi mayat saya, jika hendak mengislamkan Bali,”
ujarnya.
Menurut
dia, hampir semua masyarakat Bali berbicara anti syariah. Bahkan dalam sidang
BPUPKI pada 1945, utusan Bali I Gusti Ketut Puja, menolak Piagam Jakarta.
“Sekarang ini tampaknya hanya pengulangan sejarah saja. Bukan hal baru. Tapi
Indonesia lagi sensitif,” ucapnya. [GA/ROL]
MUI Bali: Ucapan
Wedakarna Dapat Menggesek Kebersamaan Masyarakat Bali
Sabtu 15 Safar 1437 / 28 November 2015 17:43
ANGGOTA DPD utusan Bali, I Gusti Ngurah
Arya Wedakarna mengatakan, saat ini kelompok minoritas lebih kreatif
dibandingkan kelompok mayoritas. Dia mencontoh Israel yang hidup di
tengah-tengah bangsa Arab.
“Ke depan Bali bisa jadi seperti Israel,
karena Bali bisa memenuhi unsur seperti itu,” kata Wedakarna dalam acara dialog
terkait isu pembentukan desa wisata syariah di Denpasar, Bali, Kamis (26/11)
seperti dikutipRepublika
Online.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali, Taufik As’adi menegaskan, ucapan Wedakarna
tersebut akan menggesek kebersamaan kelompok masyarakat di Bali, baik umat
Islam maupun umat Hindu.
“Berdasarkan pengalaman, saya rasa daya
ikat kebersamaan antara umat beragama di Bali jauh lebih kuat, meskipun memang
ada saja daya yang sengaja menggesekkan kebersamaan di sana,” ujar As’adi
kepadaIslampos,
Jumat (27/11/15).
“Kondisi umat Islam dan umat Hindu di
Bali baik-baik saja, saya juga tadi berkeliling ke masyarakat di sana,”
tambahnya.
Dinyatakan As’adi, di Bali terdapat
kelompok etnis Nusantara, dimana kelompok tersebut sebagai daya ikat antara
kelompok masyarakat Bali dan luar Bali.
“Saya pikir semangat persatuan bangsa
masyarakat Bali lebih tinggi dari sekadar gesekan permasalahan etnis atau
agama. Apalagi Bali memiliki kekuatan industri wisata yang menarik. Sehingga
banyak tamu dari orang luar Bali yang datang ke sana,” tandasnya.
Taufi menekankan, warga Bali semuanya
bersaudara, sehingga kebersamaan satu sama lain harus ditumbuhkan. Warga Bali
juga menghargai keragamanan dan saling tolong menolong satu sama lain.
“Kita tidak membeda-bedakan, karena
semua masyarakat ingin Bali tetap aman, nyaman, penuh kebersamaan dan saling
pengertian,” pungkasnya. [iwm/Islampos]
AHAD, 16 SHAFAR 1437H / NOVEMBER 29,
2015
Wakil
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr KH Tengku Zulkarnaen
angkat bicara mengenai penolakan wisata syariah dan bank syariah di Bali yang
dimotori anggota DPD Arya Wedakarna.
Menurut
Tengku, sebaga negara Pancasila tidak boleh ada penolakan terhadap adanya Bank
Syariah dan Wisata Syariah. Sebab tiada ada aturan yang dilanggar dari kedua
hal itu.
“Wisata
syariah di Bali itu mana yang melanggar aturan negara, yang melanggar agama
Hindu mana?” kata Tengku di Kantor MUI Pusat, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta
Pusat, Jumat sore (28/11). Seperti dilansir Suara Islam.
Yang
dimaksud wisata syariah di Bali, ungkap Tengku, adalah orang-orang Islam yang
datang ke Bali tetapi dia mengenakan busana Muslim/Muslimah, setiap waktu
shalat menjalankan shalat, lalu untuk makan mereka pergi ke restoran halal,
saat ke pantai mereka gunakan busana yang menutup aurat. “Hindu rugi dimana,
kok mereka keberatan. Ada apa?,” tanyanya.
Menurut
Tengku, selama wisata syariah tidak menggagu adat istiadat Bali dan tidak
mengganggu ajaran Hindu yang mayoritas disana, tidak boleh ada satu pihak
pun yang keberatan. Apalagi wisata syariah itu menghasilkan uang bagi masyarakat
“Bule-bule
yang telanjang, yang melanggar adat dan ajaran Hindu itu yang harus ditolak.
Kok syariah yang menutup aurat, makan halal, shalat lima waktu, yang tak boleh
mengganggu orang, malah ditolak. Wisata syariah itu mengganggu Hindu dan budaya
Balinya dimana?,” tandasnya.
Kalau
ternyata motif penolakan wisata syariah karena faktor kebencian, pengurus Dewan
Fatwa Matlaul Anwar ini balik bertanya jika umat Islam Indonesia yang mayoritas
balik membenci umat yang lain bagaimana jadinya Indonesia.
“Kalau
kayak gitu kami kalau hari raya Hindu bisa keberatan juga. Kenapa lampu mati,
kenapa nggak boleh pakai speaker, kami kan bukan orang Hindu,” ungkapnya.
Selama
ini, lanjut Tengku, hal demikian tidak pernah dilakukan oleh umat Islam
meskipun menjadi umat mayoritas. Hal ini karena sikap saling menghormati sudah
tertanam dalam diri masyarakat Islam. “NKRI harga mati, kita wajib
mempertahankannya dan hidup harmonis,” pungkasnya
AHAD, 16 SHAFAR 1437H / NOVEMBER 29, 2015
Pernyataan
Anggota DPD utusan Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna yang gemar provokatif
dan menentang keras tentang syariat Islam menuai sejumlah kritikan. Kali ini
datang dari LUIS (Laskar Umat Islam Surakarta).
“Jika Arya
ingin menjadikan Bali seperti Zionis Israel sama artinya ingin membuat Bali
sebagai bangsa pembunuh, bangsa penjajah dan bangsa Agresor. Ingat bahwa
Indonesia hingga kini belum membuka hubungan diplomatik apapun dengan negara
zionis tersebut.” Ujar Endro Sudarsono Humas LUIS kepada panjimas.com Sabtu (28/11/2015).
Ia
menambahkan, jika Arya ngotot ingin menjadikan Bali seperti Israel maka jangan
salahkan jika Laskar Islam akan pergi ke Bali untuk memerangi.
Para
pendiri bangsa atau pahlawan sebagian besar dari umat Islam lebih dominan,
lebih banyak dan merata bukan semata kepentingan umat Islam saja namun
kepentingan bangsa termasuk bali
“Statemen
Arya tidak mencerminkan budaya Bali dan budaya Indonesia yang meletakan
kebinekaan dalam berbangsa dan bernegara. Ia harus minta maaf kepada MUI pusat
dan umat Islam pada umumnya.” Tambahnya.
Arya
sudah melempar dan menyebar permusuhan dengan Umat Islam, provokasinya harus
dihentikan.
Kasus pelarangan jilbab
dan busana muslimah di Bali yang disuarakan oleh Aliansi Hindu Muda Indonesia
dan Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) yang dipimpin Arya Wedakarna terus menuai
protes dan kecaman dari umat Islam di Indonesia.
Sikap anti terhadap
Islam bukanlah yang pertama kali ditunjukkan oleh Arya Wedakarna yang juga
President World Hindu Youth Organisation (WHYO) ini. Lelaki berusia 34 tahun
ini telah seringkali melecehkan Islam dan syari’at Islam. Sebelumnya, Arya
menuding penyebar virus HIV/Aids di Bali adalah umat Islam.
INILAH SOSOK PENGHINA SYARI’AT ISLAM DI BALI, ARYA WEDAKARNA
Nama lengkapnya adalah
Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III
, SE (MTRU), M.Si. Biodata Arya bisa ditemukan dalam websitenya, http://vedakarna.com.
Di sana dijelaskan bahwa Arya Wedakarna adalah lelaki kelahiran Denpasar, 23
Agustus 1980. Gelarnya Raja Majapahit Bali Abhiseka Ratu Sri Wilatikta Tegeh
Kori Kresna Kepakisan I.
Berulang kali dia
mendapatkan penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI). Tercatat ia pernah
menyabet gelar sebagai doktor termuda di Indonesia saat berusia 27 tahun dan
rektor termuda di Indonesia dengan usia 28 tahun. Ia sekarang menjabat sebagai
Rektor Universitas Mahendradatta Bali, yang dikatakannya sebagai universitas
tertua di Bali yang didirikan oleh ayahnya, Shri Wedastera Suyasa, bersama
Presiden Sukarno.
Pendidikan SD-SMAnya
ditempuh di Bali. Tahun 2000 ia menempuh pendidikan di Melbourne Languange
Center, Australia. Pada 2002 ia kembali ke Indonesia dan masuk ke Jurusan
Manajemen Transportasi Udara di Universitas Trisakti. Kemudian ia menyelesaikan
S-2 dan S-3 nya di Universitas Satyagama Jakarta.
Ia mengklaim memiliki
keahlian dalam bidang transportasi udara dan manajemen pemerintahan. Arya
Wedakarna juga pernah terjun ke dunia hiburan. Ia menjadi model dan bintang
film serta sinetron.
SEPAK TERJANG ARYA WEDAKARNA DALAM MELECEHKAN UMAT ISLAM &
SYARI’AT ISLAM
Dalam artikelnya
berjudul “HIV/AIDS, Jihad Model Baru di Bali?”, yang dimuat tabloid TOKOH edisi
edisi 9-15 Januari 2012, pria berusia 32 tahin ini terang-terangan menuduh
orang-orang Islam sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) di Bali dan melalui
merekalah virus HIV/AIDS disebarkan untuk menghancurkan generasi muda Hindu
Bali.
“Tentu cafe liar ini
dilengkapi dengan SDM para pekerja seks komersial (PSK) yang saya yakini (lagi)
didominasi oleh perempuan non-Hindu dan pendatang luar Bali,” tulisnya di
paragraf kedua artikel itu.
Meski tidak tegas
menyebut para PSK itu adalah perempuan-perempuan Islam, tetapi pernyataan Ketua
DPD PNI Marhaenisme Bali itu dipertegas lagi dalam tulisannya di paragraf
empat. Arya Wedakarna tegas memfitnah Islam bahwa gerakan penyebaran HIV/AIDS
adalah jihad tersembunyi yang dilakukan kelompok kecil fundamentalis Islam.
“Dan kini, saya dituntut
makin percaya, ternyata gerakan penyebaran HIV/AIDS ini adalah gerakan jihad
tersembunyi yang dilakukan oleh kelompok kecil fundamentalis Islam yang
sama-sama menjadi sponsor Bom Bali I dan Bom Bali II,” tulisnya.
“Kenapa? Menurut mereka,
Bali tidak akan pernah bisa hancur karena Bom, ini di buktikan Bom bali I dan
Bom Bali II Tidak mampu menghancurkan kekuatan taksu Bali. Bali sebagai pulau
Hindu yang disayangi Dunia,” lanjutnya.
Cacian dan fitnah
murahan Arya Wedakarna tak berhenti sampai disitu, ia bahkan menuding
berdirinya warung-warung pecel lele, nasi pedas, tukang cukur, sertifikasi
halal bagi hotel dan restoran di Bali adalah upaya untuk menghancurkan Basli.
“Tetapi, kini ada
senjata model baru untuk menghancurkan Bali yakni gerakan ekonomi seperti
gerakan pecel lele, nasi tempong, nasi pedas, tukang cukur, gerakan labelisasi
Halal di setiap Hotel dan restoran di bali (saya akan bahas di setiap tulisan
berikutnya),” tulisnya.
Arya Wedakarna
menjelaskan bahwa dalam hal penyebaran HIV/AIDS, diduga orang-orang Bali,
anak-anak muda Bali ketika mereka datang ke cafe, maka PSK tidak menyarankan
untuk memakai kondom, tapi sebaliknya jika kaum pendatang yang memanfaatkan
PSK, maka sangat disarankan memakai Kondom.
“Mungkin gadis PSK itu
sudah di cuci otaknya, agar Bali ini 10 tahun ke depan banyak suami-suami,
anak-anak muda yang mati nelangsa karena HIV/AIDS,” tandasnya.
Sebelumnya, di paragraf
yang sama ia juga menuduh program Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan
pemerintah merupakan cara untuk mengurangi populasi warga Hindu. Karena
kebodohannya, dia menyebut ada umat agama lain boleh berpoligami hingga lima
orang. Entah agama mana yang dia fitnah.
“Belum lagi aksi
pemerintah dan program KB-nya yang sukses mengurangi jumlah Krama Hindu dengan
paksaan selalu punya anak dua (yang di satu sisi umat lain boleh berpoligami
dengan istri maksimal lima orang). Tentu hal ini akan merugikan keluarga Hindu
yang terlanjur punya dua anak, tapi putranya mati karena AIDS atau rabies,”
katanya.
Cacian dan fitnah
murahan Arya Wedakarna tak berhenti sampai disitu, ia bahkan menuding
berdirinya warung-warung pecel lele, nasi pedas, tukang cukur dari kaum
pendatang, serta sertifikasi halal pada hotel dan restoran di Bali adalah upaya
untuk menghancurkan Bali.
Menjelang hari raya Idul
Adha pada 2012 lalu, ia mengimbau supaya umat Islam di Bali tidak memotong sapi
sebagai hewan kurban. Alasannya sapi adalah hewan yang disucikan kaum Hindu.
“Saya menghimbau semeton
Islam agar tidak menyembelih sapi sebagai kurban. Mungkin bisa diganti dengan
dengan hewan lainnya. Ini penting, karena di Bali, Sapi adalah hewan yang
disucikan, dan juga dipercaya sebagai kendaraan Dewa Siwa. Dan mayoritas orang
Bali adalah penganut Siwaisme,” katanya seperti dikutip Tribunnews.com,
Rabu (24/10/2012).
Tak berhenti sampai
disitu, Arya juga mengimbau kepada perusahaan-perusahaan dan pejabat di Bali
jika ingin membagikan dana CSR supaya tidak berupa sapi.
”Karena umat Hindu harus
memberi contoh dan teladan sebagaimana tatwa yang diajarkan Sang Sulinggih.
Mari hargai perasaan umat Hindu sehingga persatuan bisa dijaga,” ungkap
President World Hindu Youth Organization (WHYO) ini.
Arya Wedakarna juga
menyudutkan ruang gerak muslim di Bali. Baru-baru ini, para siswi dan karyawati
muslim di Bali disulitkan dengan himbauan untuk tidak boleh menggunakan jilbab
di beberapa sekolah umum dan perusahaan swasta di Bali. [GA/SI]
Ulama Resah Atas Pernyataan Bali Bisa Jadi Seperti Israel
Kamis,
26 November 2015, 20:12 WIB
Fungsionaris ICMI Kadek Kim Alan Mustaqim Dahlan al Bali menilai
pernyataan Anggota DPD utusan Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna memicu
kemarahan umat muslim di Bali. Sebab, 60 tokoh Muslim Bali melaporkan adanya
keresahan terkait pelarangan desa syariah dan bank syariah oleh Wedakarna yang
juga senator Bali.
"Kami Muslim Bali tidak ingin reaktif, tetapi seharusnya Wedakarna sebagai
pejabat publik tidak mengutarakan kata-kata yang provokatif," katanya
kepada Republika.co.id,
Kamis (26/11).
Dahlan yang juga Ketua WALHI DKI Jakarta mengatakan, umat Muslim dan umat Hindu
di Bali selalu hidup berdampingan. Mereka tidak masalah sebenarnya dengan
adanya desa syariah atau bank syariah.
Tidak seharusnya Wedakarna membawa-bawa perang puputan berjuang melawan
syariah. Karena Islam juga memiliki jihad untuk memperjuangkan hak-haknya.
Wedakarna
dinilai tidak sekali ini saja menyakiti umat Muslim Bali. Sebelumnya saat
sebuah Mushala di Bali mengalami rusak parah akibat longsor Wedakarna juga
melarang pembangunan kembali mushala tersebut.
Apalagi umat Hindu dan Islam telah bersedia bahu-membahu untuk membangun
kembali mushala tersebut. Tidak hanya itu, kata Dahlan, pelarangan jilbab di
sekolah-sekolah sebelumnya juga sebenarnya adalah tindakan provokatif dan melanggar
hak umat Muslim di Bali.
Meski umat Muslim di Bali hanya dua persen, tetapi Bali merupakan bagian NKRI.
Dia berharap Wedakarna tidak memecah warga di Bali seperti konflik SARA di Aceh
dan Papua beberapa waktu lalu. (Baca: Wedakarna: Bali Bisa Jadi Seperti
Israel).
Terkait masalah ini, pihaknya akan menginisiasi pertemuan dengan Wedakarna
beberapa waktu ke depan. Sebab, ulama di Bali tidak ingin ada aksi reaktif
lebih lanjut.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/11/26/nyfbc1361-ulama-resah-atas-pernyataan-bali-bisa-jadi-seperti-israel
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/11/26/nyfbc1361-ulama-resah-atas-pernyataan-bali-bisa-jadi-seperti-israel
Jejak Permusuhan Arya Wedakarna terhadap Islam...!
Bukan Arya Wedakarna namanya kalau tak memusuhi Islam dan
umat Islam. Berkali-kali lelaki Bali ini memprovokasi umat Islam. Tak segan-segan
dia menentang semua hal yang dinilai terkait dengan syariat Islam.
Terbaru, pada 7 Agustus 2014 lalu melalui akun facebooknya, Arya Wedakarna,
menulis status yang menyatakan penolakannya terjadap perbankan syariah di Bali.
“Aliansi Hindu Muda Indonesia dan Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) hari ini
berdemonstrasi di depan Kantor Bank Indonesia Denpasar untuk moratorium/stop
izin Bank Syariah di pulau seribu pura. Bersuaralah anak anak muda Hindu.
Pertahankan ekonomi Pancasila ! Lanjutkan !!!”, tulis President World Hindu
Youth Organisation (WHYO) itu.
Sikap anti terhadap Islam ini bukan kali pertama ini ditunjukkan Arya. Lelaki
berusia 34 tahun ini telah seringkali melecehkan Islam.
Salah satu contohnya, dalam artikelnya berjudul “HIV/AIDS, Jihad Model Baru di
Bali?”, yang dimuat tabloid TOKOH edisi edisi 9-15 Januari 2012, pria berusia
32 tahin ini terang-terangan menuduh orang-orang Islam sebagai Pekerja Seks
Komersial (PSK) di Bali dan melalui merekalah virus HIV/AIDS disebarkan untuk
menghancurkan generasi muda Hindu Bali.
“Tentu cafe liar ini dilengkapi dengan SDM para pekerja seks komersial (PSK)
yang saya yakini (lagi) didominasi oleh perempuan non-Hindu dan pendatang luar
Bali,” tulisnya di paragraf kedua artikel itu.
Meski tidak tegas menyebut para PSK itu adalah perempuan-perempuan Islam,
tetapi pernyataan Ketua DPD PNI Marhaenisme Bali itu dipertegas lagi dalam
tulisannya di paragraf empat. Arya Wedakarna tegas memfitnah Islam bahwa
gerakan penyebaran HIV/AIDS adalah jihad tersembunyi yang dilakukan kelompok
kecil fundamentalis Islam.
“Dan kini, saya dituntut makin percaya, ternyata gerakan penyebaran HIV/AIDS
ini adalah gerakan jihad tersembunyi yang dilakukan oleh kelompok kecil
fundamentalis Islam yang sama-sama menjadi sponsor Bom Bali I dan Bom Bali II,”
tulisnya.
.
“Kenapa? Menurut mereka, Bali tidak akan pernah bisa hancur karena Bom, ini di
buktikan Bom bali I dan Bom Bali II Tidak mampu menghancurkan kekuatan taksu
Bali. Bali sebagai pulau Hindu yang disayangi Dunia,” lanjutnya.
Cacian dan fitnah murahan Arya Wedakarna tak berhenti sampai disitu, ia bahkan
menuding berdirinya warung-warung pecel lele, nasi pedas, tukang cukur,
sertifikasi halal bagi hotel dan restoran di Bali adalah upaya untuk
menghancurkan Basli.
“Tetapi, kini ada senjata model baru untuk menghancurkan Bali yakni gerakan
ekonomi seperti gerakan pecel lele, nasi tempong, nasi pedas, tukang cukur,
gerakan labelisasi Halal di setiap Hotel dan restoran di bali (saya akan bahas
di setiap tulisan berikutnya),” tulisnya.
Arya Wedakarna menjelaskan bahwa dalam hal penyebaran HIV/AIDS, diduga
orang-orang Bali, anak-anak muda Bali ketika mereka datang ke cafe, maka PSK
tidak menyarankan untuk memakai kondom, tapi sebaliknya jika kaum pendatang
yang memanfaatkan PSK, maka sangat disarankan memakai Kondom.
“Mungkin gadis PSK itu sudah di cuci otaknya, agar Bali ini 10 tahun ke depan
banyak suami-suami, anak-anak muda yang mati nelangsa karena HIV/AIDS,”
tandasnya.
Sebelumnya, di paragraf yang sama ia juga menuduh program Keluarga Berencana
(KB) yang digallakn pemerintah merupakan cara untuk mengurangi populasi warga
Hindu. Karena kebodohannya, dia menyebut ada umat agama lain boleh berpoligami
hingga lima orang. Entah agama mana yang dia fitnah.
“Belum lagi aksi pemerintah dan program KB-nya yang sukses mengurangi jumlah
Krama Hindu dengan paksaan selalu punya anak dua (yang di satu sisi umat lain
boleh berpoligami dengan istri maksimal lima orang). Tentu hal ini akan
merugikan keluarga Hindu yang terlanjur punya dua anak, tapi putranya mati
karena AIDS atau rabies,” katanya.
Cacian dan fitnah murahan Arya Wedakarna tak berhenti sampai disitu, ia bahkan
menuding berdirinya warung-warung pecel lele, nasi pedas, tukang cukur dari
kaum pendatang, serta sertifikasi
halal pada hotel dan restoran di Bali adalah upaya untuk menghancurkan Bali.
Menjelang hari raya Idul Adha pada 2012 lalu, ia mengimbau supaya umat Islam di
Bali tidak memotong sapi sebagai hewan kurban. Alasannya sapi adalah hewan yang
disucikan kaum Hindu.
“Saya menghimbau semeton Islam agar tidak menyembelih sapi sebagai kurban.
Mungkin bisa diganti dengan dengan hewan lainnya. Ini penting, karena di Bali,
Sapi adalah hewan yang disucikan, dan juga dipercaya sebagai kendaraan Dewa
Siwa. Dan mayoritas orang Bali adalah penganut Siwaisme,” katanya seperti
dikutip Tribunnews.com, Rabu (24/10/2012).
Tak berhenti sampai disitu, Arya juga mengimbau kepada perusahaan-perusahaan
dan pejabat di Bali jika ingin membagikan dana CSR supaya tidak berupa sapi.
”Karena umat Hindu harus memberi contoh dan teladan sebagaimana tatwa yang
diajarkan Sang Sulinggih. Mari hargai perasaan umat Hindu sehingga persatuan
bisa dijaga,” ungkap President World Hindu Youth Organization (WHYO) ini.
Arya Wedakarna juga menyudutkan ruang gerak muslim di Bali. Baru-baru ini, para
siswi dan karyawati muslim di Bali disulitkan dengan himbauan untuk tidak boleh
menggunakan jilbab di beberapa sekolah umum dan perusahaan swasta di Bali.
http://vivanewsterbaru.blogspot.co.id/2015/02/siapa-arya-wedakarna.html
http://vivanewsterbaru.blogspot.co.id/2015/02/siapa-arya-wedakarna.html
Tokoh
Hindu: Ucapan Wedakarna Dapat Memperburuk Citra Umat Hindu
Sabtu 15 Safar 1437 / 28 November
2015 09:47
TOKOH dan pemuka agama Hindu, Yanto Jaya, meminta
Gusti Ngurah Arya Wedakarna sebagai tokoh agama Bali seharusnya dapat
mengedepankan toleransi.
“Setiap orang bertanggung jawab dengan apa yang
diucapkannya sendiri. Setiap agama itu kan seharusnya menganjurkan kebaikan,
menganjurkan toleransi, menganjurkan perdamaian. Jadi tidak ada agama
menganjurkan permusuhan. Jadi apapun yang ia lakukan berarti ia telah
memikirkan resikonya,” ujarnya kepada Islampos, Jum’at malam
(28/11/2015).
Pihak yang dirugikan atas ucapan Wedakarna, lanjutnya,
dapat menempuh jalur hukum dengan melaporkan Wedakarna kepihak berwajib.
Yanto yang juga pimpinan Parisda Hindu Dharma
Indonesia (PHDI) mengungkapkan bahwa PHDI berlepas diri dari masalah tersebut.
“Kita serahkan saja pada yang berwajib. Siapapun yang
bicara jelek kita tidak pernah menghakimi, yang dirugikan silahkan lapor,”
tukas Yanto yang kini menjabat Ketua Ideologi Politik dan HAM PHDI ini.
Menurutnya, tindakan Wedakrana tersebut dapat
menimbulkan efek negatif dan citra buruk bagi umat Hindu di luar Bali.
“Bisa saja nanti setiap orang yang ingin melakukan
hal-hal tidak positif pada umat Hindu, nanti Hindu di luar Bali digesek-gesek.
Nah jadi kepolisian proses segera,” katanya.
Sebelumnya Anggota DPD utusan Bali, I Gusti Ngurah
Arya Wedakarna dinilai telah mengusik ketenteraman umat beragama Bali dengan
mengatakan Bali dapat menjadi seperti Israel.
Ia juga dianggap telah memancing keresahan dengan
mengatakan orang Bali terbiasa puputan untuk berperang menghadapi
Islamisasi. (suandriansyah/Islampos)
Demo
di Bali, Ibu-Ibu Ini Bentangkan Spanduk: Raja Arab Adil, Tidak Menyusahkan
Rakyat
Ada yang menarik dalam demonstrasi
yang digelar puluhan warga, termasuk ibu-ibu di depan Kantor Pertanahan atau
Kantor BPN Gianyar, Bali, Jumat, 10 Maret 2017. Mereka membawa spanduk
bergambar Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Para demonstran ini bukan hendak mendemo
Raja Salman yang sedang berlibur di Pulau Dewata sejak 4 Maret 2017 lalu.
Mereka hanya menuntut haknya atas penggarapan tanah seluas 50 hektare lebih di
subak Tegal Jambangan, Ubud, Gianyar.
Adapun spanduk warna merah yang mereka
bentangkan tersebut bertuliskan,"Hormat kami kepada: Yang Mulia Sri
Baginda Raja Salman bin abdulaziz al Saud. Raja yang Adil, Arif &
Bijaksana. Tidak Pernah: Nyusahkan, Meresahkan, apalagi Merampas Tanah-tanah
Rakyat."
Penasihat Hukum warga Gede Putu Arsana
mengatakan, pada intinya kedatangan mereka ke Kantor BPN di Gianyar ini untuk
mempertanyakan sertifikat ganda. Mereka kerap diintimidasi oleh pihak ketiga.
Menurut dia, sebagian warga mengaku
memiliki hak atas penggarapan tanah tersebut sejak tahun 1963.
"Adanya sertifikat ganda membuat
warga resah karena terus mendapat intimidasi. Selain itu juga ada dilakukan
pengukuran atas terbitnya sertifikat ganda atas dasar konversi yang diterbitkan
BPN setempat," jelasnya.
Lantas, kenapa membawa spanduk Raja
Salman?
Menurut dia, warga menganggap Raja Salman
sebagai sosok yang bijak dan tidak menyusahkan rakyatnya.
"Tidak seperti yang mereka alami,
justru tanah yang sudah ditempati sejak zaman kerajaan, kini dirampas,"
katanya.
Menanggapi demo ini, seorang netizen
mengungkapkan kekagumannya pada Raja Salman.
Kasih sayang, kesantunan, dan keteguhan,
itu bahasa yang universal.
Lihatlah, yang bukan rakyatnya saja,
bahkan musyrik, malah mengadu kepada Malik Salmân حفظه
الله…!
Satu lagi bukti betapa berwibawanya
Amirul Mu’minîn, the real Ulil Amri, dari Sa‘ûdi
https://www.facebook.com/acad.syahrial/posts/10155310935884063
Acad Syahrial
Kasih sayang, kesantunan, dan keteguhan, itu bahasa yang
universal.
Lihatlah, yang bukan rakyatnya saja, bahkan musyrik,
malah mengadu kepada Malik Salmân حفظه الله…!
Satu lagi bukti betapa berwibawanya Amirul Mu’minîn, the
real Ulil Amri, dari Sa‘ûdi.
Jauh banget sama yang dari negeri sebelah.
Link berita: http://bit.ly/2np09xe
Artikel Israel akan musnah
Kissinger dan 16 Badan Intelijen AS: Negara
Yahudi Akan Musnah Dalam Waktu Dekat
CIA
: TAK LAMA LAGI ISRAEL BAKAL
MUSNAH!
10 Tahun lagi Israel Akan musnah
TENTARA ISRAEL AKUI
SEBENTAR LAGI ISRAEL HANCUR
Israel Akan Musnah
http://article.wn.com/view/2006/12/13/Israel_Akan_Musnah/
Insiden di Hari Raya Nyepi Ini Terjadi Saat Seorang Pemuda Muslim Ingin Shalat ke Masjid (28 Mar 2017)
Insiden di Hari Raya Nyepi Ini Terjadi Saat Seorang Pemuda Muslim Ingin Shalat ke Masjid (28 Mar 2017)