Oleh : Sholih bin abdul Qodir
Kata an-Nashobu menurut bahasa berarti menegakkan sesuatu dan
mengangkatnya. Dikatakan, Nashibatu syarro wal harba, artinya penyulut huru
hara dan perang . Sedangkan dalam kamus dinyatakan kata nawashib, naashibah,
dan kata ahlu nashab berarti orang-orang yang membenci Ali Rodhiyallaallu ‘anhu
dan menganggap kebenciannya sebagai ibadah. Sebab mereka ; nashobuu lahu, yakni
memusuhi beliau. Inilah asal katanya. Jadi, setiap orang yang membenci Ahlul
Bait, maka ia tergolong Nawashib.
Para pembaca! Sikap dan pujian ulama Ahlussunnah terhadap Ali dan
putra-putri beliau –Rodiyallahu ‘anhum- sangat jelas. Ahlussunnah bersaksi
bahwa Ali, Hasan dan Husein Rodiyallahu ‘Anhum kelak berada didalam Surga
bersama kakek mereka. Alhamdulillah.
Sikap Ahlussunnah sangat jelas kepada orang-orang Nawashib dan
Ahlussunnah berlepas diri dan membencinya. Karena ini termasuk masalah yang
sangat penting. Masalah ini merupakan penyebab berbagai perpecahan dan
perselisihan dikalangan ummat Islam. Anda akan menyaksikan orang-orang yang memanfaatkan
perpecahan ini. Mereka membahas persoalan yang menyulut perpecahan dan selalu
menambah-nambahinya di setiap kesempatan yang didapatkan. Bahkan ada kalanya
tanpa memandang situasi dan kondisi, mereka menambah-nambahi dengan berbagai
ucapan yang menyulut fitnah dan mengobarkan api perpecahan atau dengan ucapan
penuh kebohongan, tipu daya dan dusta belaka.
Anda akan mendapati adanya orang-orang yang mengatakan bahwa
Ahlussunnah membenci Ali dan putra-putrinya Rodiyallahu ‘Anhum. Mereka dengan
mudah mengarang dan membuat kedustaan. Mereka mengulang-ulang riwayat dan kisah
khayal tentang kebencian Ahlussunnah kepada Ali Rodhiyallahu ‘anhu. Sementara
Ahlussunnah sendiri telah meriwayatkan banyak hadits tentang keutamaan beliau.
Bahkan tidak didapati sebuah kitab hadits pun, kecuali didalamnya dijelaskan
tentang berbagai keutamaan Ali Rodhiyallahu ‘anhu dan sejarah emas dari
kehidupan beliau.
Pembaca budiman! Pernyataan Ahlussunnah terhadap Nawashib sudah
jelas. Kiranya cukup dengan mengutip pernyataan Syaikhul Islam Ibnuu Taimiyah.
Beliau dianggap oleh Syi’ah sebagai ulama Sunni yang paling keras memusuhi
mereka. Bahkan beliau menyusun ensiklopedi terbesar tak terbantahkan yang
membantah ajaran Syi’ah. Beliau berkata : “Mencaci Ali dan mengutuknya termasuk
tindakan durhaka yang layak digolongkan sebagai sifat kelompok pendurhaka” (
ath-Thaifah al-Baghdadiyah ). Sebagaimana diriwayatkan al-Bukhori dalam
shahihnya, dari Kholid al-Hadza, dari Ikrimah, ia berkata :”Ibnu Abbas berkata
kepadaku dan kepada putra Ali : “pergilah kalian berdua kepada Abu Sa’id dan
dengarkanlah oleh kalian hadits dari beliau”.
Lalu kami pun berangkat. Ternyata beliau sedang membenahi pagar rumahnya.
Beliau mengambil selendangnya, lalu mengikatnya pada dua kakinya. Selanjutnya
menceritakan hadits kepada kami. Saat beliau menjelaskan tentang pembangunann
masjid, lalu beliau berkata : “Ketika itu kami mengangkat batu bata satu-satu,
sedang Ammar ( mengangkatnya ) dua-dua. Ketika itu Nabi melihatnya, Lalu beliau
mengibaskan debu dari tubuh Ammar. Beliau bersabda : “Aduh Ammar!! Ia akan
dibunuh oleh kelompok pendurhaka ( al-fiah al-Baghiyah ). Dia mengajak mereka
ke Surga, sedangkan mereka mengajaknya ke neraka.”
Ia melanjutkan : “Lalu Ammar berkata : “A’udzu billahi minal fitan.” ( saya berlindung
kepada-Nya dari fitnah ).
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Sa’id, ia berkata : “saya
diberitahu oleh orang yang lebih mulia dari saya, yaitu Abu Qotadah, bahwa Nabi
Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada Ammar ketika ia sedang menggali parit.
Beliau mengusap kepalanya seraya bersabda : “Alangkah malang putra Sumayyah, ia
akan dibunuh oleh kelompok pendurhaka.”
Muslim juga meriwayatkan dari Ummu Salamah, dari Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda : “Ammar akan dibunuh kelompok pendurhaka”.
Kisah ini membuktikan sahnya khilafah Ali Rodiyallahu ‘anhu dan
membutikan bahwa kaum muslimin wajib patuh kepada beliau. Orang-orang yang
mengajak untuk mematuhi beliau sama dengan mengajak ke Surga. Dan orang-orang
yang mengajak untuk memerangi beliau sama dengan mengajak ke Neraka meskipun
atas dasar Ta’wil. Haidts ini merupakan dalil yang melarang kaum Muslimin untuk
memerangi Ali Rodhiyallahu ‘Anhu. Karenanya, orang yang memeranginya merupakan
pihak yang keliru atas dasar ta’wil, atau sengaja memeranginya walaupun tidak
berdalil. Itulah pendapat yang paling benar diantara dua pendapat Madzhab kami.
Artinya, menetapkan hukum bahwa mereka yang memerangi Ali Rodhiyallahu ‘Anhu
berada di pihak yang salah. Inilah pendapat madzhab para Fuqoha yang mengambil
kesimpulan bahwa diperbolehkan memerangi para pembangkang walaupun mereka
memiliki dalil dan ta’wil dari peristiwa itu.” ( Majmu’ al-Fatawa ibnu Taimiyah
4/437 ).
Renungkanlah penjelasan Syaikhul Islam, setelah beliau membahas
sikap Ahlussunnah terhadap Yazid, mendudukkan persoalannya dan menjelaskan
perbedaan pendapat yang terjadi tentang Yazid, maka beliau berkata : “Orang
yang telah membunuh Husein dan yang turut serta membantu membunuhnya, ataupun
mereka yang rela atas pembunuhan itu, semoga ia dikutuk oleh Allah, para
Malaikat dan segenap ummat manusia.” ( Majmu’ al-Fatawa ibnu Taimiyah 4/487 ).
Dengan demikian, layakkah seorang penceramah atau orang yang mengaku pintar
menuduh Ahlussunnah dengan mengatakan bahwa mereka adalah golongan Nawashib???
Padahal pernyataan tersebut dari salah seorang Imam Ahlussunnah.